Mohon tunggu...
Lyfe

Kajian Swafoto Instagram Dalam Aspek Sosiologi Desain

12 Desember 2017   19:15 Diperbarui: 12 Desember 2017   19:43 3471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Banyaknya akun online shop yang tersebar di Instagram membuat akun-akun tersebut gencar melakukan promosi produknya kepada pengguna Instagram lainnya. Terkadang mereka melakukan hal yang tidak diinginkan oleh pengguna Instagram, yaitu sembarangan mempromosikan produknya di kolom komentar. Masalah dari kasus ini tentunya pengguna akun instagram yang menggunakan fitur private tidak menginginkan adanya akun yang tidak dikenal. Salah satunya adalah menghindari akun online shop yang biasanya memberikan comment yangbersifat spam pada akun instagram orang lain.

Agar Memiliki Follower Tetap

Tentu alasan ini terdengar sedikit aneh apabila pengguna fitur prifasi akun menyatakan alasan ini. Sebagai conoh apabila ada seseorang pengguna akun instagram ingin mengikuti akun yang menggunakan fitur private, setelah di approve pasti akan berfikir dua kali apabila orang tersebut ingin unfollow. Melalui cara ini seseorang akan lebih memilih untuk tetap bertahan mengikuti orang tersebut agar dapat melihat aktifitasnya di instagram.

Terhindar dari Kriminalitas

Kejahatan kriminal bisa terjadi tidak hanya didunia maya, tetapi juga dapat terjadi di internet yang terutamanya sebagai pengguna media sosial. Hal ini terjadi karena mudahnya pelaku kriminal dalam mendapatkan foto dan video para pengguna akun yang tidak menggunakan fitur private.Pelaku dengan mudah dapat menyimpan foto hanya dengan menekan tombol "Save" atau hanya dengan mengambil gambar screensot.

Contoh penyalahgunaan dari kasus ini adalah adanya akun palsu atau biasa disebut juga dengan "fake account" yang digunakan oleh pelaku kriminal dalam menjalankan aksinya. Kasus yang banyak terjadi seperti akun palsu yang memberikan komentar spam untuk mempromosikan akun onlineshop tertentu dimana mereka seolah olah sebagai testimoni yang berhasil, akun palsu oleh haters, dan lain sebagainya. Bahkan untuk kasus yang lebih serius lagi dengan adanya akun yang mengedit foto asli, tentunya ini akan menimbulkan masalah yang cukup serius apabila foto tersebut merupakan foto public figure atau orang terkemuka lain seperti selebritis.

Fenomena Meminta di-Follback

Awal mula tradisi meminta follback di Indonesia datang dari jaman ketika twitter sedang berjaya. Seorang komika kenamaan Indonesia Raditya Dika mengangkat tema bit stund-upnyayang menyindir followernya di twitter karna dia merasa geram oleh fans yang meminta follback yang sangat keterlaluan saat itu.

Selain kisah diatas,  Joko Anwar pada tahun 2009 yang memberi tantangan di laman twitternya perihal jikalau dia mendapatkan follower menembus angka 3000 follower, Ia rela bertelanjang bulat ke sebuah tempat belanja yaitu Cirkle K di daerah Bintaro dan hal itu benar-benar terealisasi. Mengapa Joko melakukan tantangan ini, pasalnya ia khususnya dan masyarakat pada umumnya pada jaman itu masih skeptis dengan media sosial. Mereka belum percaya kalo ada sampai beribu-ribu orang yang mau memfollow satu akun. Pada saat itu,  follower 1000 atau 2000 merupakan suatu pencapaian yang luar biasa.

Akun yang memiliki followers beribu-ribu terkadang membuka follback dengan kuis dengan hadiah follback. Hal ini dimaksudkan agar follower dengan si pemilik akun tetap menjalin hubungan yang baik dan si follower tetap merasa dekat dan tentunya tidak akan kabur. Karena kaburnya follower juga berakibat kurangnya angka dan ini juga berpengaruh kepada harga suatu Endorsement.

Kini, alasan orang meminta di-follback makin berkembang. Berikut ini adalah beberapa alasan orang meminta di-Follback

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun