Mohon tunggu...
Fiksiana

Dilannya Milea

24 Februari 2018   18:16 Diperbarui: 25 Februari 2018   17:26 1278
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Si Bibi ngetuk pintu, manggil-manggil, menyuruh aku untuk makan. Aku keluar dari kamar dengan isi kepala yang mulai dikacaukan oleh pikiran tentang omongan Dilan di angkot itu:

"Milea, kamu cantik. Tapi aku belum mencintaimu. Enggak tau kalau sore. Tunggu aja."

Kata-kata aneh yang terus nempel di kepalaku sampai malam harinya dan berhasil membuat aku ketawa sendirian di kamar...." (Hal. 37 PDF)

            Perjuangan Dilan untuk mendekati Milea tidak semudah membalikkan telapak tangan. Bukan lagi banyak saingan, sarana komunikasi menjadi salah satu penghalang bagi Dilan. Pada tahun 1990, handphone belum banyak dikenal. Sehingga tidak seperti jaman sekarang, dimana remaja dapat dengan mudah mengirimkan pesan cinta pada yang dicintai kapan saja, Dilan harus menggunakan telepon rumah maupun telepon umum untuk menghubungi Milea.

"Selesai gosok gigi, pas akum au kembali ke kamar, telepon rumahku berdering. Aku lebih dekat ke tempat telepon, sehingga aku yang ngangkat dan itu adalah telepon dari Dilan, buatku, untuk pertama kalinya.

...

"Di mana?" kutanya.

"Siapa?" dia nanya.

"Kamu."

"Kamu?"

"Dilan," jawabku

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun