Mohon tunggu...
Fiksiana

Dilannya Milea

24 Februari 2018   18:16 Diperbarui: 25 Februari 2018   17:26 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dilan 1990, salah satu novel populer yang sedang diperbincangkan kalayak ramai khusunya para remaja. Novel karya Pidi Baiq tersebut diawali dengan perkenalan tokoh Milea. Menggunakan sudut pandang pertama, tokoh Milea pada novel itu menceritakan tentang dirinya dengan cara yang unik.

"Namaku Milea. Milea Adnan Hussain. Jenis kelamin perempuan, dan tadi baru selesai makan jeruk." (Hal. 13 PDF)

            Sama halnya dengan novel lain yang digemari para remaja, Dilan 1990 mengusung tema romansa. Hampir dari setiap kalimat pada awal hingga akhir novel mengandung unsur percintaan. Ramalan menjadi salah satu hal identik yang digunakan penulis untuk menyampaikan tema daripada novel tersebut.

"Boleh gak aku ramal?"

"Ramal?" Aku langsung heran dengan pertanyaannya. Kok, meramal? Kok, bukan kenalan?

"Iya," katanya. "Aku ramal, kita akan bertemu di kantin."  (Hal. 20 PDF)

            Berangkat dari pengenalan tokoh utama, Pidi Baiq menceritakan kisah sederhana perjuangan Dilan untuk mendapatkan hati Milea. Perjuangan tersebut dimulai ketika tokoh Milea yang harus pindah ke Bandung karena alokasi pekerjaan ayahnya yang mana adalah seorang tentara. Seperti julukannya, penulis menggambarkan Bandung sebagai kota yang indah. Kota kembang tersebut dapat memikat hati Milea sebagai pendatang baru. Bandung yang menjadi latar utama, khususnya sekolah merupakan tempat penuh kenangan bagi tokoh Aku, karena disanalah kisah-kisah bersama Dilan terjadi.

"Bagiku, itu adalah sekolah yang paling romantis se dunia, atau kalau enggak, minimal se-Asia, lah. Bangunannya sudah tua, tapi masih bagus karena keurus." (Hal. 16 PDF)

Bukanlah hal yang aneh jika Dilan memperjuangkan Milea, karena memang dia digambarkan sebagai wanita yang ramah. Oleh karena itu, tidak memerlukan waktu yang cukup lama untuk Milea dapat memikat hati para temannya di Bandung.

"Aku hanya murid baru. Baru dua minggu.

...

Di kelas, selain Nandan, ada juga Rani dan Agus, semuanya teman sekelas. Hal yang dibahas adalah tentang keinginan mereka untuk menunjuk aku sebagai sekretaris, dan sekaligus menjadi bendahara kelas 2 Biologi 3." (Hal. 21 & 22 PDF)

Keramahan Milea bukanlah satu satunya yang menarik. Secara fisik, tokoh Aku dalam novel 'Dilan' tersebut diilustrasikan sebagai wanita yang cantik dengan rambut panjang ikal (gambar ilustrasi hal. 11 PDF) dan badan tinggi ideal (gambar ilustrasi hal. 25 PDF). Sehingga, bukanlah hal yang patut dipertayakan jika Milea dianggap sebagai wanita sempurna dan digemari oleh banyak teman pria maupun guru di sekolahnya.

"Dia minta kertas, lalu kukasih. Di kertas itu dia nulis:

Informasi:

Daftar orang-orang yang ingin jadi pacarmu:

  • Nandan (Kelas 2 Biologi)
  • Pak Aslan (Guru Olahraga)
  • Tobri (Kelas 3 Sosial)
  • Acil (Kelas 2 Fisika)
  • Dilan (Manusia)." (Hal. 46 PDF)

Dilan yang merupakan anggota dari geng motor, bukan satu-satunya pria yang berusaha mendekati Milea. Bahkan, Dilan bisa dibilang sangat jauh dari kriteria yang dimiliki Milea. Namun demikian, Dilan bukanlah sosok nakal yang digambarkan melalui keanggotannya pada sebuah geng motor. Sebenarnya dia pintar dan memiliki kepribadian yang baik.

"Acara itu diselenggarakan di aula sekolah. Pesertanya diambil dari tiap kelas, sebanyak tiga orang, yaitu mereka yang tercatat sebagai siswa yang selalu mendapatkan rangking 1, 2, dan 3.

.... Mau tahu tidak, siapa siswa yang ditunjuk dari kelas 2 Fisika 1? Dia adalah: Dilaaannn!!" (Hal. 79 PDF)

Seiring berjalannya waktu, Milea mulai menyadari bahwa Dilan tidak seperti apa yang dia pikirkan saat pertama kali mengenalnya. Tawuran memang bukan sesuatu yang asing untuk Dilan. Terlebih, tawuran adalah salah satu aksi yang sedang marak pada jaman itu. Era 90 menjadi era dimana tawuran merupakan ajang untuk membela harga diri juga menunjukkan siapa yang paling kuat.

"Sebelum aku datang, kata Wati, Dilan pernah berantem dengan anak kelas 3. Gara-garanya disebabkan oleh karena orang itu bilang ke Dilan, yaitu pada waktu Dilan melewati mereka yang sedang nongkrong:

            "Tong mentang-mentang Anak Kolong, lah! Biasa weh! Teu sieun!"

            ...

Si orang itu akhirnya berdiri untuk menatap mata Dilan. Dilan kemudian menghajarnya, dan terjadilah bau hantam.

Konon, diawali oleh adanya peristiwa itu, Dilan pernah dirawat di Rumah Sakit Boromeus. Dia masih ingat ia dirawat di Ruang Yosep kamar 1520, dan koma selama satu hari akibat terkena tusukan di perutnya. Dicurigai sebagai balasan yang harus Dilan terima."(Hal. 86 PDF)

Bahkan terdapat satu bab pada novel 'Dilan' yang khusus menceritakan tentang keadaan sosial pada masa itu, yaitu bab 22. Rencana Penyerangan.

"Hari Sabtu, di sekolah, ada kabar yang sampai kepadaku bahwa Dilan, bersama kelompoknya, mau nyerang SMA lain di Dago."(Hal. 231 PDF)

Hampir semua dari aksi tawuran itu didasarkan pada keanggotannya di geng motor. Sehingga bukan hanya tawuran, geng motor pun marak pada era itu. Menjadi anggota sebuah geng motor, seperti  keharusan untuk setiap pria. Dilan yang memegang kekuasaan sebagai Panglima Tempur, memiliki peran penting pada gengnya. Akan tetapi, keanggotaan Dilan pada geng motor bukan didasarkan karena popularitas. Dia memiliki prinsip tersendiri untuk itu. Bahkan, dia memegang teguh prinsipnya dimanapun dia berada. Hal tersebut menjadi sangat jelas saat terjadinya pertikaian antara Dilan dan gurunya, Suripto. Suripto memang dikenal sebagai guru yang mudah naik pitam juga main tangan. Oleh karenanya, Dilan sangat kesal saat bajunya ditarik begitu saja ketika upacara bendera sedang berlangsung. Dilan yang saat itu juga merasa kesal langsung menghajar Suripto, hingga dia harus dibawa ke ruang kepala sekolah.

"Hormatilah orang lain kalau ingin dihormati," kata Dilan.

...

"Siapa pun dia, biar guru juga, kalau gak menghargai orang lain, gak akan dihargai."

"Jangan karena guru jadi berbuat seenaknya," kata Dilan.(Hal. 170 PDF)

            Dilan sangatlah berbeda dengan Anhar, sang ketua geng motor. Dapat dikatakan bahwa Anhar hanyalah pria yang mengandalkan otot, bukan otak. Dia sering bertindak kriminal, bahkan melukai perempuan. Sedangkan pemberani juga bertanggung jawab, itulah Dilan. Akan tetapi, dua hal tersebut bukan merupakan hal utama yang memikat hati Milea. Karena untuk pertama kalinya, tokoh Aku pada novel 'Dilan' itu terpikat oleh gombalanyang dapat dibilang simpel dan tidak receh.

