Mohon tunggu...
mulya nizarhakiki
mulya nizarhakiki Mohon Tunggu... Freelancer - mahasiswa uinkhas jember

dengan membaca kita dapat mengenal dunia dengan menulis kita dapat dikenal dunia

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Rusaknya Arab Pra Islam, Muhammad dan Al Qur'an sebagai Cahaya Pembenaran

18 Juni 2022   12:20 Diperbarui: 18 Juni 2022   12:37 434
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Arab pra islam dan budayanya

Jazirah Arab, tempat di mana orang-orang Arab berdomisili, me rupakan bentangan padang pasir yang sangat luas. Secara sederhana Jazirah ini terbagi ke dalam dua bagian wilayah besar, yakni ta dan selatan. Bagian sebelah utara berbatasan dengan Palestina dan Syiria (dahulu disebut Syam), sedangkan dibagian sebelah selatan pe batasan dengan teluk Aden dan Samudera India.

Pada zaman danulu orang Arab mengukur luas wilayannya vaktu yang dibutuhkan untuk berjalan kaki dari satu ujung ke yang lain. Dengan ukuran seperti itu, melintasi Jazirah Arab d utara ke selatan, menghabiskan waktu selama 7 bulan 11 hari. Menurut ukuran modern, luas wilayah tersebut diperkirakan sekitar 2 juta m lebih luas dari semenanjung India, atau empat kali lebih luas dari pada Jerman dan Perancis sekarang ini Muzaffaruddin, hal: 64).

Di sebelah utara, keadaan wilayahnya sangat gersang. Daerahnya terdiri atas tanah pasir yang kering dan gunung-gunung yang terjal, sehingga sulit sekali ditemukan sumber air. Adapun di belahan selatan keadaannya sedikit lebih hijau, karena selain banyaknya sumber-sumber air, Juga terdapat beberapa jalan air yang melintas dari daerah pe gunungan.

Orang Arab berdomisili di sekitar sumber-sumber air tersebut. Mereka memanfaatkan kelembaban dan kesuburan tanahnya untuk kegiatan pertanian dan peternakan. Berhubung di sebelah utara sulit sekalai menemukan sumber air dimaksud, maka penduduk yang menetap disana tidak menggantungkan sumber penghidupannya pada pertanian maupun peternakan. Mereka terbiasa dengan kegiatan perdagangan, memenui berbagai kebutunan hidup masyarakat, baik yang tersebar di Jazirah Arab itu sendiri, maupun bangsa lain yang berada di luar wilayahnya. (haekal, hal: 1-23).

Oleh sebab itu orang-orang Arab yang berada di sebelah utara jarang menetap di suatu tempat dalam waktu yang cukup lama. Mereka sering berpindah-pindah tempat untuk melakukan perniagaan dari satu tempat ke tempat lainnya sesuai dengan keadaan. Pada musim panas mereka melakukan perjalanan perniagaan ke Syiria, sedangkan pada musim dingin ke negeri Yaman.

 Akibat kesibukan perniagaan itu (serta beberapa penyebab lain nya), mereka tidak sempat membangun suatu masyarakat dengan tingkat kebudayaan tertentu secara sempurna. Mereka lebih senang hidup kabilah-kabilah, menikmati kebebasan individual bersama-sama dalam kabilah-kabilahnyanya.

Hal ini berbeda sekali dengan masyarakat Arab yang berdomilisi di belahan selatan. Tanah yang lebih subur di wilayahnya, memungkinkan mereka menetap di satu tempat, memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari dengan bercocok tanam ataupun berternak. Sumber-sumber ekonomis yang cukup baik seperti itu, tidak mengundang mereka untuk banyak merantau dan berniaga ke tempat-tempat yang jauh. Dengan demikian mereka dapa hidup dalam sebuan masyarakat yang lebih teratur dengan kebudayaan yang lebih tinggi.

Di daerah pertengahan antara wilayah utara dan selatan Jaziran Arab, terdapat satu tempat yang bernama Mekkah. Daerah ini menjadi tempat persinggahan orang-orang Arab manakala mereka bepergian ke utara, demikan pula sebaliknya ketika mereka berniaga ke selatan, se hingga Mekkah menjadi tempat yang sangat strategis menghubungkan dua wilayah jazirah Arab bagian utara dengan wilayah selatan.

Sebagai tempat persinggahan, Mekkah tumbun dan berkembang secara ekonomis. Di sini kemudian tumbuh beberapa pasar terkenal untuk ampat terjadinya transaksi perdagangan seperti: Ukkaz dan Zulmeyaz. Kenyataan Ini mengangkat posisi Mekkah menjadi sebuan kota yang perlu diperhitungkan dalam siklus perdagangan di Jazirah Arab ketika itu.

Posisi kota Mekkah yang strategis dalam lintas perniagaan tersebut, menjadi lebih menarik lagi karena di sana terdapat bangunan yang disebut ka'bah. Bangunan ini merupakan pusat kegiatan spiritual orang-orang Arab yang telah berdiri sejak berabad-abad sebelumnya. Dengan demikian Mekkah sekaligus juga menjadi pusat dimensi kehidupan rohani bagi orang Arab ketika itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun