Mohon tunggu...
Adhitanto Nabil Shobirin
Adhitanto Nabil Shobirin Mohon Tunggu... Arsitek - Final Year Architecture Student

I do crazy stuff when I'm in stress.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puas Jatuh di Jalan

25 September 2019   22:17 Diperbarui: 25 September 2019   22:37 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Gue syok. Selama hidup gue, ini pertama kalinya gue kecelakaan. Meskipun lebih pas dibilang 'nggak ada apa-apa tiba-tiba jatuh' atau dengan kata lain, goblok.

Setelah meneguk segelas air yang entah apa fungsinya buat gue saat itu, gue mengecek kondisi badan gue. Ada luka di punggung tangan dan telapak tangan kiri akibat tergesek. Gue juga merasakan nyeri di bagian lutut kiri. "Oke, kayaknya nggak terlalu parah," gue membatin. Gue langsung cuci tangan untuk membersihkan lukanya agar steril.

Keadaan motor Anom juga sepertinya nggak ada masalah. Hanya tempat lampu sein kirinya patah dan sudah diberi selotip.

Segera setelah membayar air minum (iya, ibu-ibunya minta bayar) dan mengucapkan terima kasih ke mereka yang membantu, gue tuntun motor gue ke Indomaret yang tak jauh dari sana.

Di Indomaret, gue mencuci lutut yang terluka dan membeli Betadine. Gue duduk di depan Indomaret sambil meneteskan Betadine ke luka-luka gue.

Selesai mengobati luka, gue membuka GPS untuk mengecek lokasi saat ini. Gue ada di Candi, salah satu daerah di Sidoarjo. 25 kilometer telah gue lewati. Gue galau, apakah gue harus lanjut ke Malang atau kembali ke Surabaya. Di kondisi kayak gini, nggak mungkin gue telepon orang tua. Gue juga nggak punya kenalan daerah sini. Akhirnya dengan nekat, gue kembali melanjutkan perjalanan ke Malang.

Singkat cerita, gue tiba di Malang 3 jam kemudian. Gue sudah cek lokasi acara untuk besok dan mencari penginapan murah di dekatnya. Tadinya gue ingin menginap di kos teman supaya murah, tapi ternyata Neneknya lagi mengadakan pesta pernikahan di rumahnya. Nggak enak aja gue ikutan, apalagi gue nggak bawa batik.

Setibanya di penginapan, gue malah demam. Gue berbaring di kasur susun sambil melihat ke langit-langit. Setahu gue, seseorang yang demam setelah luka itu artinya mereka sudah kena infeksi. Apalagi demamnya infeksi, kalau nggak segera diobati, akibatnya bisa mati.

Gue panik.

Gue juga baru ingat kalau gue lupa beli perban, jadi selama perjalanan, tangan gue tertiup oleh debu tanpa henti. Sebuah bentuk kebodohan yang luar biasa.

Untungnya jam 4 pagi demam gue turun secara tiba-tiba. Rasanya kayak lagi kebelet boker, susah keluar, pas keluar rasanya plong. Sensasi itu yang gue rasakan. Gue jadi bisa tidur.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun