"Sugesti karena kesamaan bangunan vila? Itu kan kebetulan saja. Lagipula jembatan itu kan hiasan yang dibangun di atas kolam ikan. Di sini tidak ada musim salju pula."
Setelah makan malam, kami pun tenggelam dengan kesibukan masing-masing dan masih tetap sekamar walaupun harus berdesakan. Sheryn, Jovi, dan Jini tidur di ranjang, sedangkan aku, Tety, dan Mita menggelar kasur di bawah.
Sekitar pukul 22.00 hujan turun dengan lebatnya, membuat kami tertidur pulas. Aku masih mengantuk ketika Mita membangunkanku sekitar pukul 02.00.
"Ada apa sih, Mit?" tanyaku sambil menggeliat.
Mita duduk bersila sambil meringkuk di dalam selimutnya.
"Kamu tidak bermimpi sesuatu?"
"Jangankan bermimpi. Kapan hujan reda pun aku tidak tahu,"jawabku ikut duduk di sebelahnya. Kunyalakan penerangan untuk membuka gawai.
Pada saat yang bersamaan, Jovi dan Jini pun terbangun. Keduanya antre ke kamar kecil sekalian mengambil air wudu untuk salat malam. Aku dan Mita pun mengikuti.
Setelah itu, kami semua terbangun dan tidak dapat tidur lagi. Semuanya tenggelam bersama gawai masing-masing. Sheryn sibuk di pantry yang bersebelahan dengan kamar tidur kami, membuat teh.
"Sheryn mengapa tidak takut?" tanya Mita menoleh ke arah Sheryn yang tengah memasak air.
"Sejak kecil aku sering tinggal di sini. Mengapa takut?" jawabnya sambil membuka tutup gula.