penulis : Nadya Saraswati
Redup gelap mengentarkan hati, air mata turun sangat deras seperti hujan yang datang hampir tiap hari di bulan ini. Tahun baru datang membuat diri terdiam dan merenung akan segala yang dilakukan, lalu melahirkan sebuah harapan-harapan baru. Aku bukanlah manusia yang sempurna, terkadang melanggar batas emosi yang membuat luka dan kenangan kepada orang lain. Suatu hari jiwa dan raga ini membawaku ke sebuah tempat yang ramai, hanya di temani segelas kopi di tangan. Seketika kedua mata terpaku melihat sesuatu yang menyayat hati.
"Ish ayo" kata seorang gadis dengan nada marah kepada wanita tua.
Anak gadis itu sepertinya kesal dengan orang tuanya karena jalannya yang cukup lama. Beberapa kali terdengar suara yang tak mengenakan keluar dari mulut gadis itu, sehingga beberapa kali banyak mata yang berfokus kepadanya. Beberapa menit kemudian gadis itu membuat beberapa orang jengkel dan menegurnya, mungkin karena tidak terima dengan teguran orang sekitar, gadis itu menarik tangan ibunya hingga terjatuh.
"Astagfirullah" aku pun refleks membantu wanita tua itu untuk berdiri.
"Mba jangan gitu sama ibunya sendiri" celetuk seseorang disampingku.
Karena kesal anak itu meninggalkan Ibunya lalu aku dan dua orang ibu-ibu disampingku membantu wanita tua itu dan tak lama kemudian seorang pria datang menghampiri kami.
"Bu, ibu ternyata disini. Mba Lala dimana?" kata pria itu.
"Maaf mas, mas kenal sama ibu ini?" kata salah satu ibu-ibu disebelahku.
"Iya ini orang tua saya bu" jawab lelaki itu.
Setelah berbincang lelaki itu membawa ibunya pulang dan ibu-ibu yang bersamaku tadi juga pergi, sehingga aku kembali sendiri. Karena tak ada tujuan maka ku ikuti kaki ini melangkah, tak lama ku berjalan seketika ada yang menepuk pundak ku dari belakang.
"Mba" suara seorang lelaki dan aku pun terkejut dan merasa bingung.
"Mba dompetnya ketinggalan" kata pria itu.
Aku pun menerima dompetku, sungguh teledornya aku sehingga membuat orang lain kerepotan.
"Makasih ya mas" kataku sambil tersenyum
"Iya, sama-sama. Lain kali hati-hati sama barang bawaannya" jawab lelaki itu.
Aku dan dia pun berbalik badan namun baru saja aku melangkah, terdengar suara keras dari belakang.
"Ya allah" ucapku, lalu dengan refleks berlari dan berteriak meminta orang lain memanggil ambulans. Beberapa menit kemudian ambulans datang dan karena sepertinya Ia sendiri akupun ikut ke rumah sakit.
***
Cukup lama kaki berdiri dilorong sehingga mata banyak melihat wajah orang lain yang tak beremosi, hati pun mulai tidak tenang karena kabar belum datang dari dalam. Beberapa menit kemudian dokter keluar dari ruangan yang memberi kabar jika orang itu tidak apa-apa hanya mendapatkan beberapa jaitan saja.
"Permisi mba, apakah mba keluarga pasien?" Tanya salah satu perawat.
"Oh, saya bukan keluarganya sus" jawabku
"Oh, bukan mba ya, maaf mba kalau keluarganya sudah datang minta tolong untuk ke bagian administrasi ya mba, terimakasih" tutur perawat itu dan meninggalkan ku.
Tanpa basa-basi aku jalan ke bagian administrasi untuk membantu membayar perawatannya dan tiba-tiba temanku telepon, aku lupa jika ada janji dengannya hari ini. Setelah menyelesaikan administrasinya aku bergegas pergi menemui temanku tanpa melihat kondisi orang itu.
***
"Lama banget lu" kata Ica
"Sorry ceritanya panjang" jawabku.
Ternyata Ica sudah menungguku di pinggir jalan, hari ini kami menghadiri acara peresmian butik orang tuanya Seli. Acara peresmian pun dimulai dan senyum bahagia muncul mewarnai isi butik, semua acara akhirnya berjalan dengan lancar. Hari pun sudah mulai gelap aku berpamitan dan segera pulang ke rumah.
Seperti biasa sesampainya aku di rumah hanya ada bibi saja disana, semua belum pulang karena sibuk dengan pekerjaanya.
"Mba baru pulang, mau makan apa?" Tanya bibi.
"Gak usah bi tadi aku sudah makan, masih kenyang. Naya mau istirahat saja" jawabku.
Ya, aku Naya anak tunggal disebuah keluarga yang sederhana, Papaku seorang polisi dan mama seorang pastry chef. Kedua orang tuaku terkadang sibuk sehingga aku selalu bersama bibi di rumah, terkadang diriku merasa bingung sebenarnya aku ini anak papa dan mama atau anak bibi. Maka dari itu kadang aku kesepian, untungnya masih ada Ica dan Seli yang selalu bersamaku.
***
Esok harinya seperti biasa aku bekerja dan saatku pulang, salah satu resepsionis memanggilku lalu menyampaikan kepadaku jika ada seseorang yang menungguku di lobby maka dari itu aku segera menemuinya. Saat kaki melangkah hatiku penasaran. "Hah siapa ya" ucapku dalam hati. Dari kejauhan ternyata yang menungguku seorang pria tapi aku tak mengenalinya karena yang ku lihat hanyalah bagian belakang pria itu, aku semakin mendekat dan "Hai" sapa pria itu.
Ternyata pria itu adalah orang yang ku tolong kemarin dan Ia juga yang menemukan dompetku saat ditaman.
"Oh hai, bagaimana sudah mendingan?" tanyaku.
"Ya alhamdulillah sudah membaik kok, terimakasih ya kamu sudah menolong aku" katanya.
"Sebentar tapi bagaimana kamu tahu aku yang menolongmu, terus kok tahu sih aku kerja disini?" Tanyaku kembali.
"Jadi waktu itu...." Pria itu menjelaskan kejadian hari sebelumnya.
***
Aku Dito saat dirumah sakit jujur kaget atas apa yang menimpaku. Waktu itu aku baru saja pulang main basket dan ingin minum kopi sambil menjernihkan pikiran makanya aku pergi ke taman, sampai akhirnya ada kejadian yang membuat keramaian, lalu seorang wanita yang duduk didepanku pergi namun dompetnya tertinggal, aku sempat memanggilnya namun sepertinya Ia tidak mendengar suaraku maka dari itu aku langsung mengejarnya. Setelah mengembalikan dompet wanita itu seketika mobil menghantamku sampai tak sadarkan diri dan ketika ku terbangung sudah berada di rumah sakit.
"Keadaan bapak sudah membaik dan kemungkinan hari ini sudah boleh pulang ya" kata dokter.
Aku hanya rawat inap satu hari saja dan karena sudah diperbolehkan pulang aku segera menghubungi Pak Yunus supirku. Namun ketika aku bertanya kepada salah satu suster perihal administarasi, Ia bilang jika semua administrasi sudah selesai. Maka dari itu aku pun mencari tahu siapa yang telah menolongku saat itu.
***
Kembali di lobby gedung.
"Oh ya, aku belum tahu siapa namamu? Perkenalkan aku Dito" kata pria itu.
"Aku Naya" jawab ku.
"emm, bagaimana aku bisa membalas semuanya?" tanya Dito.
"Jangan dipikirkan, aku menolongmu ikhlas kok, lagi pula kamu juga sudah menolongku" jawab ku.
"Kamu mau pulang ya? Gimana kalau aku antar?" Kata Dito.
"Tidak usah To, kebetulan aku bawa mobil jadi aku pulang sendiri saja" kata ku.
"Kalau gitu weekend mau ya ikut denganku kebetulan orang tuaku ingin grand opening restoran di Bogor dan nanti sekalian kita ke kebun jeruk karena kebetulan Pamanku sedang panen. Please jangan di tolak ya, kamu boleh kok ajak teman kamu kalau kamu takut sama aku" kata Dito.
"Hahaha takut ya gak segitunya kali To. Iya iya weekend ini kebetulan aku gak kemana-mana jadi aku terima tawaranmu" jawab ku.
Setelah bercakap-cakap kami bertukar nomer handphone dan setelah itu kami pergi terpisah.
"Sampai ketemu weekend ya Nay" kata Dito dibalik jendela mobilku sambil melambaikan tangan.
Sesampainya dirumah aku terkejut sekali karena seluruh orang rumah memberikan ku kejutan. Bibi menginformasikan aku kalau adiknya bebas jadi tersangka dan dinyatakan tidak bersalah berkat ku sang pengacara. Sedangkan Ayah membawakan ku hadiah, katanya ini ucapan maaf karena selalu tidak ada rumah. Padahal aku tahu banyak kasus yang harus ditanganinya makanya Ia jarang pulang, lalu Mama membuatkan kue favorit ku yang super lezat. Kami pun menghabiskan malam dengan hangat.
Hari demi hari ku jalani seperti biasanya sampai aku tidak sadar jika esok pagi sudah hari sabtu.
"Hai Nay besok aku jemput dirumah ya, jangan lupa share location nanti aku nyasar lagi haha" chat whatapp dari Dito.
Setelah ku membalas pesan darinya, aku bergegas tidur supaya besok tidak terlambat.
***
"Tok, tok. Mba Naya itu sudah di tunggu sama temannya" kata Bibi.
"Bilang sebentar lagi aku turun" jawab ku.
