Mohon tunggu...
Musfiq Fadhil
Musfiq Fadhil Mohon Tunggu... Tenaga Kesehatan - Abdul Hamma

Lulusan S1 Ilmu Kesehatan Masyarakat - Keselamatan dan Kesehatan Kerja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Kesaksian Korban Santet: Kepalaku Mau Pecah

3 Oktober 2020   13:41 Diperbarui: 3 Oktober 2020   13:43 2067
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

“Kau tahu, kan setahun lalu Uwak Hamdi meninggal?” . “Aku sedih, Dul.”
“Dia itu meninggal ketika menahan teluh dari Pak Dalban yang sedang menyerangku”.

“Lagian, kan aku sudah bilang. Pak Dalbannya yang ngaku sendiri. Sebelum dia jadi wakil rakyat, dia nyupang sama Nyi blorong, Dul”

“Saat itu aku sedang mengandung anak pertamaku, dia mengancam kalau keluargaku tidak mencoblos dirinya saat pemilu, janin yang ada di perutku bakal ia jadikan tumbal persembahan untuk Nyi Blorong.  Aku sih cuek saja”. 

“Eh, pada suatu malam perutku tiba-tiba mual lagi, berontak seperti ada yang menginjak-injak sampai aku pendarahan. Untung aku selalu mengamalkan doa penjaga yang diberikan Pak  Yai, aku baca terus doa sampai serangan itu berhenti dan janinku tidak sampai keguguran”

“Esok harinya, aku dengar kabar bahwa Isterinya yang juga sedang mengandung mengalami pendarahan hebat dan masuk rumah sakit. Santetnya mbalik ke isterinya, Dul! Isterinya keguguran.  Senjata makan tuan, janin anaknya sendiri yang jadi korban tumbal, Dul!”

“Wah, pertumbalan ternyata bisa pakai orang lain yang bukan keluarga ya, May? Jadi, isu dulu di desa ada kuntilanak jadi-jadian bergentayangan mengambil janin tetanggaku juga benar, ya?”

“Kalau itu aku gak tahu, itu pelaku pesugihan yang lain. Bukannya pas itu kamu juga ikutan ngeronda sama warga desa dan para santri, Dul?”

“Iya sih. Dulu aku juga sempat ikutan lari-lari, konon ngejar kuntilanak jadi-jadian sama warga. Tapi waktu itu aku cuma ikut-ikutan aja berlarian malam-malam sampai berhenti di depan pohon randu pekarangan. Kuntilanaknya dimana, aku gak pernah lihat! Jadi aku gak percaya. Aku anggap itu cuma guyon saja. Haha”

“Dasar kentir! Dul, Kau kenal Man Karmed, kan? dia itu salah satu dukun yang membantu Pak Dalban mengirimkan teluh ke tubuhku, Dul. 

“Pada suatu malam jumat Kliwon, tengah malam aku terbangun karena kepalaku tiba-tiba pusing parah. Aku berteriak kencang sampai seisi rumahku bangun. Aku merasa kepalaku digetok palu berkali-kali. Sakit banget. Rasanya, kepalaku sampai mau pecah. Ternyata kata suamiku, pada malam itu aku gak sadar telah menjeblok-jeblokan kepalaku sendiri ke tembok.”

“Kemudian keluargaku menghubungi guru-guruku untuk berdoa bersama menangkal serangan itu. Sampai akhirnya pada pukul satu dinihari serangan itu berhenti dan kepalaku mulai enteng. Aku yang lemas kemudian pingsan tak sadarkan diri sampai shubuh.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun