Mohon tunggu...
Mutiara RahmaKharimah
Mutiara RahmaKharimah Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

suka menonton konten pendidikan

Selanjutnya

Tutup

Ruang Kelas

Implementasi Model Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Base Learning)

25 Juni 2024   17:23 Diperbarui: 25 Juni 2024   17:26 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

5. Melalui langkah-langkah PBL, seperti diskusi kelompok, siswa dapat mengembangkan berbagai keterampilan penting, seperti: penelusuran kepustakaan, keterampilan membaca, kemampuan membuat catatan, kemampuan bekerja sama dalam kelompok, keterampilan berkomunikasi, keterbukaan, berpikir analitis, kemandirian dalam belajar, dan keaktifan dalam proses pembelajaran. Semua keterampilan ini sangat berharga dalam mempersiapkan siswa untuk menghadapi tantangan dalam kehidupan dan karier mereka.

6. PBL juga dapat membantu siswa mengimbangi kecepatan perkembangan informasi dan ilmu pengetahuan yang sangat cepat di era digital saat ini, dengan memungkinkan mereka untuk belajar secara mendalam dan kontekstual.

Dengan demikian, PBL tidak hanya mendukung pendidikan yang berpusat pada siswa dan relevan dengan konteks nyata, tetapi juga mempersiapkan siswa untuk menjadi pembelajar seumur hidup yang adaptif dan mandiri dalam menghadapi berbagai perubahan dan kompleksitas dunia modern..[7]

 

  • Tujuan Model Pembelajaran Berbasis Masalah

 

Tujuan utama dari problem based learning bukanlah untuk sekadar menyampaikan banyaknya pengetahuan kepada peserta didik, tetapi lebih pada pengembangan kemampuan berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk mendorong peserta didik agar aktif dalam membangun pengetahuan mereka sendiri. PBL juga bertujuan untuk mengembangkan kemandirian belajar dan keterampilan sosial peserta didik. Kemandirian belajar dan keterampilan sosial ini dapat berkembang ketika peserta didik bekerja sama dalam mengidentifikasi informasi, strategi, dan sumber belajar yang relevan untuk menyelesaikan masalah.

Secara rinci, problem based learning bertujuan untuk membangun dan mengembangkan pembelajaran yang mencakup tiga ranah pembelajaran (taxonomy of learning domains). Pertama, dalam bidang kognitif (knowledges), PBL mengintegrasikan ilmu dasar dan terapan. Melalui pemecahan masalah langsung terhadap masalah yang nyata, siswa didorong untuk menerapkan pengetahuan dasar yang mereka miliki. Kedua, dalam bidang psikomotorik (skills), PBL melatih siswa dalam pemecahan masalah secara saintifik, berpikir kritis, pembelajaran mandiri, dan pembelajaran sepanjang hayat (life-long learning). Ketiga, dalam bidang afektif (attitudes), PBL bertujuan untuk mengembangkan karakter pribadi, hubungan antar manusia, dan perkembangan diri secara psikologis.

Ciri khas dari pembelajaran berbasis masalah meliputi pengajuan pertanyaan atau masalah sebagai titik awal, dengan fokus pada keterkaitan antar disiplin ilmu. Pendekatan ini mengutamakan penyelidikan yang autentik, kerja sama, serta menghasilkan produk atau demonstrasi. PBL tidak dimaksudkan untuk membantu guru menyampaikan informasi sebanyak mungkin kepada siswa. Menurut Trianto (2011: 94-95), tujuan dari PBL adalah:

 

1. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan memecahkan masalah

Terdapat berbagai cara untuk mengajarkan cara berpikir kepada seseorang, namun konsep berpikir sebenarnya dapat dijelaskan sebagai proses yang melibatkan operasi mental seperti penalaran. Berpikir juga mencakup kemampuan untuk menganalisis, mengkritik, dan mencapai kesimpulan berdasarkan pada inferensi atau pertimbangan yang cermat. Pembelajaran berbasis masalah mendorong peserta didik untuk tidak hanya berpikir secara konkrit, tetapi juga untuk mengembangkan ide-ide yang abstrak dan kompleks. Melalui pendekatan ini, peserta didik dilatih untuk memiliki keterampilan berpikir tingkat tinggi. Esensi dari keterampilan berpikir tingkat tinggi, yang melibatkan koherensi dan konteks, tidak dapat diberikan melalui pendekatan yang hanya mengajarkan ide dan keterampilan yang lebih konkret. Hal ini hanya dapat dicapai dengan menggunakan pendekatan pemecahan masalah oleh peserta didik sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ruang Kelas Selengkapnya
Lihat Ruang Kelas Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun