Contohnya, anak laki-laki sering kali diarahkan untuk bermain dengan mobil-mobilan, robot, atau alat permainan yang mencerminkan peran maskulin, seperti polisi atau tentara. Sebaliknya, anak perempuan diarahkan pada aktivitas seperti bermain masak-masakan, mengasuh boneka, atau kegiatan lain yang mencerminkan peran domestik.
Kondisi ini diperburuk oleh fakta bahwa kurikulum di banyak PAUD belum dirancang dengan pendekatan yang benar-benar netral gender. Sebagai contoh, dalam penyusunan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Harian (RPPH), guru sering kali membedakan aktivitas untuk anak laki-laki dan perempuan.Â
Dalam kegiatan tahunan seperti pawai, anak-anak juga cenderung diarahkan untuk memilih peran sesuai dengan stereotip gender mereka.
Selain itu, tantangan lain yang dihadapi adalah keterbatasan fasilitas dan sumber daya manusia. Banyak sekolah yang belum menyediakan alat permainan yang inklusif gender. Lingkungan rumah juga menjadi faktor penghambat, di mana pandangan konservatif orang tua tentang peran gender sering kali memengaruhi bagaimana anak-anak diperlakukan di sekolah.Â
Contohnya, warna merah muda sering kali diasosiasikan dengan anak perempuan, sementara warna biru untuk anak laki-laki. Pola pikir seperti ini menciptakan batasan psikologis bagi anak-anak sejak usia dini.
Analisis dengan Teori Perkembangan
Untuk memahami dampak bias gender pada perkembangan anak usia dini, kita dapat menggunakan tiga teori perkembangan utama, yaitu teori Piaget, Erikson, dan Vygotsky.
Teori Piaget:
Jean Piaget mengemukakan bahwa anak usia dini berada pada tahap praoperasional (usia 2-7 tahun). Pada tahap ini, anak memahami dunia melalui simbol dan permainan. Mereka membangun pemahaman tentang lingkungan mereka berdasarkan pengalaman sehari-hari. Dalam konteks bias gender, anak yang hanya diberikan mainan tertentu akan cenderung mengasosiasikan peran-peran tersebut dengan jenis kelamin mereka.Â
Misalnya, anak perempuan yang selalu bermain dengan boneka mungkin akan membangun persepsi bahwa peran keibuan adalah satu-satunya pilihan yang mereka miliki di masa depan.
Teori Erikson: