Pada awal kalimat “Hm, apa saya boleh bertanya, Tuan?”. Merupakan bidal ketimbangrasaan, dimana pihak lain di dalam tuturan hendaknya dibebani biaya seringan-ringannya tetapi dengan keuntungan sebesar-besarnya.
“Tentu, Nona, silakan.” Senyum sumringah wanita itu. (Paragraf ke 9).
Pada awal kalimat “Tentu, Nona, silakan.” Merupakan bidal keperkenaan, dimana meminimalkan kesenjangan terhadap pihak lain dan memaksimalkan pujian kepada pihak lain.
“Apa Tuan suka taman juga?” Gunan terkekeh. (Paragraf ke 10).
Pada awal kalimat “Apa Tuan suka taman juga?” Merupakan bidal ketimbangrasaan, dimana pihak lain didalam tutuean hendaknya dibebani biaya seringan-ringannya tetapi dengan keuntungan sebesar-besarnya.
"Wah, Anda hebat, haha," Wanita berpita emas itu membulatkan matanya yang bersinar.
"Tidak nona saya tidak hebat, Saya hanya suka," Alva hanya mengangguk mengerti. (Paragraf ke 12-13).
Pada dua kalimat tersebut merupakan bidal kemurahhatian, dimana penutur meminimalkan pujian kepada mitra tutur, atau di dalam tuturan hendaknya diupayakan mendapatkan keuntungan yang sebesar-besarnya, sementara itu diri sendiri atau penutur hendaknya berupaya mendapatkan keuntungan yang sekecil-kecilnya.
"Ah, sepertinya saya banyak bertanya. Maafkan saya, Tuan. Maafkan daya jika anda risih dengan tingkah saya. Jika begitu saya bisa beranjak dari sini," Ganan menoleh dan tersenyum
"Tidak apa, Nona, saya tidak risih. menetaplah di sini, saya sungguh tak apa. saya suka." (Paragraf ke 18-19).