***
"Kamu temanya Naya? Kenal Naya dimana soalnya tante belum lihat kamu" kata Mama.
"Saya Dito tan. Naya sudah menolong saya ketika kecelakaan di taman" kata Dito.
"Oh, kamu orang yang mengembalikan dompet Naya ya" kata Mama.
"Iya tante" jawab Dito.
Mama dan Dito sangat asik sekali berbincang sampai-sampai terdengar olehku.
"Hay To, sorry ya lama" kata ku.
"Dito jaga anak tante ya" celetuk Mama.
"Siap tante" jawab Dito.
Aku dan Dito pun pergi dan sesampainya disana aku diterima dengan baik oleh kedua orang tuanya Dito. Acara pun dimulai, dari awal hingga akhir berjalan dengan lancar namun tiba-tiba salah satu karyawan terjatuh pingsan.
"Dito, sepertinya aku mengenalnya" kataku berbisik kepada Dito.
Aku, Dito dan beberapa karyawan membawa wanita tua itu ke klinik terdekat. Salah satu karyawan sudah menghubungi keluarganya dan keluarganya sedang menuju klinik. Beberapa menit kemudian ibu itu terbangun dan dokter segera memeriksanya kembali, kata dokter ibu ini hanya kecapean, suhu badannya demam maka dari itu salah satu petugas mengambil darah untuk melakukan pemeriksaan Lab.
Tiba-tiba seorang laki-laki datang dengan wajah panik dan aku mengenalinya, ternyata ibu itu adalah wanita yang beberapa hari lalu kutemui di taman dan pria itu adalah anaknya.
***
Hasil lab Ibu itu sudah keluar dan hasilnya Ia terkena Demam Typoid atau Tipes. Sebenarnya dokter menyarankan dirawat inap, namun ibu itu tidak mau karena tidak punya biaya, lalu Dito yang dari tadi diam langsung membuka suaranya.
"Ibu tidak usah memikirkan biaya, Ibu harus memikirkan kesehatan ibu. Masalah biaya biar saya yang tanggung" kata Dito
"Tapi..." jawab Ibu itu.
"Tidak ada tapi, Ibu harus dirawat ya bu" kata Dito tanpa memberikan Ibu itu bicara untuk menolak.
Anak si Ibu pun menyakinkan Ibunya untuk di rawat. Oh, ya nama Ibu itu ternyata Bu Eti, Ia memiliki sepasang anak yaitu Lala dan Bayu. Karena urusan di klinik sudah selesai aku dan Dito akan kembali ke restoran.
"Mas Dito, terimakasih banyak ya sudah membantu pengobatan Ibu" kata Bayu.
"Iya, nanti kalau ada apa-apa kabari saya ya" jawab Dito sambil tersenyum.
***
Di dalam mobil aku dan Dito berbincang membicarakan Bu Eti dan keluarga. Dito ternyata menyadarinya kalau mereka adalah orang yang membuat keramaian ketika pertama kali kita bertemu, namun Dito baru tahu jika ternyata Bu Eti ialah salah satu karyawan orang tuannya.
 Sesampainya di restoran kami menjelaskan semua keadaan Bu Eti dan karena semua sudah ditangani maka acara kembali berjalan dengan lancar. Setelah itu aku dan Dito melanjutkan perjalan ke kebun jeruk pamannya Dito, disana kami mengumpulkan banyak sekali buah jeruk yang segar dan manis, selain itu kami berbincang sampai tak ingat waktu sampai hari semakin gelap Dito mengantarkan ku pulang sampai selamat.
"Makasih ya Nay sudah mau datang ke acara grand opening usaha orang tuaku" kata Dito.
"Iya aku juga terimakasih banyak ya sampai repot-repot mama mu bawaiin makanan sebanyak ini dan lihat jeruk yang ku bawa seperti habis merampok jeruk dari kebun tetangga haha" jawabku sambil tertawa.
Bukannya aku tak menawarkan Dito untuk masuk ke dalam namun seperti biasa rumah ku sepi karena kedua orang tuaku belum pulang makanya aku langsung masuk kedalam rumah dan Dito kembali pulang.
***
Hari berlalu sangat cepat sampai akhirnya tahun berganti, tahun lalu hidupku sepi dan di awal tahun yang baru ini hidupku jauh lebih baik dan aku berdoa supaya kebahagiaan selalu bersamaku. Lalu aku dengan Dito selama ini sering chattingan dan beberapa kali kami jalan bareng. Kini aku tidak sendirian lagi karena selain Bibi aku punya Dito.
Kami tidak pacaran dan tidak memiliki hubungan apapun, kami hanya sebatas teman yang mempunyai kesamaan yang sama.
Bersambung.
--------------------
nantikan kelanjutan cerita Naya di cerpen selanjutnya atau di wattpad pena geya (@PenaGeya_)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H