Perlu dicatat bahwa tiap gerakan dakwah punya histori terkait dengan konteks zaman dan ideologi yang berkembang di sebuah negara. Dalam konteks ini, dakwah Salafy tidak bisa lepas  dari konteks terbentuknya Kerajaan Arab Saudi waktu itu yang merupakan hasil kontrak antara Ibnu Saud dan Syaikh Muhammad Ibn Abdul Wahhab.  Sebelum era tersebut, tidak dikenal gerakan dakwah dengan nama Salafy.
JEBAKAN KEDUA:
"Dakwah Salafi tidak menyeru kepada kelompok, tokoh tertentu dan berta'ashub (fanatik) dengannya, tidak pula hizbi seperti selainnya."
Pertanyaan Kritis:
1.Siapa tokoh pencetus gerakan dakwah bernama Salafi? Atau nama sebelum Salafy (Wahhabiyah)? Atau nama ini otomatis turun dari langit tanpa konteks sejarah?
2.Pada siapa aktivis Salafi mengkaji kitab-kitabnya? Ustadz A , B atau C. Kalo A, lalu A merujuk/berguru ke syaikh siapa?
3.Mengapa hanya mengikuti fatwa ulama tertentu saja dan meniggalkan fatwa ulama kelompok lain?
4. Pada masa pemerintahan Turki Utsmani dan pemerintahan sebelumnya  yang menguasai jazirah Arab, mengapa tidak ada nama gerakan Dakwah Salafy? Mengapa baru ada setelah Kerajaan Arab Saudi berdiri?
Sampai disini benarkah dia tidak menyeru ke kelompoknya?
Selanjutnya, ketika mengajak teman sekampus atau teman sekantor untuk mengaji, apakah itu tidak berarti ia menyeru ke kelompok (pengajian)nya?  Mengapa pula mesti menyeru ke pengajiannya, bukan kelompok pengajian lain. Bukankah mereka berprinsip tidak menyeru ke kelompok? Mungkinkah ia hanya menyeru orang lain untuk merujuk langsung  ulama-ulama generasi Salaf saja, tanpa menyebut Muhammad Ibn Abdul Wahhab atau pendapat Syaikh AlBani, Syaikh Bin Baz, Syaikh Utsaimin, Syaikh Fauzan dst? Pernahkah ia mengajak teman untuk mengaji ke ustad selain kelompok jamaahnya (yg dinamai salafi itu)? Ke ustad jamaah Tabligh, NU, Muhammadiyah misalnya?
Justru yang terjadi mereka menganggap kelompok pengajian lain tidak benar. Bukankah itu ta'asub dan hizbi? Bukankah itu juga termasuk standar ganda? Kepada kelompok lain diberlakukan, namun ke kelompok sendiri tidak.
Pertanyaan-pertanyaan kritis ini seharusnya muncul di benak jamaah Salafi.