"Pah, aku gamau ikut olimpiade. Aku capek", kataku memelas.
"Kalau kamu gamau ikut olimpiade, gimana kalau kamu ikut seminar jurusan kedokteran? Bakal ada gues star yang hebat. Seorang dokter bedah terkenal dari luar negeri. Ini brosurnya", jawab papa sambil menjulurkan secarik kertas brosur.
"Pah, aku gamau. Sebenarnya, Venus lebih tertarik kedunia seni dan fashion pa. Itu cita-cita Venus sedari kecil pa!" Kataku dengan nada yang sedikit ditekankan.
"Ven, kamu harus ikut kata-kata papa. Kamu itu pintar, untuk apa dunia seni kamu itu? Lebih baik kamu gunakan otak pintar mu itu untuk hal yang lebih baik, seperti dokter", jawab papa dengan menekankan kata-katanya juga.
"Pa, Venus ini udah besar, ga lagi anak-anak yang harus teruss dibimbing gitu. Apa iya? Venus harus terus dibimbing masuk ini masuk itu, ikut ini ikut itu, atau bahkan papa juga mau, Venus mati dibimbing papa?"
"Venus! Jaga ya mulut kamu itu!" bentak papa padaku.
"Pa, aku capek tiap hari ikut les, ikut privat, seminar, olimpiade, lomba cerdas cermat, semua itu aku udah lakuin dulu. Dengan semua prestasi yang aku raih, apa papa selalu ada setiap pembagian piagam dan piala? Engga kan pa? Cuman mama, pa. Cuman mama yang ada disana. Papa itu terlalu egois. Cuman mau didenger tanpa mau mendengarkan orang lain. Inget ya pa, Venus ini udah remaja, beranjak dewasa bahkan. Venus udah bisa nentuin jalan hidup Venus sendiri", kataku dengan nada yang terus ditinggikan. Aku langsung beranjak dari kursi dan ruangan yang semakin memanas itu. Air mataku sudah tak sanggup lagi aku tahan-tahan.
"Venus!! Dengerin kata papa!" Teriak papa, sambil berusaha mengejarku dan menarik tanganku.
"Kamu harus masuk K-e-d-o-k-t-e-r-a-n"
"Pa, papa ga denger kata-kata aku tadi ha? Aku g-a-m-a-u masuk kedokteran. Aku mau masuk seni. Aku punya pilihan aku sendiri. Kalo papa mau aku masuk kedokteran, ya sana papa aja sendiri yang masuk kedokteran. Kalau itu emang cita-cita papa dulu yang ga kesampean, yauda biarin jadi mimpi papa yang terpendam. Jangan terus semua dilampiasin sama aku dong pa!"
"Kamu ini ya, sekarang udah semakin pinter jawabnya. Papa itu sangat kecewa sama kamu. Papa kira dulu itu kamu memang mau dengar kata papa, tapi ternyata kamu sekarang malah tumbuh jadi anak durhaka kaya gini!"