“Halo Bas. Kamu kemana aja? Daritadi aku hubungin nggak bisa-bisa!”, aku langsung menggerutu.
“Halo, Sayang. Maaf banget ya. Tadi aku ada tugas mendadak, disuruh ke lapangan ngurus proyek. Baterai hp-ku habis, aku nggak bawa casan. Ini aku baru banget nyampe apartemen. Sekali lagi maaf ya, Iris sayang. Nanti kalau kamu pulang kita dinneryaa”, Bas berusaha merayuku yang merajuk.
“Hmmm.... iya deh. Aku maafin kamu. Tapi syaratnya kamu harus bikindinner-nya romantis seromantis-romantisnya”, aku masih berlagak ngambek.
“Iya, Sayang. Apa sih yang nggak buat Pelangi-ku. Eh, ngomong-ngomong gimana meeting-nya? Lancar?”
“Lumayan. Tapi besok harus lanjut lagi, soalnya klien masih kurang puas sama presentasiku”, jawabku. Padahal meetingberjalan lancar dan telah selesai. Aku sengaja berbohong agar kejutanku besok tidak gagal.
“Yaudah, kamu istirahat ya sekarang. Besok kan harus meetinglagi. Besok lanjut lagi neleponnya, oke? Selamat istirahat, Sayang”
Bas langsung mematikan teleponnya tanpa memberiku kesempatan untuk menjawabnya. Ada apa? Firasatku mulai tidak enak. Tapi aku masih berusaha untuk positive thinking.Mungkin Bas juga kecapaian setelah seharian mengurus proyek dan ingin segera tidur. Aku juga harus tidur karena besok mengejar penerbangan pagi, kembali ke Jakarta. Aku tidak ingin rencana kejutan ulang tahun untuk Bas besok gagal karena aku ketiduran. Aku beranjak menghampiri bos dan teman-temanku untuk pamit tidur. Mereka berusaha mengajakku bergabung dengan mereka, namun aku menolak dengan halus. Segera aku menuju kamar dan terlelap dengan perasaan berdebar.
***
Pagi yang cerah di ibukota. Rencanaku satu per satu mulai kujalankan. Kuharap semuanya lancar. Tak mau berlama-lama di bandara, aku langsung bertolak menuju toko kue langgananku. Aku memesan kue coklat kesukaan Bas. Aku memberikan rangkaian kata untuk dihias di atas kue ulang tahun kepada pegawai toko. Sambil menunggu kue selesai dihias, aku memilih lilin angka bernomor 3 dan 0. Aku juga memilih kartu ucapan yang disediakan di toko itu. Kartu ucapan berwarna coklat dengan desain sederhana. Bas orang yang tidak suka bermewah-mewah, dia tidak suka sesuatu yang glamour. Jadi aku sengaja membuat semuanya sesimpel mungkin, namun penuh arti dan makna.
Dari toko kue, aku berangkat ke mall terdekat. Disana, aku mampir ke toko sepatu dan memilih sepatu yang cocok untuk Bas. Sepatu kerjanya sekarang sudah mulai terkelupas dan solnya mulai menipis. Kurasa, sepatu adalah kado yang tepat untuknya. Pilihanku tertuju pada sepatu pantofelberwarna coklat tua. Selesai memilih sepatu, aku mencari toko alat tulis untuk membeli kertas kado. Saat berjalan menuju toko alat tulis, aku melihat banner yang menampilkan kalung pasangan di toko perhiasan. Aku tertarik dan mampir kesana. Apa salahnya memberikan dua kado, pikirku. Apalagi kalung ini kalung pasangan, pasti akan jadi hadiah yang berarti pula bagi Bas. Tanpa pikir panjang, aku langsung membeli kalung pasangan tersebut dan segera menuju toko alat tulis, memilih kertas kado dan meminta pegawainya untuk membungkus kedua hadiah yang telah aku siapkan.
Kulihat jam tanganku. Hari sudah menunjukkan pukul setengah empat sore. Harusnya Bas sudah ada di rumah dari pukul tiga tadi. Biasanya hari Jum’at Bas selesai kerja lebih cepat dan langsung pulang, tidak mampir kemana-kemana. Aku sengaja tidak meneleponnya seharian agar tidak mengacaukan rencanaku. Aku berjalan menuju lobby malldan memesan taksi untuk pulang ke apartemen.