Nisa membalas dengan tertawa kecil, sambil ngos-ngosan setelah dibekap Aini.
Setengah jam berlalu, kami tiba di gerbang tol antara Surabaya dan Gresik. "Kalian pernah ke Gresik, nggak, sebelumnya?"
"Belum, Mas. Nggak berani bawa motor jauh-jauh," jawab Nisa.
"Sama, Mas," jawab Aini.
"Wah, sama kalau gitu ya. Aku malah baru ini ke luar kota loh, hahaha..."
Seketika suasana mobil hening. Gue tersadar kalau gue salah ngomong. Dengan panik, gue menambahkan, "Tenang aja ya, InsyaAllah kita pulang dengan selamat..."
Mobil masih hening.
Mampus.
Gue mengintip lewat spion tengah ke belakang untuk melihat kondisi mereka. Ternyata mereka sedang fokus ke sebuah pabrik di sebelah kanan mobil kami. Semoga bukan lagi berpikir gimana caranya kabur dari mobil dan pulang dengan selamat.
Untungnya beberapa kilometer kemudian, kami tiba di Universitas Semen Gresik. Ternyata, universitas ini terhubung dengan pabrik Semen Gresik yang masih aktif, yang membuat tempat ini jadi besar sekali. Untuk masuk saja kami perlu keliling dulu. Kalau nggak ada pemandu jalan, mungkin kami bisa tersesat. Niatnya cari pintu keluar, malah sampai ke pintu akhirat.
Karena gue kebagian posisi fotografer sekaligus sopir saat itu, gue membiarkan Nisa dan Aini menjelajah kampus itu. Saat gue lagi asyik foto-foto, telepon gue berdering. Ternyata Anom, kerabat gue, menelepon.