Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kesaksian Korban Santet: Kepalaku Mau Pecah

3 Oktober 2020   13:41 Diperbarui: 3 Oktober 2020   13:43 2067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Siang harinya, aku bingung, ada Man Karmed datang ke rumahku sambil ngomel-ngomel dengan mata yang merah terang. Aku kaget, ternyata yang menyerangku semalam itu Man Karmed atas perintah Pak Dalban, Dul”

“Heh! Kenapa kalian membalikan seranganku malam itu ke anakku? Lihat, anakku mati! Kepala anakku digilas truk fuso sampai pecah! Kenapa kalian tega? Kalau mau nyerang balik, jangan bawa-bawa anakku yang tidak punya salah, dong! Serang tuh Pak Dalban yang menyuruhku menyantet kamu! Kasian anakku!

Logikaku tetep konslet. Emang bener sih, dulu anak Man Karmed mati karena kecelakaan, aku juga sempat melihat mayatnya terkapar di pinggir jalan raya ditutupi daun pisang. Tapi kalau dikaitkan dengan santet begitu, rasanya itu semua gak bisa masuk ke otakku. Kupikir semua itu cuma kebetulan aja. Takdir Tuhan.

“Aku cerita panjang lebar gini, kamu tetap tidak percaya kan, Dul?” Dia nyeletuk, seolah bisa membaca pikiranku!

“Entah”.
“Oiya, Kan ada tuh pasal santet yang buktinya cuma butuh pengakuan dari si pengirim santet. Dan Pak Dalban kan sudah ngaku. Kalau itu benar, kenapa kamu gak laporin saja ke polisi, May?” 

“Emoh. Pasti Ribet. Dia itu sekarang sudah jadi orang gede. Kalau aku lapor palingan gak diurus dan ujungnya aku yang kena jerat hukum pencemaran nama baik”. 

“Kalau gitu, santet balik aja pak Dalban, May! Temenku punya kontak dukun handal yang katanya bisa nyantet, kalau mau nanti aku hubungi temenku. Kita baku hantam antar dukun. Hehe”

“Kalau orang pinter mah, guru-guru jalur ilmu putih yang selalu siap melindungiku selama ini juga sudah cukup. Dengan doa-doa putih dari mereka nyatanya masih mampu menahan tiap serangan itu meski gak bisa total. Aku gak mau balas dendam, toh tanpa niat menyerang balikpun selalu ada karma yang membalas kezoliman dia”.

“Kamu tahu, itu suamiku pagi ini sowan ke Pak Yai juga untuk minta bantuan doa lagi. Sekarang aku lagi hamil tiga bulan anak kedua. Belakangan, serangan kepadaku mulai gencar lagi. Perutku sering merasa tertusuk-tusuk, perih dan berat banget. Sepertinya Pak Dalban mau nakal lagi coba mengambil janin dalam perutku”.

“Dua hari yang lalu, Pak Dalban datang ke mimpiku dengan wujud yang menyeramkan mirip iblis. Matanya bolong sebelah kanan, giginya bertaring, kepalanya bertanduk. Rambutnya gondrong dan badan penuh bulu hitam. Baunya macam keringat babi.”

“Dalam mimpiku itu, dia mengikat tangan dan kakiku. Cakar-cakar ditangannya menembus perutku. Mengambil janin yang masih berbentuk segumpal darah, lalu memakan janin itu dengan lahap. Aku ngeri sampai sekarang.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun