Mohon tunggu...
Adhitanto Nabil Shobirin
Adhitanto Nabil Shobirin Mohon Tunggu... Arsitek - Final Year Architecture Student

I do crazy stuff when I'm in stress.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Puas Jatuh di Jalan

25 September 2019   22:17 Diperbarui: 25 September 2019   22:37 25
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Novel. Sumber ilustrasi: PEXELS/Fotografierende

Hari yang ditentukan pun tiba. Gue dapet kabar dari Benakribo kalau nanti acaranya akan diadakan di Hotel Gajahmada Graha, Malang, hari Sabtu siang. Gue memutuskan untuk berangkat Jumat malam, supaya nggak terlalu capek dan bisa istirahat dulu.

Karena penasaran, gue coba cek jarak antara hotel tersebut dan kosan gue.

Ternyata jauh. 75 kilometer. Gue pikir awalnya Malang itu cuma sejengkal ke selatan kayak Sidoarjo. Malah, tadinya gue pikir urutannya itu Surabaya-Sidoarjo-Malang. Panik lah gue.

Namun, nasi sudah menjadi kerak telor (karena gue nggak suka bubur), gue tetap harus berangkat. Gue harus profesional. Gue sudah bilang bisa, ya bisa.

Setelah gue selesai ngampus sekitar jam 4 sore, gue pulang dan beres-beres. Gue memakai jaket, memasang earphone untuk mendengarkan arah GPS dan berangkat ke Malang.

Hal pertama yang gue sadari pas di jalan adalah: Surabaya kalau sore macet gila. Dari kosan ke jalan antar kota, dengan jarak 9 kilometer, memakan waktu satu jam lebih. Padahal biasanya hanya setengah jam. Kecepatan motor gue nggak pernah lebih dari 10 kilometer per jam. Pelan banget rasanya, mirip kayak macet di Jakarta, di Jalan Jendral Sudirman.

Mungkin kalau udah ada yang mulai jualan tisu dan badut kepala goyang di pinggir jalan, udah persis kali ya.

Sejurus kemudian, gue sudah melewati kemacetan Surabaya dengan sukses. Earphone di telinga sudah mulai kendor dan hampir jatuh.

Gue memutuskan untuk menepi dan membetulkan earphone. Gue menekan rem depan karena kata Anom rem belakangnya lagi rusak dan kalau sering dipakai bisa panas dan bau karet. Yang gue lupa saat itu, gue lagi nggak di aspal, melainkan di pasir. Slip lah ban depan gue.

Untuk sepersekian detik pada momen ini, gue membatin, "Wah, bakal jatuh nih. Yaudah." Gue pasrah.

Gue menjatuhkan diri dengan kondisi motor miring ke kiri, untuk mengurangi dampak kecelakaan. Untungnya gue jatuh di depan warung makan, sehingga ada beberapa orang yang menolong gue dan mengangkat motornya. Ibu-ibu penjaga warung juga berbaik hati memberikan gue segelas air hangat.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun