Mohon tunggu...
mulya nizarhakiki
mulya nizarhakiki Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa uinkhas jember

dengan membaca kita dapat mengenal dunia dengan menulis kita dapat dikenal dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rusaknya Arab Pra Islam, Muhammad dan Al Qur'an sebagai Cahaya Pembenaran

18 Juni 2022   12:20 Diperbarui: 18 Juni 2022   12:37 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Begitulah seterusnya, dalam kehidupannya Muhammad mengalani satu kejadian demi kejadian. Terkadang pengalaman itu bersifat menyenangkan, tetapi banyak sekali yang berupa kesedihan. Sebagai manusia biasa, Muhammad neresakan pengalaman itu secara wajar, seperti Juga yang dirasakan oleh orang lainnya. Marasa gembira manakala berjumpa dengan pengalaman yang menyenangkan, dan begitu pula bersedih apabila menemukan pengalaman yang sebaliknya.

Demikian Juga dalam hal-hal lainnya, sebagai manusia biasa Muhammad menJalani kehidupan seperti yang dijalani oleh manusia pada umunnya. Untuk hidup dia perlu berusaha, usahanya terkadang berhasil, tetapi juga dapat mengalami kegagalan. Di tengah kesebukan usahanya sehari-hari, Muhammad memerlukan istirahat dan penyegaran, sehingga dia Juga membutuhkan makan, minus, tidur, beristri, bermasyarakat, dan lain sebagainya. Dalan kedudukan dirinya sebagai manusia biasa, Muhammad hanya memiliki kelebihan yang dipandang oleh masyarakatnya, yakni seorang yang sangat terpercaya.

Ketika menginjak usia 40 tahun, Muhammad telah sering melakukan pendekatan diri dengan Tuhan. Pada bulan Pamadhan dibawanya perbekalan secukupnya untuk beberapa hari di tempat persembunyiannya di gua Hira. Secara intensif sekali dia berkonsentrasi, mengahadapkan diri kepada Tuhan, serta berpikir tentang hakikat dan kekuasaanNya. Akan tetapi sebelum masa kenabian, dia tidak pernah berhasil sampai pada hakikat yang sebenarnya.

Baru pada usia 40 tahun 6 bulan dan 8 hari, Muhamad menemukan pengalaman yang sama sekali baru, aneh, dan menakjubkan. Kejadian itu tepatnya pada tanggal 17 Ramadhan, atau 6 Agustus 610 Masehi di gua Hira, saat mana dia didatangi oleh Malaikat Jibril menyampaikan ayat pertama (AQ. 96:1-5) yang sekaligus sebagai awal masa kenabiannya.

Menurut riwayat, selama lebih kurang dun setengah tahun, Muhammad tidak pernah didatangi lagi oleh Jibril. Dia sangat rindu bercampur was-was, apakah gerangan yang menyebabkan peristiwa seperti itu tidak terulang kembali. Di tengah penantiannya di gua Hira, tiba tiba Jibril datang lagi dengan membava wahyu kedua, yakni surat Al-Mudatsir (AQ. 74: 1-7). Inilah peristiwa sejarah yang meletakkan tugas kerasulan Muhammad bagi umat manusia. Sejak itu Muhammad bukan lagi sebagai manusia biasa, melainkan sebagai manusia pilihan. 

Sebagai Rasul Tuhan, Muhammad dibebani sugas membawa misi Ketuhanan. Ayat-ayat suci yang disampaikan kepadanya, harus disampaikan pula kepada seluruh umat manusia. Menyampaikan ayat suci Itu, tidak hanya sekedar menyampaikan bunyi/teks/redaksional, melainkan Juga menjelaskan maksud dengan kata-kata, menunjukkan conton perbuatan.

Oleh sebaba Itu Muhammad tidak dapat terlepas lagi dengan kehidupan orang lain. Dia harus senantiasa membimbing manusia sesuat dengan pesan dan perintah yang diberikan Tuhan. Inilah aisai kerasulan yang diemban oleh Muhammad SAW.

Berhubung Muhammad SAW bukan hanya sekedar Manusia biasa, melainkan juga sebagai Rasul, maka bagi manusia lainnya, Muhammad harus lah menjadi pusat perhatian. Setiap apa yang dikatakannya, harus disimak secara seksama untuk dimengerti, dicamkan, dan dihayati kedalam lubuk hati, kemudian dilakukan dalan perbuatan nyata. Semua yang dia lakukanpun demikian pula kehendaknya. Sehingga, seluruh tingkah-laku manusia selalu diukur dengan apa yang pernah die katakan, dia diamkan ataupun dia contohkan.

Oleh Sebab itu, Muhammad dalam hidup dan kehidupan manusia sen Jadi sumber rujukan. Artinya, perkataan dan perbuatan Juhammad merupakan suri teladan manusia secara keseluruhan. Namun demikian tidak ber arti manusia harus membuat copy terhadap seluruh perkataan dan perbuatannya, tetapi secara kreatif menciptakan perkataan dan tindakan baru sesuai dengan wilayah dan zamannya, dengan mengambil pelajaran dan kreasi Muhammad dalam menghadapi suasana obyektif ketika itu.

Otentisitas ayat Al-Quran 

Al-Qur'an tidak diturunkan sekaligus dalam satu masa tertentu. Begitu pula Al-Qur'an tidak diturunkan surat persurat sebagaimana susunan yang kita dapati sekarang, tetapi diturunkan secara berangsur angsur sekelompok demi kelompok selana 23 tahun masa Muhammad SAW kenabian.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun