Mohon tunggu...
Fiksiana

Dilannya Milea

24 Februari 2018   18:16 Diperbarui: 25 Februari 2018   17:26 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Demikian kisah cintaku dengan Dilan ketika aku tinggal di Bandung! Dulu! Duluuu sekali, bertahun-tahun yang lalu, meski aku merasanya seolah-olah baru kemarin." (Hal. 329 PDF)

            Memang unik Pidi Baiq menyampaikan cerita Dilan tersebut. Jalan cerita yang sederhana disulapnya menjadi sebuah cerita yang menarik untuk dibaca. Untuk itu, kepiawaiannya dalam menuliskan cerita patut diacungi jempol. Tidak hanya itu, penyajian gambar ilustrasi yang seolah-olah sama juga menjadi daya tarik novel tersebut. Tidak heran dengan kualitas gambar ilustrasi yang seolah-olah sama, karena Pidi Baiq merupakan mahasiswa lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain di ITB. Pidi Baiq yang juga menggemari musik merupakan 'Guru Besar' di grup band The Panasdalam. Sehingga, tidak heran jika seringkali musik (judul lagu, genre, maupun nama-nama voklais terkenal jaman 90-an) disebutkan pada novel karya Pidi Baiq tersebut.

"Ibuku, meski waktu itu masih remaja, tapi sudah bermain musik sama orang-orang yang sudah tua dan keren, seperti Uwak Gito Rollies, Kang Deddy Stanza. Juga dengan Kang Harry Rusli, yang waktu itu bikin kelompok musik Gang of Harry Roesli." (Hal. 14 PDF)

Berbeda dengan para penulis lainnya, Pidi Baiq adalah sosok yang tertutup. Namun, rangkaian cerita menunjukkan bahwa penulis memiliki keunikan yang sama seperti tokoh Dilan. Oleh karena itu, banyak pembaca yang menduga bahwa penulis adalah tokoh Dilan pada cerita. Dugaan para pembaca semakin dikuatkan dengan gaya bahasa yang biasa digunakan Pidi Baiq untuk melambangkan karakter Dilan. Melalui sosial media, dapat dilihat bagaimana bentuk kesamaan antara sang penulis cerita dengan tokoh yang dituliskannya. Keunikan yang dimiliki Pidi Baiq seperti lebih memilih untuk menuliskan tanggapan pembaca tentang novelnya, daripada sinopsis novel seperti yang dilakukan oleh para penulis biasanya pada halaman belakang novel. Untuk itu, tokoh Dilan pada novel tersebut dipercaya sebagai jelmaan dari sang penulis. Kutipan berikut memperkuat hipotesis para pembaca:

Semua, akan kutulis dengan menggunakan cara si dia dalam bergaya bahasa. Entah gaya apa, pokoknya kalau dia bicara, bahasa Indonesianya cenderung agak melayudan nyaris baku. Kedengar sedikit tak lazim, seperti bahasa Melayu lama yang bisa digunakan oleh Sutan Takdir Alisyahbana.(Hal. 17 PDF)

Referensi :

http://fandy-hutari.blogspot.co.id/2010/06/wawancanda-bersama-pidi-baiq_17.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun