Tentu kemustahilan mejangkau "aku' yang asli/murni berakibat pada ketakutan ataupun keterasingan. Sebagai obatnya, mekanisme-mekanisme yang menimbulkan (perasaan ke-aku-an) itu dibuat. Aktifitas bercermin di air ataupun di perak, menjadi logis untuk menegasakan keberadaan "aku" dan menanggulangi keterasingan manusia.
Aktifitas swafoto ataupun bercermin dalam konteks ini bukan sekedar menata rambut atau baju yang berantakan semata, namun lebih dari itu. Swafoto dan bercermin memiliki perbedaan, jika dalam bercermin kita menangkap "citra aku" secara sementara, sedangkan dalam swafoto tangkapan "citra aku" seakan-akan bisa lebih lama. Dalam swafoto pun kita lebih memiliki kuasa akan bagaimana "citra diri" akan dinarasikan. Dengan demikan swafoto selain menegaskan "aku", juga dapat membedakan "aku" dengan yang lain.Â
Hakikat manusia juga tidak ingin disama-samakan dengan yang lain atau dengan kata lain setiap manusia mempunyai ke-khas-an nya masing-masing. Misalkan ketika kita berdiskusi, kita sering secara tak sadar berkata: "kalau aku sih....". Maka itu tidak bisa secara sewenag-wenang aktifitas swafoto dianggap sebuah penyakit sosial. Karena bagi Lacan, "setiap kehidupan merupakan penyakit, sedangkan kematian adalah obatnya".
Kadar perasaan ke-aku-an pada setiap orang juga berbeda. Ada yang sangat sering mengunggah swafoto dalam akunya ada yang tidak. Bisa juga swafoto dilihat ketidakstabilan emosional seperti kisah Narcissus, namun bisa juga swafoto merupakan bentuk kewaspadaan akan hilangnya "aku".
- Manfaat
Dengan melakukan pengkajian mengenai budaya berswafoto, diharapkan mahasiswa DKV dapat:
- Mengetahui alasan mengapa orang berswafoto, sehingga dapat mengambil peluang dari aspek tersebut
- Mengetahui bagaimana swafoto bisa menjadi personal branding
- Mengetahui dampak dampak swafoto, sehingga dapat mengambil pembelajaran
Â
BAB II
PEMBAHASAN
Â
- Swafoto dan Teknologi
Pada awalnya, manusialah yang membuat teknologi, tetapi lambat laun teknologilah yang justru memengaruhi setiap apa yang dilakukan manusia. Dimana manusia terbawa arus oleh perkembangan teknologi. Teknologi  membentuk cara berpikir, berperilaku, dan bergerak dari satu abad teknologi ke abad teknologi selanjutnya.
Salah satu budaya yang muncul karena perkembangan teknologi ialah selfie atau swafoto. Perkembangan teknologi telah mengubah self-potrait/selfie dari dunia seni dan memberikannya kepada khayalak luas. Selfie sendiri menandakan keberadaan kita di media sosial, menandakan bahwa kita ada. Sosiologis David Snow dan Leon Anderson menyebutnya "identity work" yaitu sebuah usaha manusia dalam keseharian untuk memastikan bahwa dirinya dapat dilihat oleh orang lain, karena manusia ingin dilihat.