Mohon tunggu...
Muhammad Rafly Setiawan
Muhammad Rafly Setiawan Mohon Tunggu... Lainnya - Manager Pemantauan Nasional Netfid Indonesia

Kader Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia yang memiliki hobi travelling, menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Analisis

Belajar dari Gus Dur

31 Desember 2024   06:01 Diperbarui: 1 Januari 2025   18:31 114
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: https://www.kompasiana.com/akhmadmaulana/595bb5b68d6c992d61403e92/menyelami-makna-toleransi-ala-gus-dur

Gus Dur percaya bahwa negara harus hadir sebagai jembatan pemersatu bukan sebagai alat untuk memecah-belah persatuan bangsa.

Mengambil pelajaran dari Gus Dur, kita harus memahami bahwa keberagaman bukanlah masalah yang perlu dihindari, tetapi tantangan yang harus disambut dengan rasa hormat dan pemahaman yang bijaksana.

Di zaman yang penuh dengan ujaran kebencian dan polarisasi, Gus Dur mengajarkan kita untuk selalu melihat sisi manusiawi dari setiap orang tanpa terjebak dalam prasangka atau stereotip.

Toleransi sejati adalah ketika kita mampu menerima orang lain bukan hanya dalam kata-kata, tetapi juga dalam tindakan nyata.

Kebijaksanaan dalam Menghadapi Konflik

Gus Dur dikenal sebagai seorang pemimpin yang bijaksana dalam menghadapi konflik. Dalam perjalanan hidupnya, ia tidak pernah memilih jalan kekerasan atau pembalasan dendam.

Bahkan Gus Dur, ketika dihadapkan dengan ancaman terhadap dirinya, ia tetap menunjukkan ketenangan dan keberanian yang luar biasa.

Keberanian Gus Dur bukan terletak pada kemampuannya untuk melawan musuh dengan kekuatan, tetapi pada kemampuannya untuk memahami akar masalah dan mencari solusi yang lebih manusiawi.

Salah satu contoh nyata adalah ketika Gus Dur memutuskan untuk membuka hubungan diplomatik dengan Israel.

Pada saat itu, banyak pihak yang menentang kebijakan tersebut dengan alasan politik dan ideologis.

Kendati demikian, Gus Dur tetap teguh pada prinsipnya bahwa perdamaian dan dialog lebih penting daripada permusuhan dan konflik yang tiada akhir.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun