Anak laki-laki yang dibatasi pada aktivitas maskulin dapat merasa terbebani oleh ekspektasi sosial untuk selalu kuat dan tidak menunjukkan emosi. Hal ini dapat memengaruhi kemampuan mereka untuk mengekspresikan perasaan dan menjalin hubungan sosial yang sehat.
Dampak pada anak perempuan:
Anak perempuan yang diarahkan pada peran feminin sering kali merasa tidak percaya diri dalam bidang yang menuntut keberanian atau keterampilan teknis. Mereka mungkin merasa bahwa bidang ini bukan untuk mereka, meskipun memiliki potensi besar.
Dampak jangka panjang dari bias gender dapat membatasi anak-anak dalam mengeksplorasi potensi mereka secara penuh.
Solusi dan Rekomendasi
Untuk mengatasi masalah ini, diperlukan langkah-langkah strategis:
Pengembangan Kurikulum yang Inklusif:
Kurikulum harus mencerminkan nilai-nilai kesetaraan gender. Aktivitas belajar dan bermain harus memberikan kesempatan yang sama bagi semua anak untuk mengeksplorasi berbagai peran.
Pelatihan Guru:
Guru perlu dilatih untuk memahami pentingnya pendidikan responsif gender dan cara menerapkannya dalam pembelajaran.
Kerja Sama dengan Orang Tua: