Diantara dentuman musik elektronik itu pula aku masih bisa mendengar ketukan langkah high heels gadis itu berjalan mendekat. Usianya dua puluhan dengan rok span melekat ketat di atas pahanya.
"Aku boleh gabung, A?" tanya gadis itu berbisik. Aroma parfum dari sebuah brand kenamaan kota mode Paris tercium dari lehernya. Wanginya yang lembut jelas menunjukkan parfum original.
"Tentu saja." Aku menepuk sofa kosong tepat di sisi kananku.
Sebuah gelas berisi minuman segera aku sodorkan kepada gadis itu.
"Terima kasih," ujarnya sengaja mengangkat tubuh sedikit mendekat untuk kembali berbisik di telingaku sambil tersenyum.
"Siapa namamu, Geulis?"
"Enci, A. Kalau Aa siapa?" tanyanya balik.
"Rio," jawabku singkat. "Boleh minta nomor hapenya?"
Aku menyodorkan ponselku. Dengan lincah jemarinya mengetik dan memberikan nama. Disodorkannya ponsel ku kembali ke tanganku. Aku cek profil WhatsApp-nya,
"ini?" Tanyaku.
"Kok, A tau nomorku?"