"Aku tadi malam mimpi ada orang mengetuk pintu,"kata Mita sambil meraba tengkuknya.
"Mimpi atau terjaga?" ulang Sheryn sambil mendekat. Di tangannya sudah ada nampan berisi gelas dan teh panas di teko.
"Mimpi," jawab Mita.
"Mimpi saja dipikir. Itu kan bunga tidur," jawab Jini.
"Iya nih, menakuti saja nih. Kukira ada orang mengetuk pintu sungguhan. Ternyata mimpi," gerutuku.
"Wah...jangan-jangan teman nenek buyutku mau membayar hutang,"goda Sheryn sambil menepuk bahu Mita yang sesekali masih meraba tengkuknya. Akan tetapi, waktu sudah menunjukkan pukul 04.30, kami pun kembali menuju kamar mandi.
Setelah berjalan-jalan pagi sambil sesekali berlarian menuju perkampungan penduduk di sekitar, kami pun kembali ke vila pukul 07.30. Bu Mur, isteri penjaga vila sudah menyiapkan nasi pecel untuk makan pagi. Dalam kondisi lapar setelah berolahraga terlebih hujan semalam masih menyisakan dingin yang sesekali menggigit, membuat kami makan dengan nikmat.
"Lauk tahu panasnya ludes nih, Bu Mur," kata Sheryn, "Masih adakah? Jika ada, teman-teman minta digorengkan lagi nih."
Seharian kami bergurau, sibuk dengan gawai, menyanyi, dan yang tidak ketinggalan adalah berfoto-foto di sekitar vila maupun di dekat perkampungan. Tak terasa, senja pun bersiap-siap datang menjelang. Esok pagi kami bersiap-siap pulang.
Tiba-tiba, setelah petang menghilang, vila kedatangan tamu seorang ibu. Aku yang mulai agak terkantuk menemuinya. Tamu tersebut menemui bu Mur. Aku yang masih berada di situ setelah bu Mur menemuinya, mendengar pertanyaan beliau
"Tadi berangkat sendirian ke sini?"