"Si Bibi ngetuk pintu, manggil-manggil, menyuruh aku untuk makan. Aku keluar dari kamar dengan isi kepala yang mulai dikacaukan oleh pikiran tentang omongan Dilan di angkot itu:

"Milea, kamu cantik. Tapi aku belum mencintaimu. Enggak tau kalau sore. Tunggu aja."

Kata-kata aneh yang terus nempel di kepalaku sampai malam harinya dan berhasil membuat aku ketawa sendirian di kamar...." (Hal. 37 PDF)

            Perjuangan Dilan untuk mendekati Milea tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bukan lagi banyak saingan, sarana komunikasi menjadi salah satu penghalang bagi Dilan. Pada tahun 1990, handphone belum banyak dikenal. Sehingga tidak seperti jaman sekarang, dimana remaja dapat dengan mudah mengirimkan pesan cinta pada yang dicintai kapan saja, Dilan harus menggunakan telepon rumah maupun telepon umum untuk menghubungi Milea.

"Selesai gosok gigi, pas akum au kembali ke kamar, telepon rumahku berdering. Aku lebih dekat ke tempat telepon, sehingga aku yang ngangkat dan itu adalah telepon dari Dilan, buatku, untuk pertama kalinya.

...

"Di mana?" kutanya.

"Siapa?" dia nanya.

"Kamu."

"Kamu?"

"Dilan," jawabku

"Aku? Di Mars."

"Ketawa jangan?" tanyaku.

"Aku di Jalan Mars, Margahayu Raya."

"Oh, he he he."(Hal. 51 PDF)

Usaha Dilan untuk mendekati Milea dapat dibilang unik, berbeda dengan pria pada umumnya. Milea yang saat itu sedang berstatus pacaran dengan teman sekolahnya di Jakarta, Beni, akhirnya pun mulai menaruh hati pada Dilan. Beni tergolong dalam kaum milenial dengan sikapnya yang sama seperti remaja jaman now. Pada awal cerita, Milea sempat membanggakan pacarnya itu.

"Beniku keren, kau harus tau itu. .... Beni sangat menyayangiku. Aku juga begitu kepadanya. .... Hampir setiap hari, Beni menelponku untuk melepas rasa rindu dan hal lain sebagainya." (Hal. 29 PDF)

            Lembaran kisah berganti hingga pada akhirnya terjadi sebuah insiden yang menunjukkan karakter Beni sesungguhnya.

"Dasar pelacur!"

Kudengar Beni memakiku selagi aku sudah berjalan pergi meninggalkannya.

...

Sekarang aku mau jujur, itulah aslinya Beni, tidak sebagaimana yang kukatakan dari awal bahwa Beni itu baik. Dulu, aku berusaha untuk tidak mengungkap hal buruk darinya, semata-mata hanya untuk menjaga wibawanya sebagai pacarku."(Hal. 93 PDF)

            Sejak saat itu, hubungan asmara Milea dan Beni pun berakhir, hingga akhirnya Dilan dapat menggantikan posisi Beni. Kisah asmara mereka bukan hanya tentang perjuangan Dilan saja, akan tetapi banyak juga tokoh yang berperan penting. Beberapa tokoh mendukung hubungan mereka, seperti Wati dan Piyan. Wati adalah saudara Dilan yang baik dan humoris, sedangkan Piyan adalah teman akrab Dilan dan juga pacar Wati yang suka membantu. Wati dan Piyan memegang banyak peranan dalam kisah cinta Dilan dan Milea. Surat dengan pesan-pesan cinta dapat tersampikan berkat bantuan mereka.

            Tokoh penting lainnya adalah bunda Dilan yang berambut pendek, ramah dan sangat menyayangi Milea. Sama seperti ibu Milea, bunda Dilan tampak gaul dengan mengikuti perkembangan jaman dan bertindak layaknya remaja pada saat itu. Sehingga, Dilan yang sedang jatuh cinta selalu menceritakan tokoh Milea pada bundanya.

"Oh, ini namanya Milea, ya, hmm hmm hmmm?" dia nanya ketika mobil sudah melaju.

"He he, iya, Bu," kujawab.

"Dilan itu sering cerita soal kamu."

"Bogoheun, tah!" kata Wati tiba-tiba yang artinya: Dilan cinta, tuh.

"Cerita apa aja emang?" kutanya

"Katanya kamu suka makan lumba-lumba," jawab ibunya Dilan. "Pasti dia bohong, kan?"(Hal. 175 PDF)

Akan tetapi, tidak hanya Dilan yang jatuh cinta. Nandan, teman sekelas Milea yang juga seorang ketua tim basket sekolah ternyata sama-sama menaruh hati pada Milea. Nandan terkenal akan ketampanan, kecerdasan dan digemari kaum wanita tersebut sudah jatuh cinta saat kala pertama kedatangan Milea. Berbagai macam tindakan Nandan seolah-olah berbicara mewakili perasaannya tersebut.

"Nandan ngasih boneka panda yang cukup besar. Boneka itu dibungkus dalam plastik dengan ujungnya yang diikat pita merah." (Hal. 66 PDF)

            Bukan hanya Nandan, dikenalkan juga Kang Adi oleh Pidi Baiq sebagai tokoh yang kontra terhadap hubungan Dilan dan Milea. Kang Adi adalah seorang mahasiswa ITB yang menjadi guru les privat Milea di rumah. Kang Adi dimunculkan pada pertengahan cerita untuk mencapai klimaks. Kisah asmara Dilan dan Milea sedikit terganggu setelah datangnya Kang Adi. Hingga pada akhirnya, klimaks terjadi saat Kang Adi mengajak Milea pergi berdua. Milea yang sedang mengalami konflik batin, ingin segera bertemu dengan Dilan. Tokoh Aku pada novel tersebut dibuat bimbang karena mengingkari janjinya sendiri kepada Dilan.

"Kamu bisa bayangkan setelah itu, setelah semuanya terbangun indah, lalu bertemu hari Minggu, hari di mana Kang Adi datang ke rumahku untuk aku merasa terpojok sehingga sulit bisa menolak ajakannya seperti yang sudah aku jelaskan, lalu aku pergi kemudian semuanya terjadi:

            Bangunan itu, yang sudah berdiri indah, bagai runtuh tiba-tiba, dalam sehari.

Tadinya, mau kutelpon lagi Dilan, tetapi kuurungkan karena aku merasa akan lebih baik jika langsung ngomong dengan Dilan di sekolah."(Hal. 305 PDF

            Esok hari, Milea bergegas mencari Dilan di warung Bi Eem. Warung Bi Eem juga merupakan salah satu tempat yang sering disebut pada novel tersebut. Bahkan, tempat tersebut dianggap bersejarah oleh penulis. Untuk mengenangnya, penulis menyajikan satu bab yang berjudul Warung Bi Eem, isinya tentang deskripsi lengkap tempat tersebut beserta dengan gambar ilustrasinya.

"Kamar yang paling depan, oleh Bi Eem disulap jadi warung, menghadap ke arah ruang tamu yang ada di sampingnya. Ruang tamu itu dindingnya Cuma setengah, tempat duduk orang-orang yang jajan di warung Bi Eem.

Luas halaman yang ada di depannya kurang lebih berukuran 2 kali 8 meter, sedangkan luas halaman yang ada di sampingnya kira-kira berukuran 1 kali 20 meter. Pagarnya berupa tembok yang sering dijadikan tempat duduk oleh siswa yang pada nongkrong disana." (Hal. 41 PDF)

            Warung Bi Eem yang bersejarah juga menjadi latar dimana cerita ini berakhir. Kisah perjuangan Dilan berujung bahagia. Dilan berhasil mendapatkan hati Milea setelah sekian lama.

"Proklamasi

Hari ini, di Bandung, tanggal 22 Desember 1990, Dilan dan Milea, dengan penuh perasaan resmi berpacaran.

            Hal-hal mengenai penyempurnaan dan kemesraan akan diselenggarakan dalam tempo yang selama-lamanya." (Hal. 327 PDF)

            Seolah-olah meggunakan alur maju, sebenarnya novel 'Dilan' menggunakan alur sebaliknya. Kisah pada novel tersebut diceritakan oleh Milea beberapa tahun ketika dia sedang merindukan Dilan yang memperjuangkannya dengan caranya sendiri.

"Demikian kisah cintaku dengan Dilan ketika aku tinggal di Bandung! Dulu! Duluuu sekali, bertahun-tahun yang lalu, meski aku merasanya seolah-olah baru kemarin." (Hal. 329 PDF)

            Memang unik Pidi Baiq menyampaikan cerita Dilan tersebut. Jalan cerita yang sederhana disulapnya menjadi sebuah cerita yang menarik untuk dibaca. Untuk itu, kepiawaiannya dalam menuliskan cerita patut diacungi jempol. Tidak hanya itu, penyajian gambar ilustrasi yang seolah-olah sama juga menjadi daya tarik novel tersebut. Tidak heran dengan kualitas gambar ilustrasi yang seolah-olah sama, karena Pidi Baiq merupakan mahasiswa lulusan Fakultas Seni Rupa dan Desain di ITB. Pidi Baiq yang juga menggemari musik merupakan 'Guru Besar' di grup band The Panasdalam. Sehingga, tidak heran jika seringkali musik (judul lagu, genre, maupun nama-nama voklais terkenal jaman 90-an) disebutkan pada novel karya Pidi Baiq tersebut.

"Ibuku, meski waktu itu masih remaja, tapi sudah bermain musik sama orang-orang yang sudah tua dan keren, seperti Uwak Gito Rollies, Kang Deddy Stanza. Juga dengan Kang Harry Rusli, yang waktu itu bikin kelompok musik Gang of Harry Roesli." (Hal. 14 PDF)

Berbeda dengan para penulis lainnya, Pidi Baiq adalah sosok yang tertutup. Namun, rangkaian cerita menunjukkan bahwa penulis memiliki keunikan yang sama seperti tokoh Dilan. Oleh karena itu, banyak pembaca yang menduga bahwa penulis adalah tokoh Dilan pada cerita. Dugaan para pembaca semakin dikuatkan dengan gaya bahasa yang biasa digunakan Pidi Baiq untuk melambangkan karakter Dilan. Melalui sosial media, dapat dilihat bagaimana bentuk kesamaan antara sang penulis cerita dengan tokoh yang dituliskannya. Keunikan yang dimiliki Pidi Baiq seperti lebih memilih untuk menuliskan tanggapan pembaca tentang novelnya, daripada sinopsis novel seperti yang dilakukan oleh para penulis biasanya pada halaman belakang novel. Untuk itu, tokoh Dilan pada novel tersebut dipercaya sebagai jelmaan dari sang penulis. Kutipan berikut memperkuat hipotesis para pembaca:

Semua, akan kutulis dengan menggunakan cara si dia dalam bergaya bahasa. Entah gaya apa, pokoknya kalau dia bicara, bahasa Indonesianya cenderung agak melayudan nyaris baku. Kedengar sedikit tak lazim, seperti bahasa Melayu lama yang bisa digunakan oleh Sutan Takdir Alisyahbana.(Hal. 17 PDF)

Referensi :

http://fandy-hutari.blogspot.co.id/2010/06/wawancanda-bersama-pidi-baiq_17.html

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun