Kenyataan historis dinyatakan sendiri oleh Al-Qur'an i "Kami turunkan Al-Qur'an secara berangsur-angsur agar kamu membacakan nya perlahan-lahan kepada manusia dan kami menurunkannya bagian demi bagian (AQ. 17:106).
Memang untuk sebagian kecil surat yang berayat pendek dan sedikit seperti Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Kautsar diturunan sekaligus, tetapi pada umumnya untuk sebagian besar diturunkan sekelompok deni sekelompok. Karena itu suatu surat tertentu bisa saja ayat-ayatnya diturunkan dalam beberapa masa dan semakin panjang ayat-ayat surat tersebut, maka semakin panjang pula masa turunnya.Â
Begitu pula cara turunnya tidak berurut, tetapi diturunkan secara sekelompok demi kelompok berselingan dengan kelompok ayat-ayat surat yang lain. umpamaan saja Al-'Alaq surat yang pertama turun hanya terdiri dari 5 ayat tambahan 14 ayat berikutnya turun 3 tahun kemudian setelah diselingi terlebih dahulu dengan kelompok ayat surat Al-Hudatsir, Al-Fatihah dan beberapa kelompok ayat surat lainnya.Â
Kenyataan cara turun Al-Qur'an semacam ini menunjukkan bahwa ke banyakan ayat dan surat Al-Qur'an turun berkaitan dengan peristiwa peristiwa yang terjadi pada masa da'wah nabi, misalnya surat/ayat Al Baqarah yang turun pada tahun pertama hijriyah, kebanyakan ayat-ayat berisi teguran kepada orang-orang Yahudi yang menghalangi kemajuan Islam atau diturunkan karena adanya kebutuhan mendesak akan hukus hukum Islam, seperti surat An-Nisa yang membicarakan tentang hukum perkawinan dan perwarisan.
 Dengan kata lain kenyataan ini menunjukkan bahwa pada umumnya ayat-ayat Al-Qur'an itu diturunkan secara kontekstual, dengan bersandar pada konteks permasalahan. Tepatlah kemudian apabila Al-Qur'an tersebut harus diturunkan secara berangsur-angsur, karena turunnya tersebut harus memiliki nilai kontekstual, sedangkan peristiwa atau kejadian sebagai latar belakang ayat tidak dapat terJadi sekaligus.
Cara turun ayat semacam ini sangat kuat, karena ia bersandar kepada konteks peristiwa yang hidup walaupun cara turunnya kemudian seperti melahirkan kemustahilan untuk menyusuan ayat-ayat Al-fur'in secara kronologis. Hal lain Al-Qur'an berangsur-angsur adalah agar Al-Qur'an mudah diterima dan dipahami bangsa Arab ketika itu.Â
 Sebagai bangsa yang kurang mengenal tradisi baca tulis dan lebih terbiasa dengan budaya bahasa lisan, maka tidaklah tepat bila Al-Qur'an itu diturunkan sekaligus, karena kondisi sosial budaya yang ada turang mendukung ke arah pilihan tersebut.
Dari cara turunnya yang sebagian deat sebagian telah melahirkan pertanyaan terus menerus, karena sampai saat ini manusia masih belum menahani secara puas apa rahasia Al-Qur'an tersebut diturunkan secara berangsur-angsur. namun terlepas dari adanya ketidakpuasan tersebut, yang jelas metode yang diterapkan Tuhan, selain sangat fungsional karena akhirnya mudah diterima dan dipahami masyarakat Arab, Juga ada sisi lain semakin selekatkan sifat dan kualitas otentik kepada Qur'an. Karena metode ini tidak hanya selahirkan proses (cara) yang teruji, tetapi menjadikan kebenaran (ayat) tersebut semakin kokoh dan kuat.
Bukti sejarah menunjukkan bahwa sejak diturunkan kepada nabi Muhammad dan berjalan 15 abad suppa sekarang, Ayat-ayat al-qur'an sersebut terjaga keaslian dan keabsahan textnya. Sampi hari ini tidak ditemui satu kata (lafadz) yang berbeda at di antara berjuta-juta mushaf yang ada, begitu pula tidak pernah ditemui perselisihan ulama tentang teks-teks Al-Qur'an.
 Kalaupun ada yang terjadi adalah perselisihan dalam membacanya atau dalam penempatan sebagai ayat makkiyah atau ayat Madaniyah turunnya ayat sendiri Al-Qur'an. Kenyataan ini menunjukkan bahwa prosedur telah memberikan sifat otentik ayat-ayat.
Sebagaimana telah diturunkan pada bagian pertama bahva ayat-ayat Al-Qur'an tersebut di samping memiliki dimensi tekstual Juga dimensi kntekstualnya. Untuk menyatakan nilai-nilai kontekstual yang dikandung ayat, maka biasanya Al-Qur'an memakai "idiom-idiom" tertentu yang bersumber pada istilah bahasa Arab, misalnya kata-kata: An-Nisa, Basyar, Insan, Zikr, Agal, Thogut, Kufur dan sebagainya.