Mohon tunggu...
Mutiara RahmaKharimah
Mutiara RahmaKharimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

suka menonton konten pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning)

25 Juni 2024   17:23 Diperbarui: 25 Juni 2024   17:26 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Problem based learning merupakan suatu metode pembelajaran di mana peserta didik tidak hanya duduk diam sambil mendengarkan atau menghapal materi, tetapi aktif terlibat dalam berpikir, berkomunikasi, mencari, mengolah data, dan akhirnya menyimpulkan. Fokus utama pembelajaran ini adalah menyelesaikan masalah yang diberikan. Problem based learning menganggap masalah sebagai titik sentral pembelajaran; tanpa adanya masalah, pembelajaran tidak akan berlangsung. Proses pemecahan masalah dalam PBL menggunakan pendekatan berpikir ilmiah, yang dapat berupa deduktif-induktif atau sistematik-empirik.

Menurut Herminarto Sofyan (2015: 121), karakteristik utama dari problem based learning dapat dirangkum sebagai berikut:

 

1. Aktivitas didasarkan pada pernyataan umum: Setiap masalah diawali dengan pertanyaan umum, diikuti oleh masalah yang sering kali bersifat ill-structured atau kompleks, yang muncul selama proses pemecahan masalah. Untuk menyelesaikan masalah yang lebih besar, peserta didik perlu menurunkan dan mengeksplorasi masalah-masalah yang lebih kecil, yang sering kali baru bagi mereka.

2. Belajar berpusat pada peserta didik, dengan guru sebagai fasilitator: PBL menekankan lingkungan belajar di mana peserta didik memiliki kebebasan untuk menentukan arah dan isi pembelajaran mereka sendiri. Mereka mengembangkan sub-pertanyaan, menetapkan metode pengumpulan data, dan merancang format untuk menyajikan hasil temuan mereka. Peran guru adalah sebagai fasilitator yang membantu dan mengarahkan proses belajar.

3. Kolaborasi dalam pembelajaran: Dalam PBL, peserta didik umumnya bekerja secara kolaboratif dalam kelompok. Model ini membantu mereka membangun keterampilan bekerja tim, yang menjadi penting karena PBL sering diterapkan di kelas-kelas dengan variasi kemampuan akademik yang beragam. Tiap kelompok peserta didik dapat fokus pada aspek yang berbeda dari masalah yang dihadapi.

4. Belajar terdorong oleh konteks masalah: Lingkungan PBL memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk menentukan seberapa banyak mereka perlu belajar untuk mencapai kompetensi tertentu yang ditetapkan. Hal ini mendorong penggunaan informasi dan konsep secara langsung dalam konteks situasi belajar. Guru bertindak bukan hanya sebagai sumber belajar utama, tetapi juga sebagai fasilitator, manajer, dan ahli strategi yang mendukung peserta didik dengan konsultasi dan akses ke sumber daya.

5. Pendekatan interdisipliner: PBL mendorong pendekatan lintas disiplin, di mana peserta didik ditantang untuk membaca, menulis, mengumpulkan dan menganalisis data, serta berpikir kritis dalam konteks yang lintas disiplin. Masalah yang diberikan sering kali melintasi batas-batas disiplin ilmu dan mendorong pembelajaran yang komprehensif.

Dengan demikian, problem based learning tidak hanya memfasilitasi pemahaman konsep, tetapi juga mengembangkan keterampilan berpikir kritis, kerja sama, dan pemecahan masalah yang esensial bagi peserta didik dalam menghadapi tantangan dunia nyata.

Pembelajaran problem based learning melibatkan beberapa tahapan dan tidak hanya terbatas pada serangkaian pertemuan kelas serta kerja tim kolaboratif. Kegiatan yang dilakukan oleh peserta didik dalam PBL termasuk: (1) mengatur kegiatan kelompok; (2) melakukan pengkajian dan penelitian; (3) menyelesaikan masalah; dan (4) mensintesis informasi. Pemecahan masalah dalam konteks PBL tidak hanya melibatkan kerja sama antar peserta didik tetapi juga harus inovatif, unik, dan terfokus pada penyelesaian masalah yang relevan dengan kehidupan mereka, serta kebutuhan dan industri yang ada.

Pembelajaran berbasis masalah memiliki ciri-ciri yang mencakup dimulainya pembelajaran dengan pemberian masalah yang relevan dengan dunia nyata, di mana siswa secara berkelompok merumuskan masalah dan mengidentifikasi kekurangan pengetahuan mereka. Mereka mempelajari materi yang relevan dengan masalah tersebut secara mandiri dan menyajikan solusi dari masalah tersebut. Dalam konteks ini, peran pendidik lebih sebagai fasilitator daripada penyaji materi. Pendekatan ini melibatkan rancangan skenario masalah oleh pendidik, memberikan petunjuk tentang sumber bacaan tambahan, serta memberikan arahan dan saran saat siswa menjalankan proses pembelajaran.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun