Mohon tunggu...
Mustaqim Muslimin Abdul Ghani
Mustaqim Muslimin Abdul Ghani Mohon Tunggu... -

seorang bodoh yang sedang belajar untuk terus memberi manfaat ... ciyeeeeee! Idealis banget!

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sajadah Milik Pierre

17 Desember 2014   20:00 Diperbarui: 17 Juni 2015   15:07 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Udara di lantai satu seputar Ka'bah terasa sangat sejuk bagi Sayid yg sedang menuruni anak-anak tangga dari lantai dua bersama Mursyid untuk mulai melaksanakan thawaf. Kerumunan jamaah yang sedang berthawaf itu seolah tersibak membentangkan jalan memberi ruang bagi keduanya. Dalam dua putaran thawaf saja, Sayid mendapati dirinya telah berada di depan hajar Aswad, dan sejenak berikutnya telah berada di bawah Multazam tanpa bersusah payah ataupun saling berdesakan dengan jamaah lain.

"Allahu Akbar, Allahu Akbar, Allahu Akbar!" Sayid mulai melafadzkan doa dan puji syukurnya kepada Sang Khalik di bawah Multazam itu. Kakinya terus merambat ringan di antara ribuan jamaah yang ada di sekitarnya hingga Mursyid menepuk pundaknya untuk beralih berganti dengan jamaah lain di dalam lingkup Hijir Ismail itu.

Di tempat lain di lantai tiga Al Haram tadi, Pierre menjalankan sholat-sholat sunnah dengan penuh kesyukurannya di atas sajadah "baru"-nya itu. Ia merasakan Allah sebegitu dekat dengan dirinya, seolah memeluk dirinya dengan penuh kasih sayang dan kehangatan. Rakaat demi rakaat terus dia sambungkan. Entah sholat apa yang dilakukannya, yang terutama tersembul bulat dalam hatinya adalah niat syukurnya atas segala karunia Allah kepadanya selama ini. Pierre, sang mualaf, menemukan dirinya berada di sebuah jalan yang sangat terang benderang namun tiada menyilaukan.

catatan kaki :

sebenarnya bingung juga mau meng-upload tulisan ini di kompasiana. Masuk di cerpen jelas terlalu panjang, namun jika masuk ke novel, terlalu singkat ... maunya sih di-cerbung-kan saja.

Sambil berharap tidak di-delete sama Admin lagi seperti tulisan2 yang lain, gara2 dianggap copas dari artikel FB saya sendiri ... kalo pun di-delete, aku ra popo, hehehehe

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun