Mohon tunggu...
reeh_haan
reeh_haan Mohon Tunggu... Mahasiswa - MahaSigma

Yang pintar akan semakin pintar, yang bodoh akan semakin bodoh

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Kecerdasan Buatan Diklaim Membuat Manusia Semakin Bodoh: Cara untuk Tetap Cerdas dan Meningkatkan Kecerdasan Anda

8 Januari 2025   10:43 Diperbarui: 8 Januari 2025   10:35 90
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya pernah tertarik pada perdebatan mengenai hak aborsi, sebuah isu yang telah dibahas selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun. Sebagian orang, khususnya kalangan feminis, berpendapat bahwa aborsi diperbolehkan karena tidak merugikan orang lain --- proses ini terjadi pada tubuh mereka sendiri dan merupakan hak individu. Argumen "my body, my choice" sering kali menjadi dasar pemikiran mereka. Pandangan ini membuat sebagian orang mendukung legalisasi aborsi.

Namun, di sisi lain, ada kelompok yang menjunjung tinggi nilai kemanusiaan, termasuk Pancasila. Mereka berpendapat bahwa aborsi sama dengan pembunuhan. Dalam pandangan ini, aborsi berarti menggugurkan janin dengan sengaja, yang dianggap sebagai tindakan menghilangkan nyawa. Alasan seperti kehamilan yang tidak direncanakan atau ketidakmampuan merawat anak karena keterbatasan ekonomi dan waktu, dianggap tidak cukup kuat untuk mengabaikan hak hidup janin. Mereka berargumen bahwa janin juga memiliki hak untuk hidup dan menentukan masa depannya, sebagaimana prinsip feminis yang menekankan hak individu. Meski demikian, ada pula pendapat bahwa janin tidak memiliki hak karena tidak pernah meminta untuk dilahirkan, sehingga haknya belum sepenuhnya ada.

Sampai saat ini, saya belum mampu menarik kesimpulan atau menemukan titik terang dari perdebatan ini. Saya menyadari bahwa isu ini sulit diselesaikan secara logis karena melibatkan dua ideologi yang saling bertentangan. Ideologi tidak selalu berakar pada logika, melainkan pada etika seperti keadilan, kemanusiaan, dan hak.

Namun, jika orang yang mampu berpikir kritis terlibat dalam forum debat dan memiliki keterampilan berbicara yang baik, mereka bisa menjadi pemain kunci --- baik sebagai pendukung maupun penentang suatu mosi. Mereka mampu memperkirakan pernyataan, argumen, bahkan fakta yang akan disampaikan lawan debat, serta mengantisipasinya dengan berbagai gagasan yang terus berputar dalam pikiran mereka. Selain itu, mereka dapat menyerang lawan debat secara logis maupun psikologis.

Kemampuan reflective listening yang mereka miliki memungkinkan mereka mendengarkan secara mendalam, terus mencari celah dan kesalahan dalam opini lawan, serta mematahkan argumen tersebut dengan tepat. Cara berpikir seperti ini benar-benar bisa menjadi senjata yang sangat berbahaya dalam perdebatan.

Sejauh ini, Anda seharusnya sudah memahami tentang berpikir kritis. Sekarang, saya ingin membagikan beberapa tips tentang cara memulai dan mengembangkan keterampilan berpikir kritis (tips ini murni berdasarkan pengalaman pribadi, jadi silakan lakukan riset mandiri untuk memperdalam).

1. Puaskan Rasa Ingin Tahu

Jika pikiran Anda terasa "berisik," cobalah untuk memuaskannya. Saya sendiri masih mencari cara untuk menerapkan tips ini sambil mengurangi kebiasaan buruk seperti kurang tidur dan kurang menjaga kesehatan. Pikiran saya sering kali lebih ramai dibandingkan lingkungan sekitar, terutama saat hendak tidur. Puluhan pertanyaan bermunculan dalam benak saya setiap malam.

Saya tidak ingin rasa penasaran dan mood saya berlalu begitu saja, sehingga saya sering kembali membuka laptop untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang terlintas.

Trik ini mungkin tidak mudah diterima oleh mereka yang sudah memiliki disiplin tinggi dalam mengatur waktu dan mampu menunda atau mengabaikan rasa ingin tahunya. Jika Anda merasa tips ini kurang cocok, cobalah tips lain yang akan saya bagikan berikutnya.

2. Biasakan Bertanya Secara Mendalam, Bukan Sekadar Meluas

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun