Mohon tunggu...
Salfadilla Nashwa Sulaeman
Salfadilla Nashwa Sulaeman Mohon Tunggu... Lainnya - Pelajar

SMA NEGERI 2 MAGELANG

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dandelion

19 November 2020   17:08 Diperbarui: 19 November 2020   17:35 264
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://pin.it/2ySjwez

"Kalaupun aku dengar kata papa sampai akhirnya aku benar-benar masuk kedokteran, aku tidak akan bahagia pa, cuman papa yang bahagia. Sedangkan aku? Aku terus hidup dalam tekanan, penderitaan, dan terus berkutat dengan kepura-puraan"

"Terusin aja kamu jawab!, Terserah kamu Ven, kalau kamu tetep kekeuh mau masuk kesenian. Silahkan, silahkan kamu HIDUP SENDIRI!"

"IYA PAH, VENUS BAKAL HIDUP SEN--"

Plakk,,, suara tamparan dan rasa panas dipipi kananku mulai terasa perih. Kucuran air mata benar-benar tak sanggup aku bendung lagi. Mama yang sedari tadi melihat aku dan papa beradu debat, dan tidak berani menyelanya, akhirnya berlari ke arahku ketika mama melihat aku ditampar oleh sosok penyuruh ini, dia langsung memelukku. Tangisanku tambah menjadi-jadi didalam pelukan itu.

Mama mengajakku masuk ke dalam kamar. Dan meminta ku untuk tidak berangkat sekolah hari ini. Mama berkata, "kamu istirahat aja dulu ya Ven, mama gamau kamu kenapa-napa"

Aku benar-benar marah dan kesal saat itu. Keputusan ku untuk lari dari rumah rasanya sudah bulat. Dengan kucuran air mata yang masih cukup deras, aku memasukkan pakaian ku ke dalam tas ranselku. Aku pergi keluar rumah, tanpa pamit. Aku segera menuju pintu depan, dan tak menghiraukan mama dan juga papa ku. Kepalaku tidak aku paling kan kemana-mana, aku hanya fokus berjalan cepat menuju pintu keluar.

"Ven! Mau kemana kamu?!" Teriak papa dari ruang tengah.

Aku tak menghiraukan suara apapun. Sekalipun itu suara mama ku yang terus menerus meminta ku untuk tidak pergi. Saking kesalnya papa, akhirnya dia menarik tanganku kembali.

"JAWAB PERTANYAAN PAPA, KAMU MAU KEMANA?!" Bentaknya kepadaku.

"Ini kan pa, yang papa mau? Aku hidup sendiri? It's oke aku hidup sendiri pa, yang paling penting aku ga terus²an jadi robot hidup pengabul impian papa", kataku dengan cukup keras, sambil berusaha melepaskan tanganku yang dipegang papa dengan sangat erat. Mama berusaha memelukku, dan merayu ku untuk tidak pergi dari rumah.

"Ven jangan pergi Ven, mama mohon jangan pergi"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun