Dia terlihat sesekali menatap ke arahku. Kini posisinya sudah berada di depan. Terhalang dua orang kali ini. Matahari semakin ganas. Antreannya masih sangat panjang. Satu-satunya cara menghalau haus adalah menelan ludahku sendiri. Perutku juga sudah mulai keroncongan. Haduh.
Aku merogoh tas ranselku, mencari topi untuk melindungi kepala ku yang mulai terbakar matahari. Saat ku raba, aku menemukan benda asing di dalamnya. Sekaleng minuman rasa jeruk. Ku keluarkan benda itu, benar ini kaleng minuman utuh masih tersegel. Seketika aku mengulum senyum.
       "Haha dasar orang aneh." Tanpa pikir panjang aku langsung meneguknya. Tidak berhemat-hemat. Persetan. Aku haus sekali. Ya, minuman ini selain menghilangkan dahaga juga menurunkan kadar emosiku karena ibu-ibu tadi.
***
Semua orang sudah tampak kelelahan dalam antrean ini. Napasku juga sudah sepenggal-penggal. Beberapa di antaranya memilih untuk duduk ala kadarnya, dan rela diserobot antreannya. Mungkin sudah benar-benar kehabisan energi. Tubuhku juga sudah memberikan sinyal harus beristirahat. Tapi, masih kuurungkan niat itu. Kalau aku duduk, maka akan tersalip orang lain dan itu akan mengakibatkan antreanku semakin panjang.
Tenang... Sabar... Kuasai... ucapku berulang-ulang. Dalam situasi seperti ini, orang-orang menunjukkan peringainya dan keegoisan untuk diri sendiri semakin terasa. Di sebelah kanan, ada yang ribut berebut sepotong roti. Di depan, anak kecil dan bayi-bayi semakin menjerit-jerit. Di belakang, seruan minta tolong terus terdengar, berharap belas kasihan siapa saja.
Tenang...Sabar...Kuasai... ucapku berulang-ulang. Napasku semakin pendek. Tubuhku bergetar. Keringatku membasahi separuh kemeja flanelku. Aku tidak punya apa-apa lagi. Tidak ada roti-tidak ada kaleng minuman. Mataku mulai berkunang-kunang.
       "Neng, duduk saja." Seorang kakek-kakek di sebelah kiriku. "Pakai ini."
       "Terima kasih, kek." Aku menerima koran itu lalu segera duduk. Ku pijat kedua keningku yang pening sekali. Di depanku, seorang pasangan muda-mudi juga tengah duduk. Si perempuan bergelendotan manja, si cowok dengan kelembutannya membelai rambut perempuan itu. Seketika aku teringat puzzle-puzzle kisah romansa milikku sendiri.
***
       "Aku mau putus."