Mohon tunggu...
Arwa Nabil Makarim
Arwa Nabil Makarim Mohon Tunggu... Seniman - Mahasiswa

Jadilah diri sendiri yang merepotkan!!!

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Telaah Prinsip Kesantunan dan Tindak Tutur dalam Cerpen Berjudul "Seruni Emas"

10 Juni 2022   20:32 Diperbarui: 10 Juni 2022   20:35 334
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

TELAAH PRINSIP KESANTUNAN DAN TINDAK TUTUR DALAM CERPEN BERJUDUL “SERUNI EMAS” 

ARWA NABIL MAKARIM¹ AIDA NURAZIZAH²

Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Islam Sultan Agung

Kaligawe, Semarang Indonesia 2022

nabilarwa18@gmail.com

Abstrak

Prinsip kesantunan merupakan sebuah prinsip percakapan yang harus dipatuhi oleh peserta tuturnya, jika para penuturnya dapat mematuhi prinsip kesantunan ketika bertutur, maka mereka akan dapat saling menghormati. Sedangkan tindak tutur sendiri adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar suatu maksud dari pembicara diketahui pendengaran. 

Tindak tutur adalah ujaran yang dibuat sebagai bagian interaksi sosial. Maka dengan ini penulis melakukan penelitian sebuah karya sastra cerpen berjudul “Seruni Emas” yang bertujuan supaya pembaca dapat memahami maksud serta tujuan ditulisnya cerpen “Seruni Emas” dengan baik dan benar.

Kata Kunci : Prinsip Kesantunan, Tindak Tutur, Bahasa, Pragmatik.

Abstract

The principle of politeness is a conversational principle that must be obeyed by the participants, if the speakers can obey the principle of politeness when speaking, then they will be able to respect each other. While the speech act itself is the utterance of a sentence to state that an intention of the speaker is known to the hearing. Speech acts are utterances that are made as part of social interaction. So with this the author conducts research on a literary work of short stories entitled "Seruni Emas" which aims so that readers can understand the intent and purpose of writing the short story "Seruni Emas" properly and correctly.

Keywords : Politeness Principle, Speech Act, Language, Pragmatics.

 

PENDAHULUAN

Manusia merupakan mahkluk sosial yang harus berinteraksi dengan sesamanya dalam memenuhi berbagai kebutuhan hidup. Karena itu, manusia tidak mungkin bisa hidup sendiri tanpa berinteraksi dengan orang lain. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia mengenal kebudayaan dan menciptakan berbagai wujud ide, aktivitas, hingga artefak memenuhi kebutuhan hidupnya. 

Bahasa, menjadi salah satu unsur paling penting yang mempengaruhi kehidupan maupun kebudayaan manusia. Bahasa memiliki peran penting dalam kehidupan manusia karena ia menjadi alat komunikasi yang utama. Bahasa sendiri adalah sistem komunikasi manusia yang dinyatakan melalui susunan suara atau ungkapan tulis yang terstruktur untuk membentuk satuan yang lebih besar, seperti morfem, kata, dan kalimat.

 Sedangkan dalam perspektif Linguistik Sistemik Fungsional (LSF), bahasa adalah bentuk semiotika sosial yang sedang melakukan pekerjaan didalam suatu konteks situasi dan konteks kultural, yang digunakan baik secara lisan maupun secara tulis.

Dalam kehidupan masyarakat, bahasa punya fungsi utama sebagai alat komunikasi. Namun, bahawa juga memiliki sejumlah fungsi lainya seperti, bahasa sebagai alat ekspresi diri, bahasa sebagai alat komunikasi, bahasa sebagai alat intregrasi dan adaptasi sosial, bahasa sebagai alat kontrol sosial. Begitu pula dalam sebuah penulisan karya sastra, sastrawan akan memilih kalimat-kalimat yang terbaik untuk memancarkan atau menghasilkan nuansa pembaca atau penikmat sastra. Dalam halnya penulisan karya sastra cerpen, cerpen merupakan cerita yang bersumber pada persoalan kehidupan, sesuatu nilai kehidupan yang menjadi tema cerita, dari sebuah cerita kita bisa mengambil sebuah pesan yang ditulis oleh seorang pengarang, memiliki nilai-nilai kehidupan baik nilai-nilai agama, moral, dan sosial dalam cerita pendek. Pada cerpen yang berjudul “Seruni Emas” disini penulis akan melakukan telaah prinsip kesantunan dan tindak tutur, dengan tujuan supaya penulis dan pembaca dapat memahami isi dan maksud dari cerpen seruni emas dengan mudah dan benar,

METODE PENELITIAN

Dalam penulisan artikel ini, data-data yang digunakan berasal dari berbagai literatur jurnal dari internet yang mengacu untuk penelitian. Jenis sumber data yang digunakan adalah jurnal ilmiah, artikel ilmiah, PPt. materi dan beberapa website di internet. Penulisan artikel ini dalam mendapatkan data dan informasi dilakukan dengan cara penelusuran, analisis, dan meneliti sumber-sumber yang ada di internet sesuai tema pembahasan.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Prinsip kesantunan yang ada dalam cerpen “Seruni Emas”

Leech (1983) berpendapat bahwa dalam prinsip kesantunan didasarkan pada kaidah-kaidah, dan kaidah-kaidah itu tidak lain adalah bidal-bidal atau pepatah yang berisi nasehat yan harus dipatuhi agar tuturan penutur memenuhi prinsip kesantunan, prinsip kesantunan menurut Leech meliputi enam bidal yaitu 1. Bidal ketimbangrasaan, 2. Bidal kemurahhatian, 3. Bidal keperkenaan, 4. Bidal kerendahhatian, 5. Bidal kesetujuan, 6. Bidal kesimpatian.

"Hai Tuan, boleh aku duduk di sini? Ah, jika tidak tak apa." Senyuman manis dan hangat dari perempuan itu. Pria yang duduk di sana menoleh hingga akhirnya menatap pemandangan di depan kembali. (Paragraf ke 3).

Pada awal kalimat “Hai Tuan, boleh aku duduk di sini? Ah, jika tidak tak apa.” Merupakan bidal ketimbangrasaan, dimana dimana pihak lain di dalam tuturan hendaknya dibebani biaya seringan-ringannya tetapi dengan keuntungan sebesar-besarnya.

"Tentu, Nona, silakan. Ini tempat umum, tak ada yang bisa melarangmu." Lelaki itu menjawab masih dengan mata menatap indah matahari. (Paragraf ke 4).

Pada awal kalimat “Tentu, Nona, silakan. Ini tempat umum, taka da yang bisa melarangmu”. Merupakan bidal keperkenaanm dimana meminimalkan penjelekan terhadap pihak lain dan memaksimalkan pujian kepada pihak lain.

"Ah, B-Bukan begitu. Saya hanya tidak ingin anda risih, Tuan," sungguh tidak enak perasaan gadis jelita itu sekarang. (Paragraf ke 5).

Pada awal kalimat “Ah, B-Bukan begitu. Saya hanya tidak ingin anda rishi Tuan,”. Merupakan bidal ketimbangrasaan, dimana pihak lain di dalam tuturan hendaknya dibebani biaya seringan-ringannya tetapi dengan keuntungan sebesar-besarnya.

“Ganan, saya Ganan” Wanita itu terkejut saat pria itu mengenalkan diri.

“Saya Alva, Tuan” Wanita itu langsung menduduki diri di sebelah Ganan. (Paragraf 6-7).

Pada awal dua kalimat tersebut merupakan bidal kerendahhatian, bahwa penutur hendaknya meminimalkan pujian kepada diri sendiri dan memaksimalkan penjelasan kedapa diri sendiri.

“Hm, apa saya boleh bertanya, Tuan? Ganan melirik sekilas. (Paragraf ke 8).

Pada awal kalimat “Hm, apa saya boleh bertanya, Tuan?”. Merupakan bidal ketimbangrasaan, dimana pihak lain di dalam tuturan hendaknya dibebani biaya seringan-ringannya tetapi dengan keuntungan sebesar-besarnya.

“Tentu, Nona, silakan.” Senyum sumringah wanita itu. (Paragraf ke 9).

Pada awal kalimat “Tentu, Nona, silakan.” Merupakan bidal keperkenaan, dimana meminimalkan kesenjangan terhadap pihak lain dan memaksimalkan pujian kepada pihak lain.

“Apa Tuan suka taman juga?” Gunan terkekeh. (Paragraf ke 10).

Pada awal kalimat “Apa Tuan suka taman juga?” Merupakan bidal ketimbangrasaan, dimana pihak lain didalam tutuean hendaknya dibebani biaya seringan-ringannya tetapi dengan keuntungan sebesar-besarnya.

 

"Wah, Anda hebat, haha," Wanita berpita emas itu membulatkan matanya yang bersinar.

"Tidak nona saya tidak hebat, Saya hanya suka," Alva hanya mengangguk mengerti. (Paragraf ke 12-13).

Pada dua kalimat tersebut merupakan bidal kemurahhatian, dimana penutur meminimalkan pujian kepada mitra tutur, atau di dalam tuturan hendaknya diupayakan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, sementara itu diri sendiri atau penutur hendaknya berupaya mendapatkan keuntungan yang sekecil-kecilnya.

"Ah, sepertinya saya banyak bertanya. Maafkan saya, Tuan. Maafkan daya jika anda risih dengan tingkah saya. Jika begitu saya bisa beranjak dari sini," Ganan menoleh dan tersenyum

"Tidak apa, Nona, saya tidak risih. menetaplah di sini, saya sungguh tak apa. saya suka." (Paragraf ke 18-19).

Pada dua kalimat paragraph tersebut merupakan bidal keperkenaan, dimana meminimalkan penjelekan terhadap pihak lain dan memaksimalkan pujian kepada pihak lain.

 

Tindak tutur yang ada dalam cerpen “Seruni Emas”

 

"Tidak, saya tidak terlalu menyukainya, Saya hanya sedang mencari ketenangan dan ide untuk karya-karya saya," Jawaban ganan membuat Alva tercengang. (Paragraf ke 11).

Pada kalimat tersebut terdapat tindak tutur representatif (menyatakan) dimana mitra tutur menyatakan tidak terlalu menyukai taman, mitra tutur pergi ketaman hanya sedang mencari ketenangan dan ide untuk karya-karyanya.

"Wah, Anda hebat, haha," Wanita berpita emas itu membulatkan matanya yang bersinar. (Paragraf ke 12)

Pada kalimat tersebut terdapat jenis tindak tutur ekspresif atau evaluatif (memuji) dimana penutur memberikan pujian kepada mitra tutur.

 

"Ah , saya, Tuan? Saya suka bunga-bunga di sana. Apalagi bunga peony dan seruni sangat indah," Dengan semangat Alva menunjuk bunga-bunga di hadapan mereka. (Paragraf ke 15).

Pada kalimat tersebut terdapat jenis tindak tutur representatif (menyebutkan dan menyebutkan) dimana mitra tutur menyebutkan bahwa ia menyukai bunga-bunga yang ada ditaman, kemudian juga menunjuk beberapa bunga-bunga yang ada di taman tersebut.

 

“Ganan terkekeh mendengarnya. Menurut Alva, senyumannya sangat manis, haha, membuat orang orang pangling jika melihatnya.” (Paragraf ke 16).

Pada kalimat “menurut Alva, senyumannya sangat manis” merupakan tindak tutur tidak langsung, dimana tuturan yang bermodus lain yang digunakan secara tidak konvensional.

 

“Ah, sepertinya saya banyak bertanya. Maafkan saya, Tuan. Maafkan daya jika anda risih dengan tingkah saya. Jika begitu saya bisa beranjak dari sini," Ganan menoleh dan tersenyum.” (Paragraf ke 18).

Pada kalimat tersebut terdapat tindak tutur representatif (menyatakan/mengakui) dimana penutur mengutarakan kepada mitra tutur jika penutur bisa pergi jika tergangu dengan kedatanganya.

"Tidak apa, Nona, saya tidak risih. menetaplah di sini, saya sungguh tak apa. saya suka." (Paragraf ke 19).

Pada kalimat tersebut terdapat tindak tutur direktif (meminta) dan representatif (menyatakan) dimana mitra tutur mengharapkan supaya penutur tetap bersamanya.

“Awalnya saya kurang suka bunga" Alva mengernyit kebingungan. Ganan langsung melanjutkan kalimatnya.”  (Paragraf ke 21)

“Namun sekarang saya menyukai bunga seruni emas," Alva tambah bingung dibuatnya.”

(Paragraf ke 22).

Pada kalimat “namun sekarang saya menyukai bunga seruni emas” merupakan tindak tutur harfiah dimana yang dimaksudkan tidak sama dengan makna kata-kata yang menyusunya.

“Seruni emas bertangkai merah. Dengan anggun menyapa singa di rumput hijau. Dengan senyuman mekar menyenggol kalbu.” (Paragraf ke 29).

“Membawa naluri membuka kitab hati, surat menyayangimu sepenuh hati, ayat menjadikanmu satu satunya di hati," Haha, Alva blushing dibuat Ganan. Dasar Ganan.” (Paragraf ke 30).

Pada kalimat tersebut terdapat tindak tutur tidak harfiah, dimana penutur memberikan ungkapan yang maksudnya tidak sama dengan makna kata-kata yang menyusunya.

 

KESIMPULAN

Bahasa merupakan hal terpenting dalam kehidupan karena digunakan sebagai alat komunikasi, namun tidak hanya itu bahasa juga sangat penting dalam terciptanya sebuah karya sastra. Akan semestinya setiap sastrawan akan memilih kalimat atau bahasa yang indah dan kreatif, agar suatu karya sastra yang tercipta dapat menarik pembaca. Oleh karena itu dengan ini penulis malakukan penelitian menggunakan prinsip kesantunan maupun tindak tutur pada cerpen berjudul “Seruni Emas” agar pembaca dapat memahami dan mengetahui isi maupun maksud dengan baik dan jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Gurupenyemangat.com. 16 Juli 2021. Cerpen Anak Sekolahan Singkat Tentang Persahabatan dan Kasih Sayang. Diakses pada 2 Juni 2022. https://www.gurupenyemangat.com/2021/07/cerpen-anak-sekolahan-singkat.html

Tirto.id. 21 April 2021. Pengertian Bahasa, Peran dan Fungsi Bahasa. Diakses pada 9 Juni 2022. https://tirto.id/pengertian-bahasa-peran-fungsi-bahasa-secara-umum-di-masyarakat-gdhW

Repository.uhn.ac.ic. 25 Agustus 2018. Hubungan Penguasaan Gaya Bhasa Terhadap Kemampuan Menulis Cerpen. Diakses pada 10 Juni 2022. https://repository.uhn.ac.id/handle/123456789/607

Wikipedia.org. 6 Agustus 2021. Tindak Tutur. Diakses pada 10 Juni 2022. https://id.wikipedia.org/wiki/Tindak_tutur

Neliti.com. IBM PRINSIP KESANTUNAN BERBAHASA INDONESIA SEBAGAI WUJUD PEMBELAJARAN PERCAKAPAN. Diakses pada 10 Juni 2022. https://media.neliti.com/media/publications/168685-ID-ibm-prinsip-kesantunan-berbahasa-indones.pdf

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun