Ketulusan Gus Dur dalam membuat keputusan-keputusan tersebut membuktikan bahwa ia tidak terjebak dalam kepentingan politik jangka pendek atau ambisi pribadi.
Dalam dunia yang serba materialistik dan penuh ambisi pribadi seperti sekarang, ketulusan dalam tindakan menjadi semakin langka.
Oleh karena itu, Gus Dur mengajarkan kita bahwa tindakan yang tulus, yang berpijak pada kebaikan bersama, jauh lebih berharga daripada keuntungan pribadi yang didapatkan dengan mengorbankan orang lain.
Ketulusan ini bukan hanya terlihat dalam kebijakan politik, tetapi juga dalam keseharian Gus Dur sebagai seorang tokoh agama yang selalu berbicara dan bertindak dengan hati yang bersih.
Mencari Kebenaran dalam Kebebasan Berpikir
Gus Dur juga merupakan contoh nyata dari pentingnya kebebasan berpikir. Dalam setiap langkahnya, ia selalu menekankan pentingnya berpikir kritis dan terbuka terhadap ide-ide baru.
Sebagai seorang intelektual, Gus Dur tidak pernah terjebak dalam dogma-dogma kaku, baik itu dalam agama maupun dalam politik.
Ia selalu terbuka untuk berdiskusi, belajar, dan mengoreksi diri jika ternyata ada pandangan atau kebijakan yang salah.
Dalam konteks agama, Gus Dur sering kali mengingatkan kita bahwa agama seharusnya tidak menjadi alat untuk menindas, tetapi justru menjadi sumber kebaikan dan kedamaian.
Ia mengajak umat Islam untuk tidak melihat agama sebagai sesuatu yang statis dan tertutup, tetapi sebagai jalan hidup yang harus terus-menerus dipahami dan dipraktikkan dengan cara yang lebih manusiawi.
Gus Dur juga menunjukkan bahwa mempertanyakan dan meragukan bukanlah tindakan yang salah, asalkan itu dilakukan dengan niat untuk mencari kebenaran.