Mohon tunggu...
Nana Marcecilia
Nana Marcecilia Mohon Tunggu... Asisten Pribadi - Menikmati berjalannya waktu

Mengekspresikan hati dan pikiran melalui tulisan

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

SDM Rendah versus SDM Tinggi di Negara yang Sama

16 Agustus 2024   13:59 Diperbarui: 19 Agustus 2024   13:04 657
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengapa tidak kita gunakan untuk meluruskan budaya yang selama ini melenceng? 

Atau bisa juga dijadikan sebagai media pembelajaran untuk berdiskusi dengan orang yang, ternyata, memiliki cara berpikir yang berbeda, yang bisa juga kita kategorikan "ajaib".

Buang sampah sembarangan sudah menjadi budaya kita sejak masa kolonialisme.

Dan itu sudah berlangsung dari generasi ke generasi, karena dulu sampahnya masih mudah terurai, dan tidak ada plastik.

Plastik baru masuk ke Indonesia pada tahun 1950. Juga, belum ada pemahaman seberapa bahaya sampah plastik bila dibuang sembarangan.

Sayangnya, sedari kecil, tidak semua sekolah menerapkan pelajaran karakter, banyak yang lebih mengedepankan akademis, sehingga pemahaman mengapa sampah harus dibuang pada tempatnya sangatlah minim.

Dan tidak semua orang memahami apa itu sampah organik dan non-organik.

Jangan lupa juga, banyak dari kita yang terlatih disajikan informasi, baik dari orang tua, lingkungan ataupun sekolah, sehingga inisiatif untuk mencari informasi sangat lah sedikit. 

Hal ini dibiasakan bahwa lembar jawaban yang diberikan guru adalah mutlak, maka anak tidak terlatih untuk mencari tahu, mengapa jawabannya harus seperti ini.

Andai bertanya pun pada orang tua, bisa jadi orang tua sudah emosi duluan, karena sudah sangat lelah bekerja. 

Atau bisa juga ditertawakan karena pertanyaan si anak lucu, padahal itu adalah pertanyaan dimana syaraf otak anak sedang terpancing untuk bersikap kritis terhadap sesuatu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun