Aku memeluk mama sambil mendekatkan diriku kearah telinga mama, "mama jangan khawatir, aku cuman butuh waktu sendiri. Gausa cari aku. Gausa minta tolong siapapun untuk cari aku. Aku akan pulang, saat badaiku udah reda"
Aku segera keluar rumah. Papa yang mau mengejar ku sepertinya di tahan mama untuk membiarkanku tetap pergi. Langkah kaki yang sebenarnya sangat berat untuk melangkah meninggalkan rumah, begitu terasa. Tapi kata hati dan mimpiku juga perlu dipertahankan. Langkah kaki ini terus berjalan bersamaan dengan tetesan air mata yang tak kunjung henti. Kepala aku tundukkan, dan topi yang aku kenakan aku turunkan, agar orang lain tak melihatku yang penuh dengan air mata. Entahlah, aku berjalan ke arah mana, tak ada tujuan. Tapi tiba-tiba saja.
"VENUSSS!" Suara laki-laki terdengar. Aku sungguh takut, aku terasa trauma dengan teriakan suara laki-laki. Tapi setelah orang itu memanggilku ke tiga kalinya, aku baru sadar bahwa itu bukan papa. Bukan suara papa yang aku denger. Tapi orang yang familiar. Akhirnya kubalikkan badanku.
"Jery?! Lo ngapain ada disini?" Tanyaku sambil sedikit terisak
"Lo ngapain disini? Harusnya gue yang nanya Lo ngapain disini, Ven?" Jawab Jery dengan tegas.
"G--gu---gue disini mmm gapapa" jawabku terbata-bata
"Cewek, bolos sekolah, jalan sendirian, nangis lagi, Lo bilang gapapa? Munafik banget si Lo"
"Heh, bolos sekolahnya gue tu masih terhormat. Ga masuk dari pagi, dan ga pake seragam sekolah waktu keluar. Lah elo? Bolos ditengah pelajaran. Balik sana Lo" kataku sambil memalingkan wajahku kearah kiri.
"Ven? Pipi Lo? Merah banget? Lo abis ngapain?"
"Aduh Jer, gausa sok peduli gitu deh. Balik balik balik, balik sanaaa" usirku pada Jery, sambil aku berjalan kecil pergi menjauhi Jery.
"Gak, gue ga akan balik. Sebelum Lo cerita sama gue. Udah sekarang Lo naik, gue anter Lo ke suatu tempat"