Mohon tunggu...
Salfadilla Nashwa Sulaeman
Salfadilla Nashwa Sulaeman Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

SMA NEGERI 2 MAGELANG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dandelion

19 November 2020   17:08 Diperbarui: 19 November 2020   17:35 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/2ySjwez

"Eh eh pak, eh udah sampai ya pak? Aduh maaf pak saya kebawa suana jadi melamun. Berapa ni pak ongkos nya?"

"10.000", jawab si supir. Aku langsung mengambil uang dari saku kanan rok ku. Dan segera memberikannya kepada supir itu. Aku segera turun dan langsung masuk ke sekolah.

Didepan gerbang ada papan pengumuman yang bertuliskan bahwa hari ini ternyata jam masuk diundur menjadi jam 8. Aku bernapas lega karena aku tidak telat hari ini.

Brukkk... "Aduhhh sial banget gue". Tiba-tiba saja aku mendengar suara orang terjatuh tepat dibelakangku, suara gerutuan yang dia ucapkan rasanya tidak asing bagi ku. Aku langsung menoleh ke belakang.

"Astagaa Jery? Lo kenapa si bisa jatuh gini, ngapain bawa buku banyak gini sih?"

"Heh jera Jery, emang lo kenal gue?" Katanya yang sedari tadi sibuk berlutut dan menunduk mengambil semua bukunya.

"HELLO??! ga kenal Lo bilang?" Jawabku dengan ketus sambil mendongakkan kepala nya.

"Eh elo si ratu cengeng?" Jawabnya dengan nada mengejek.

"Hadeh, terserah deh elo mau bilang apa. Buruan nih, ni buku bawa kemana? Perpus? Lo pasti lupa balikin buku kelas 10 kan. Apal banget gue", kataku sambil beranjak dari jongkok, dan membawa sebagian buku Jery yang tadi terjatuh.

Kita berdua segera menuju perpus dan buru-buru menuju lapangan upacara, untuk upacara dan melihat daftar kelas. Sungguh tak disangka, aku dan sahabat cowokku sedari SMP, Jery ternyata satu kelas. Aku merasa senang tetapi juga sedih. Iya, sedih. Karena dia adalah saingan terberat ku dalam memperebutkan ranking 1 pararel disekolah. Dia memang terkenal tampan, ahli basket, dan tentu jenius. Yap, jenius, "si jenius" adalah julukannya. Kita berdua saling bertatapan dan tersenyum. Seolah memberikan tanda kebahagiaan dan tentunya tanda bahaya.

Semua anak menuju kelas dan segera mengambil tempat duduk terbaik bagi mereka. Entah apa yang salah dari kursi paling depan, yang berhadapan langsung dengan guru, nampak kosong keduanya. Dan hanya tinggal kursi itu yang kosong. Mau tidak mau, suka tidak suka, aku harus duduk bersama Jery. Tak begitu terasa, jam kelas menunjukkan pukul 09.30. Bel istirahat pasti akan berbunyi sebentar lagi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun