"Lalu bagaimana? Orang yang muncul dalam mimpi nenek buyutmu itu datang ke Indonesia untuk membayar hutangnya?" tanya Tety.
"Hmm...ternyata informasi berikutnya yang diperoleh nenek buyutku, saat muncul dalam mimpinya itu, temannya sudah meninggal kira-kira seminggu."
"Terus bagaimana?" tanyaku.
"Nenek buyutku mendoakan, memaafkan, membebaskannya dari hutang...
"Agar tidak muncul-muncul dalam mimpi lagi?" tanya Mita.
"Iyalah. Siapa mau?" jawab Sheryn.
Kami pun diam sesaat, terbawa angan masing-masing. Sesaat ada keraguan, masihkah ingin berlibur ke vila leluhur Sheryn? Akan tetapi, keinginan berlibur itu begitu kuat, sehingga akhirnya kami pun berangkat sore hari ke tujuan.
Setiba di vila waktu sudah menunjukkan pukul 18.52. Penjaga vila membuka pintu pagar. Kuperhatikan sekeliling vila tersebut. Ternyata Mita pun melakukan hal yang sama denganku. tatkala pandangan kami bertemu, yang terucap adalah pertanyaan yang sama.
"Ryn, vila ini juga terpencil dan ada jembatan kecil?"
Sheryn hanya tertawa sambil memasukkan tas yang baru diturunkan penjaga vila dan isterinya.
"Kebetulan saja ada kesamaan," akhirnya ia menjawab juga setiba kami di kamar. Kamar yang kami pilih paling luas. Sebetulnya masih ada dua kamar lagi, tapi tidak seperti biasanya ketika kami berlibur, malam ini kami takut tidur terpisah.