"Bung Brondong, andakan pernah sekolah tinggi di luar negeri dan kampus itu terkenal namanya di dunia sebagai universitas yang banyak menghasilkan lulusan hebat. Berarti anda bung Brondong alumni dari sana, pun juga punya gelar strata satu sampai gelar profesor. Hebat dong," puji Brojol
"Maksudnya apa?" Brondong tersanjung.
"Sedikit aneh boleh tolol banyak jangan," ejek Brojol.
"Kunyuk lu," celoteh Brondong sedikit tersenyum.
"Selow Bro. Nasib lu beda dengan nasib gue," Brojol bertingkah lucu.
    "Gue bisa kuliah sampai punya gelas sarjana, itu hal paling hebat di keluarga. Karena hanya gue yang di berikan kesempatan untuk kuliah. Yang lain, abang dan adik gue cuma jadi buruh pabrik kontrak."
    "Sampai sekarang nasib mereka luntang lantung nggak stabil. Tapi karena mereka rela mengalah agar gue bisa kuliah maka sekaranglah saatnya gue balas jasa ke mereka."
   "Setiap bulan mereka gue kasih jatah dua kali lipat dari gaji karyawan kantor. Nah dari mereka pula gue bisa gerakkan massa."
   "Wah hebat dong," Brondong kagum.
   "Makanya gue nggak kaget lihat demo rusuh seperti media massa."
   "Bro, elu pernah lakukan hal seperti itu?"