"Ven, gendong," melas gue.
"Moh, cok. Gelundungan sana," jawab Nouvend, ketus.
Setelah gue berguling sambil dibantu Nouvend, kami tiba di lobby rumah sakit. Nouvend tampak terkesima, "Wah, Lobby-nya keren, ya. Nggak kayak rumah sakit. Lebih mirip hotel."
"Rumah sakit 'kan juga hotel? Untuk yang sakit? Bedanya sekamar bisa bertiga dan toiletnya miring aja."
"Beda, goblok," jawab Nouvend makin sebal.
"Eh, by the way," gue bertanya, "nggak jadi periksa deh, ya? Aku ngeri salah lagi..."
"WTF." Nouvend menyebut tiga alfabet ini dengan lantang, "Terus kita jauh-jauh ke sini buat apa? Sini, biar aku yang tanya."
Kami berjalan ke IGD dan mendatangi seorang mbak-mbak berjas putih. Nouvend lalu bertanya ke mbak tersebut, "Mbak, teman saya dua minggu yang lalu kecelakaan, tapi sampai sekarang kakinya masih sakit. Harus ke mana ya, Mbak?"
Mbak itu menjawab, "Harusnya sih ke dokter spesialis tulang, tapi malam ini dia lagi izin.Â
Yang ada di sini cuma dokter jaga aja."
"Oh, begitu Mbak...," jawab gue memelas.