Mohon tunggu...
Radian A
Radian A Mohon Tunggu... Full Time Blogger - Belajar jadi manusia

Karena "bio harus diisi" maka ingin ku ceritakan tentangku kepadamu, namun nanti ... saat kita bersua di dalam kedai, bertemankan bergelas-gelas kopi. Akan ku isi bio-ku di hatimu, tanpa terkecuali, jujur dan apa-adanya. :p

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Gadis di Keremangan Malam

11 Maret 2020   19:07 Diperbarui: 11 Maret 2020   19:10 199
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Dua puluh juta untuk membayar penangkaran buaya, dia akan hilang jejaknya selamanya."

"Baiklah."

Dadang tersenyum sumringah dan mengangkat gelasnya, "Untuk kerjasama kita."

Keesokan pagi, Dadang menjemputku dengan sebuah mobil panther tua berwarna hitam. Asapnya hitam mengepul menembus jalanan rusak sebelum mengaspal ke jalan utama Padalarang - Batu Jajar.

"Dia masih di rumah," ujar Dadang sambil memacu mobilnya ke arah Kota Baru Parahyangan.

Benar adanya, seorang lelaki paruh baya sedang duduk di teras rumahnya bercelana pendek, membaca koran menyanding sebuah cangkir yang masih mengepul. Ketika kami turun dari mobil hitam itu, air wajahnya berubah.

Aku mengenakan tuksedo hitam menjinjing tas kulit berwarna senada, sementara Dadang hanya berkaos hitam dengan balutan jaket kulit. Sebuah celana jeans biru menemani pantofel hitamnya. Sedangkan matanya yang tajam tertutup kacamata aviator dari Ray-Ban.

"Selamat pagi, Bapak Sudiro?" Sapaku setelah memasuki gerbang yang terbuka. Di hadapannya Sebuah Mercedez Benz C-Class nampak sedikit basah usai di cuci, di depannya sebuah Toyota Yaris berwarna putih sedang di cuci oleh seorang lelaki tua yang nampak tak acuh dengan kedatangan kami.

"Se ... Selamat pagi," jawab lelaki itu tergagap. "Ma ... mari ber ... berbicara di dalam."

Ruang tamu rumah itu sangat tertata rapi. Megah dengan lampu gantung kristal besar menggantung di atapnya. Kursi ruang tamu itu nampak serasi, terbuat dari ukiran jati Jepara kelas satu. Legam dan kokoh. Di salah satu dinding terdapat foto keluarga yang cukup besar. Menampakkan Sudiro dengan istri dan seorang anak perempuan berusia sepuluh tahunan. Mereka nampak sangat bahagia.

"Nampaknya keluarga Anda sangat harmonis, Bapak Sudiro?" tanyaku tanpa mengalihkan pandanganku dari foto besar itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun