Mohon tunggu...
Mutiara Afrilia
Mutiara Afrilia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Tetap menjadi baik, walaupun buruk di cerita orang lain

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Liberalisasi Pemikiran Islam: Gerakan bersama Orientalis, Missionaris dan Kolonialis

15 Desember 2023   11:10 Diperbarui: 15 Desember 2023   11:11 229
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Liberalisme keagamaan adalah suatu aliran pemikiran yang cenderung mengedepankan interpretasi yang lebih longgar terhadap ajaran agama dan seringkali mendorong kebebasan berpikir dan bertindak dalam konteks keagamaan. Beberapa ciri-ciri liberalisme keagamaan meliputi :

1. Interpretasi Fleksibel, Liberalisme keagamaan cenderung menerima interpretasi yang lebih fleksibel terhadap teks-teks keagamaan, memungkinkan penafsiran yang lebih terbuka.

2. Penerimaan Terhadap Perubahan Sosial, Aliran ini dapat lebih terbuka terhadap perubahan sosial dan nilai-nilai kontemporer, seringkali mencoba mengintegrasikan ajaran agama dengan realitas zaman sekarang.

3. Pentingnya Kebebasan Beragama, Penganut liberalisme keagamaan sering mendukung kebebasan beragama dan keyakinan, bahkan jika pandangan tersebut berbeda dengan ajaran resmi agama.

D. Islam dan Tantangan Liberalisme

Karena liberalisme merupakan sistem, pandangan hidup atau ideologi Barat, maka Islam bagi Barat merupakan tantangan bagi liberalisme. Sudah tentu sebaliknya liberalisme juga merupakan tantangan bagi Islam. Francis Fukuyama dalam bukunya itu jelasjelas menyejajarkan Islam dengan ideologi Liberalisme dan trin-doktrin politik dan keadilan sosialnya sendiri. Menurutnya karena ajaran Islam bersifat universal, maka ia pernah menjadi tantangan bagi demokrasi liberal dan praktik-praktik liberal. Tapi ia juga mengakui bahwa nilai-nilai liberal Barat merupakan ancaman bagi masyarakat Islam.

Tidak diragukan lagi, dunia Islam dalam jangka panjang akan nampak lebih lemah menghadapai ide-ide liberal ketimbang sebaliknya, sebab selama seabad setengah yang lalu liberalisme telah memukau banyak pengikut Islam yang kuat. Salah satu sebab munculnya fundamentalisme adalah kuatnya ancaman nilai-nilai liberal dan Barat terhadap masyarakat Islam tradisional.

Fukuyama jelas-jelas meletakkan Islam, Liberalisme dan Komunisme sebagai ideologi-ideologi atau pemikiran yang mempunyai doktrin masing-masing dan saling bertentangan satu sama yang lain dan saling mengancam. Apa yang disebut ancaman bukan bayangbayang ketakutan yang satu terhadap yang lain, akan tetapi merupakan fakta bahwa liberalisme dan Islam itu sangat berbeda. Perbedaan ini dapat dilacak dari fakta bahwa umat manusia diciptakan berbangsa-bangsa dan setiap bangsa memiliki peradaban sendirisendiri. Cara berpikir dan cara pandang antara satu peradaban dengan yang lain juga berbeda-beda. Perbedaan itu lebih berupa perbedaan cara memandang kehidupan atau perbedaan pandangan hidup. Perbedaan pandangan hidup antara satu bangsa dengan bangsa yang lain dipengaruhi oleh kultur, agama, kepercayaan, ras dan lain-lain. Huntington menyatakan bahwa substansi atau asas peradaban adalah prinsipprinsip keagamaan dan filsafat. Oleh sebab itu faktor-faktor untuk mengidentifikasi orang, dan juga faktor yang menjadikan mereka siap perang dan mati adalah keimanan dan keluarga, darah dan kepercayaan.

Perbedaan identitas dan kemudian gesekan antara satu peradaban dan worldview inilah yang diskenariokan dan diteorikan Samuel P. Huntington sebagai clash of civilization (benturan peradaban). Benturan ini menurutnya akan mengakibatkan ketegangan, benturan, konflik ataupun peperangan di masa depan.12 Selain itu, tesis Huntington merupakan deklarasi ataupun selfdisclosure bahwa Barat akan berhadapan dengan peradaban yang berbeda dan akan mengakibatkan ketegangan, benturan, konflik ataupun peperangan di masa depan. Masalahnya bukan hanya karena terdapat perbedaan antar peradaban, tapi karena peradaban atau bangsa-bangsa Barat mengklaim cara pandang mereka itu "universal" dan dapat dianut oleh seluruh umat manusia.

Persoalannya apa yang oleh Barat itu dianggap universal ternyata tidak demikian bagi umat Islam. Faktanya memang antara konsep-konsep Barat dan Islam terdapat perbedaan yang tidak dapat disatukan. Perbedaan ini pada tingkat kehidupan sosial menyebabkan konflik, clash atau dalam bahasa Peter L. Berger disebut collision of consciousness (tabrakan persepsi). Pada tingkat individu, mengakibatkan terjadinya pergolakan pemikiran dalam diri seseorang dan pada tataran konsep, mengakibatkan tumpang tindih dan kebingungan konseptual. Perang pemikiran pada tingkat inidividu inilah yang kini dirasakan umat Islam Indonesia. Jadi perang pemikiran dalam skala besar saat ini terjadi antara peradaban Islam dan kebudayaan Barat atau pandangan hidup Islam dan Barat.

Akan tetapi Barat berusaha memaksakan penggunaan konsepkonsep mereka itu ke dalam pikiran umat Islam. Pemaksaan itu dikenal dengan proyek westernisasi13 dan globalisasi. Penggunaan istilah Islam fundamentalis, Islam Liberal, Islam tradisional, Islam modern dan sebagainya merupakan sedikit contoh bagaimana terminologi dan konsep-konsep Barat dipaksakan kepada umat Islam. Untuk penyebaran bidang budaya, paham-paham dan ideo logi digunakan proyek Westernisasi dan Globalisasi, untuk penyebaran bidang pemikiran keislaman digunakan gerakan orientalisme, untuk memperluas penerimaan kultur dan kepercayaan Barat digunakan gerakan misionarisme dan untuk penaklukan dunia Islam di berbagai bidang digunakan kolonialisme.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun