"Dek, ada kerjaan di cafe, lokasinya dekat dengan lokasi kost kita, sekitar 30 menit perjalanan. Kau mau tak?", tanya kakakku.
*Â
Satu tahun sudah aku di Jakarta, dan tidak menyangka betapa kerasnya bekerja di Jakarta. Betapa perihnya hidup Kakak di kota.Â
Ia harus banyak berhemat, dan ternyata demi bisa membiaya Ibu Bapakku, dan memenuhi kebutuhan saudara-saudaraku, seringkali ia menahan diri untuk memenuhi keinginannya.Â
Istilahnya uang yang ia hasilkan tidak bisa dinikmati untuk dirinya sendiri.
Dari awal aku datang, aku nge-kost di Tangerang, bersama kakakku untuk menghemat biaya. Setelah aku mendapatkan pekerjaan di Jakarta Timur, aku langsung menawarkan diri agar biaya sewa kost dibagi dua.
Kalau tidak, aku kasihan pada kakakku karena harus menanggung biayaku juga, padahal aku sudah bekerja.
Gajiku tidak terlalu tinggi, namun masih bisa lah untuk hidup sehari-hari. Hanya saja, kalau aku hitung untuk masa depan, uangku habis untuk biaya transportasi.Â
Padahal aku sudah mengakali pengeluaranku dengan hanya makan di kost saja, dan membawa bekal.
Kakak dan aku seringkali bergantian memasak makanan di kost.
Tapi tetap saja, setiap akhir bulan, sisa uangku tidak menyemangatiku untuk terus bekerja di perantauan.