Mohon tunggu...
Kinanthi
Kinanthi Mohon Tunggu... Guru - foto

Seseorang yang meluangkan waktu untuk menulis sekadar menuangkan hobi dengan harapan semoga bermanfaat.

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kisah Horor Rumah Terpencil Dekat Jembatan Kecil

3 November 2020   23:06 Diperbarui: 4 November 2020   00:31 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kami berdua...

Setelah kata berdua terdengar, aku pun bergegas bergabung dengan teman-teman untuk salat Magrib, sementara itu tamu bu Mur pun terdengar berpamitan. Sambil masih salat rakaat terakhir, begitu mendengar suara teman bu Mur berpamitan, sempat-sempatnya dalam hatiku membatin, setelah teman bu Mur berpamitan, tentu teman yang satu lagi akan berpamitan pula. Bukankah tadi datang ke vila berdua? Setelah salam dan masih duduk berdoa, telingaku mendengar suara lagi, yang lain dengan suara temen bu Mur yang kutemui sore tadi, berpamitan pula.

Setiba di meja makan saat makan malam, iseng kutanyai bu Mur tentang tamunya yang kutemui sore tadi.

"Tadi tamunya datang berdua ya, Bu?"

"Tidak. Bu Diah teman arisan. Tadi mampir menarik uang arisan."

"Tapi sebelum berlalu, kudengar katanya berdua...

"Berdua dengan bu Tini. Tapi Tidak jadi ikut ke sini karena bu Tini  ingin membeli sayur untuk makan malam."

"Lho, tadi kudengar suara orang berpamitan setelah bu Diah," aku tak dapat menyembunyikan keterkejutanku. Dalam suasana menegangkan begitu, Sheryn menyahut,

"Duh...jadi korslet nih, gegara kisah sebelum perang dunia kedua."

"Tersugesti, jadi sulit konsentrasi atau...

"Jika atau diteruskan lalu diikuti khayalan aneh-aneh, akan bermunculan kisah-kisah aneh lainnya nih. Kita masih semalam di sini lho,"tukas Jini sambil menghabiskan segelas teh hangat di depannya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun