Di luar dugaan, justru terdengar tawa renyah Kak Adit. Aku reflek menatapnya kaget. Kedua alis laki-laki itu terangkat. "Aku tau. Bukannya udah jadi rahasia umum, ya?"
Mampus! Kedua pipiku makin panas. Perutku geli. Di satu sisi, sedikit demi sedikit kelegaan merayap di sekujur tubuhku. Persetan dengan rumor rahasia umum yang menyebar di sekolah. Lihat, hari ini aku sudah mengatakan langsung padanya.
"Tapi ada yang lebih rahasia dari itu, Kak." Kepalang malu, kupikir sekalian saja!
Mendengar itu Kak Adit berjalan pelan ke arahku. "Boleh tau?"
Aku mengangguk. Bibirku berkedut ingin sekali tertawa geli melihat wajah tampan itu penasaran menanti jawaban.
"Yang lebih rahasia adalah ... aku suka banget sama Kakak. Rasa sukaku meningkat 1% setiap lihat Kakak dari jauh. Kalau Kakak senyum, meningkat 3%. Kalau Kakak tertawa, meningkat 5% ... "
Tiba-tiba Kak Adit mendekatkan wajahnya ke depan wajahku, hanya menyisakan sejengkal jarak.
"Kalau begini, meningkatnya berapa persen?" ucapnya pelan sambil tersenyum jahil.
Tatapannya mengunci kedua mataku. Jantungku berdegup kencang sampai terasa mau meledak. Kupu-kupu di perutku semakin banyak beterbangan. Lalu, sudut-sudut bibirku terangkat dengan sendirinya.
"Sepuluh persen?" Aku menelengkan kepala dan membalas senyumannya.
Sontak Kak Adit menarik kembali wajahnya, "Sepuluh???" sahutnya tak terima.