“Tapi... tapi aku selalu sayang kamu!”, katanya sambil tertawa.
“Ih, Bas! Kirain ada apa. Aku udah deg-deg-an. Aku juga sayaaang banget sama kamu”, aku berkata sambil mengencangkan pelukanku.
“Iya, aku tahu koook. Udah ya, aku mau siap-siap dulu. Kamu juga siap-siap gih, pesawatnya jam 9 pagi kan? Nanti ketinggalan lho”, Bas melepaskan dekapannya dariku dan segera meluncur ke kamar mandi.
Aku mengangguk sambil tersenyum. Tapi hari ini aku tidak bisa tenang. Aku masih memikirkan ucapan Bas yang menggantung tadi. Ada apa ini? Kenapa hatiku gelisah? Kenapa perasaanku tidak enak? Namun aku enggan untuk bertanya pada Bas. Aku tidak mau menghancurkan hari yang telah dimulai dengan kebahagiaan.
Aku segera mengambil koper kecil dan memasukkan pakaian, sepatu, peralatan mandi dan make-up, serta dokumen-dokumen penting untuk meetingnanti. Harusnya aku packingtadi malam, aku menggerutu. Alhasil, aku panik dan kalang kabut memilih baju-baju yang harus dibawa. Saat aku mengambil baju dibawah tumpukan pakaian lain di lemari, ada sesuatu yang tersenggol dan jatuh ke lantai. Aku segera memungutnya. Ternyata lipstick merek YSL yang masih tersimpan rapi di dalam dusnya. Rasanya aku tidak punya lipstick merek ini, ditambah lagi warnanya yang merah gelap. Bukan seleraku. Tapi lipstick ini kan lipstick mahal. Mungkin Bas mau memberikan kejutan untukku. Dia kan laki-laki, tidak paham warna-warna lipstick, jadi bisa saja Bas sembarangan mengambil di counter dan langsung membayar tanpa mengeceknya lagi. Aku hanya bisa tersenyum geli membayangkan Bas dengan canggung datang ke counter make up untuk membeli lipstick. Kutaruh kembali lipstick itu ke sela-sela tumpukan pakaian. Aku tidak ingin mengacaukan kejutan Bas, ucapku dalam hati. Tak lama, Bas keluar dari kamar mandi sambil menggosok rambutnya dengan handuk. Ia tampak panik saat melihatku merapikan tumpukan baju di lemari.
“Ada apa, Sayang. Kamu kok pakengerapiin baju segala di lemari? Udah biarin sama aku, kamu kan harus cepet ke bandara. Ini aja kamu belom mandi. Buruan mandi sana”, kata Bas sambil terburu-buru membantuku merapikan lemari.
“Ini aku mau ngambil baju yang mau dibawa. Posisinya agak dibawah, makanya ribet”, jawabku polos, pura-pura tidak tahu tentang lipstick yang kutemukan.
“Ya udah, Sayang. Biar aku yang lanjutin beres-beres dan packingbarang-barang kamu. Ada lagi nggak yang mau dibawa?”
“Nggak ada, semua yang mau dibawa udah aku taro di atas kasur. Makasih banyak ya Bas-ku sayaaang”, balasku genit sambil mencium pipinya dan berlalu ke kamar mandi. Ternyata wajah Bas yang panik menggemaskan juga, pikirku dalam hati.
***
Ku lihat jam tanganku. Sudah pukul setengah 10. Seharusnya aku sudah boardingdari setengah jam yang lalu. Kulirik orang-orang di sekitarku. Mereka juga tampak cemas, sama sepertiku. Kenapa belum ada juga panggilan untuk naik ke pesawat. Tak lama, ada pengumuman dari maskapai penerbangan yang akan kunaiki.