Kedua, orang yang berpikir kritis biasanya mampu menarik benang merah dari berbagai hal, meskipun terlihat jauh atau sederhana. Dari sinilah ide-ide brilian sering kali muncul. Saya ingin membagikan pengalaman pribadi sebagai contoh bagaimana proses berpikir kritis bekerja dalam kehidupan saya.
Universitas Airlangga baru saja menyelenggarakan kegiatan expo sebagai bagian dari media pembelajaran bagi mahasiswa baru. Dalam kegiatan tersebut, kami diminta membuat sebuah proyek yang berangkat dari permasalahan sosial atau inovasi dan mengaitkannya dengan Sustainable Development Goals. Beberapa mahasiswa menunjukkan ide-ide kreatif mereka, sementara yang lain memanfaatkan kesempatan ini untuk berjualan.
Sekitar lima pekan sebelum expo berlangsung, saya memiliki ide bisnis sederhana. Di saat banyak orang memilih membuat produk unik, saya berpikir untuk menjual air mineral dingin dengan campuran es batu. Rencananya, air mineral ini akan dijual dengan harga sangat murah. Selain dapat menyegarkan orang-orang yang kepanasan, saya juga ingin menjadikannya sebagai media berbagi. Saya berencana memberikan air mineral secara gratis dengan syarat pembeli membeli produk kelompok saya atau membawa botol minum sendiri, tanpa menggunakan kemasan plastik sekali pakai.
Namun, rencana ini akhirnya batal karena perubahan cuaca di Surabaya, yang membuat ide tersebut tidak lagi relevan. Saya sempat berpikir ide ini akan sangat menguntungkan karena memiliki target pasar yang tepat, harga yang terjangkau, bahkan gratis, serta ramah lingkungan. Dari hampir 9.000 mahasiswa baru, apakah hanya saya yang memiliki ide brilian? Tentu saja tidak. Setiap orang memiliki ide dan inovasinya sendiri. Keberhasilan ide-ide tersebut bergantung pada bagaimana mereka menindaklanjutinya.
Ketiga, orang yang mampu berpikir kritis biasanya tidak tergesa-gesa dalam menyimpulkan suatu kasus dan cenderung terus mencari kebenaran dari berbagai sudut pandang. Sikap ini sering kali membuat mereka merasa seolah-olah tidak memiliki pendirian yang kuat (akan dijelaskan lebih lanjut pada poin berikutnya).
Sebagai contoh, beberapa bulan lalu saya mendapati beberapa berita dari Jepang mengenai menurunnya nilai-nilai etika di sana. Dikatakan bahwa semakin banyak pendatang yang menyebabkan masalah, seperti perampokan, pembunuhan, dan kejahatan lainnya. Kasus ini khususnya melibatkan warga negara Indonesia yang tinggal di Jepang untuk kuliah, bekerja, atau berkeluarga.
Mungkin Anda berpikir bahwa solusi terbaik adalah memperketat proses pembuatan visa dan melakukan deportasi terhadap warga asing yang dianggap bermasalah. Logikanya, semakin sedikit orang asing yang masuk, semakin kecil kemungkinan budaya Jepang mengalami perubahan negatif. Namun, apakah Anda pernah mempertimbangkan dampak jangka panjang dari kebijakan tersebut?
Jika Jepang mendeportasi banyak warga negara asing, terutama orang Indonesia yang tertarik dengan budaya Jepang, populasi Jepang bisa semakin menurun. Perlu diingat, Jepang adalah negara dengan angka kelahiran yang sangat rendah, yang berarti risiko tidak adanya generasi penerus menjadi semakin besar. Dalam skenario terburuk, Jepang bisa menghadapi krisis demografi yang mengancam keberlangsungan negaranya.
Saya berpikir bahwa pemerintah Jepang saat ini tengah berada di persimpangan, mempertaruhkan budayanya demi menjaga kelangsungan negara di masa depan. Oleh karena itu, kita sering melihat berbagai peluang hidup di Jepang, seperti beasiswa kuliah, tawaran pekerjaan dengan gaji tinggi, dan insentif finansial bagi keluarga yang memiliki anak.
Begitulah cara berpikir kritis bekerja. Meskipun banyak orang mungkin tidak setuju dengan meningkatnya kejahatan yang dilakukan oleh pendatang, pemerintah Jepang tidak gegabah dalam mengambil keputusan. Mereka mempertimbangkan risiko besar, termasuk kemungkinan hilangnya generasi penerus jika jumlah pendatang berkurang drastis.
Terakhir, karena memiliki banyak sudut pandang, orang yang berpikir kritis sering merasa seolah-olah tidak memiliki pendirian yang kuat. Saya termasuk salah satunya, dan saya akan membagikan pengalaman pribadi agar lebih mudah dipahami.