Mohon tunggu...
Mutiara Amelia Sabrina
Mutiara Amelia Sabrina Mohon Tunggu... Full Time Blogger - pelajar

Ikhtiar adalah jalan ninjaku

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Novel | Reason

21 Januari 2020   20:38 Diperbarui: 24 Januari 2020   18:19 522
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Sekarang kakak pilih, masih mau nunggu barang lama atau beli yang baru. Masih mau jalan di tempat atau mau lari. Masih mau nunggu Kak Hugo, atau mulai sama Kak Mocca.."

Saat itu Yuky tak berkutik lagi. Ia hampir menyadari waktu berhenti perlahan. Ia hampir menyadari bagaimana perasaannya. Bahkan kelopak matanya tak berkedip. Matanya menatap Naomi namun yang ia lihat sekarang adalah kedua lelaki mengulurkan tanganyya kepada Yuky, Hugo dan Mocca.

Yuky kembali melirik kertas kecil yang bertuliskan kata kata yang ia tak mengerti, tertempelkan pada buku dongeng itu. Ia mengembilnya, dan melihat kata kata dibalik kertas itu.

"Tetaplah dikastil itu,
aku tidak akan
menjeputmu. Dan
pada saat itu pula waktu
tidak akan memihak pada kita"

Yuky berfikir sejenak. Mengejapkan mata. Dan saat itu pula ia menerjemahkan..

"Jadi, pergilah dari kastil itu, aku akan menjemputmu. Dan pada saat itu pula waktu akan memihak kepada kita berdua. Lo yang jemput gue kan, Mocca? Dan kita itu, gue sama lo kan, Mocca?"

Naomi tersenyum. Ia menyadari, bahwa ada sesuatu yang baru dalam perasaan kakaknya. Kakaknya mulai sadar, bagaimana itu 'cinta'.

-

Yuky berteduh pada pohon Wiping pillow dekat sekolah saat hujan deras. Ia merapihkan rambutnya yang sedikit terkena hujan. Karena saat itu ia tidak memakai jaket, suhu tubuhnya turun drastis. Padahal sebelumnya matahari siang bolong begitu terik. Yuky menggosok gosokan tanganya agar kembali hangat, tapi tak bisa dipungkiri,itu tidak membantu sama sekali. Tepat saat Yuky berfikir untuk kembali berjalan ke sekolah, seseorang menarik lengannya dari belakang, begitu erat hingga ia tak bisa melepaskan lenganya.

Yuky melirik kepada orang disebelahnya itu. Lelaki dengan rambut hampir acak acakan dengan santainya menggenggam tangan Yuky tanpa ber-eksperi. Lelaki yang membuat Yuky selalu mematung dihadapannya. Mocca..

Yuky berusaha melepaskan tangannya, namun Mocca menggenggamnya begitu erat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun