Mohon tunggu...
Muhammad Khairreza
Muhammad Khairreza Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa PRODI sosiologi universitas muhammadiyah malang

Nama saya Muhammad Khairreza saya mahasiswa prodi sosiologi universitas muhammadiyah malang angkatan 2023. hobi saya membaca buku dan mendengar musik. saya minat di hal hal yang positif dan saya tidak suka hal hal bodoh yang viral

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Angka Kematian Tinggi dalam Keluarga Single Parent: Faktor Penyebab dan Solusi

25 Juni 2024   22:46 Diperbarui: 25 Juni 2024   22:47 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Hei kamu, pernahkah kamu bertanya-tanya mengapa angka kematian pria lebih tinggi daripada wanita dalam keluarga single parent? Penelitian baru-baru ini mengungkap fakta menarik tentang topik ini. Ternyata, ada banyak faktor penyebabnya. mulai dari gaya hidup tidak sehat, kurangnya dukungan emosional, hingga tekanan sosial. Dalam artikel ini, kita akan bahas lebih dalam tentang akar masalahnya dan juga beberapa solusi yang bisa diterapkan untuk mengatasinya. Jadi, tetap ikuti artikel ini sampai selesai ya! Siap-siap dapat wawasan baru tentang dinamika keluarga modern.

Tingginya angka kematian laki laki pada keluarga orang tua tunggal

Faktor Biologis

Pria cenderung lebih rentan terkena penyakit kronis seperti jantung, stroke, dan kanker dibanding wanita. Hal ini dikaitkan dengan perbedaan genetik dan hormonal antara laki-laki dan perempuan. Selain itu, gaya hidup pria yang cenderung kurang sehat seperti merokok, alkohol, dan kurang olahraga juga berkontribusi.

Masalah Kesehatan Mental

Laki-laki dalam keluarga single parent kerap mengalami masalah kesehatan mental seperti depresi dan stres. Hal ini disebabkan beban ganda sebagai tulang punggung keluarga sekaligus pengasuh anak. Masalah ini kerap diabaikan sehingga memperparah kondisi fisik mereka.

Kurangnya Dukungan Sosial

Stigma sosial membuat para ayah single sering merasa terisolasi dan kurang mendapat dukungan. Mereka cenderung menolak bantuan karena ingin terlihat kuat dan mandiri. Padahal, dukungan emosional dan praktis dari lingkungan sangat diperlukan.

 

 

 

Pola Hidup Tidak Sehat

Beban berat sebagai orang tua tunggal membuat banyak laki- laki mengesampingkah pola hidup sehat. Mereka sering kekurangan waktu untuk berolahraga, tidak memperhatikan asupan gizi, dan kurang istirahat. Gaya hidup tidak sehat ini meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis.

Solusi Potensial

* Pendidikan kesehatan dan skrining dini bagi ayah single

* Program dukungan emosional dan konseling

* Membentuk komunitas untuk berbagi pengalaman dan saran

* Kampanye anti-stigma sosial tentang peran ayah

* Kebijakan yang memfasilitasi work-life balance bagi orang tua tunggal

Dengan upaya mengatasi faktor risiko di atas, diharapkan angka kematian laki-laki dalam keluarga single parent dapat diturunkan secara signifikan. Kesadaran dan dukungan dari semua pihak sangat dibutuhkan.

Faktor -- faktor penyebab tingginya angka kematian laki laki

Gaya Hidup Tidak Sehat

Pria cenderung memiliki gaya hidup yang kurang sehat dibandingkan wanita. Kebiasaan buruk seperti merokok, minum alkohol berlebihan, dan kurang berolahraga dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis. Terlebih lagi, pria sering mengabaikan masalah kesehatan mereka sampai terlambat.

Pekerjaan Berisiko Tinggi

Banyak pekerjaan dengan risiko cedera atau paparan bahan berbahaya lebih banyak digeluti oleh pria. Profesi seperti pertambangan, konstruksi, dan industri berat seringkali menuntut tenaga fisik yang berat. Hal ini meningkatkan kemungkinan kecelakaan kerja fatal bagi laki-laki.

Stres dan Masalah Mental

Tekanan untuk menjadi pencari nafkah utama keluarga dapat memicu stres berkepanjangan pada pria. Mereka juga cenderung lebih sulit mengekspresikan emosi dan mencari bantuan profesional untuk masalah kesehatan mental. Hal ini dapat memperparah kondisi seperti depresi dan kecenderungan bunuh diri.

Kesadaran Kesehatan

Budaya maskulinitas yang mengaitkan laki-laki dengan kekuatan dan ketangguhan seringkali membuat mereka mengabaikan kesehatan. Pria lebih jarang melakukan pemeriksaan kesehatan rutin dan mencari perawatan medis dibandingkan wanita. Kondisi ini dapat menyebabkan penyakit terdeteksi terlambat dan lebih sulit diobati.

Kecelakaan dan Perilaku Berisiko

Laki-laki cenderung lebih sering terlibat dalam aktivitas atau perilaku berisiko tinggi seperti berkendara ugal-ugalan atau olahraga ekstrem. Hal ini meningkatkan peluang terjadinya kecelakaan fatal yang dapat menyebabkan kematian.

Memahami faktor-faktor ini penting untuk mengatasi disparitas kesehatan antara pria dan wanita. Dengan upaya pencegahan dan promosi gaya hidup sehat, angka kematian laki-laki dapat diturunkan secara signifikan.

Stress sebagai faktor risiko utama

Tekanan Hidup Sehari-hari

Anda tidak bisa mengelak dari stres dalam kehidupan sehari- hari. Masalah pekerjaan, keuangan, hubungan - semuanya bisa menyebabkan tekanan mental dan emosional yang signifikan. Namun, bagi para ayah single parent, tekanan ini bisa berlipat ganda.

Bayangkan saja harus mengurus anak-anak sendirian, menjalankan rumah tangga, bekerja demi menghidupi keluarga - semua itu tanpa ada pasangan untuk berbagi beban. Tingkat stres yang dialami bisa meningkat secara drastis.

Efek Negatif Stres Berkepanjangan

Jika dibiarkan, stres kronis dapat berdampak buruk pada kesehatan fisik dan mental. Hipertensi, penyakit jantung, depresi, bahkan masalah kecanduan - semuanya bisa terjadi jika seseorang tidak bisa mengelola stres dengan baik. Sayangnya, banyak pria single parent yang cenderung mengabaikan kesehatannya sendiri demi mengutamakan keluarga. Hal ini membuat mereka lebih rentan terhadap berbagai penyakit kronis dan kondisi medis serius.

Penting untuk Mengelola Stres

Untuk mengurangi risiko, sangatlah penting bagi para ayah single parent untuk belajar mengelola stres dengan baik. Cari waktu untuk melakukan kegiatan menyenangkan, luangkan waktu untuk diri sendiri, jangan ragu meminta bantuan jika memang dibutuhkan.

Dengan mengelola stres, mereka tidak hanya bisa lebih sehat dan bahagia, tapi juga menjadi teladan yang baik bagi anak- anaknya. Pada akhirnya, kesehatan mental dan fisik yang baik akan membantu mereka menjadi orangtua yang lebih kuat dan bertahan lebih lama bagi keluarganya.

Kurangnya Dukungan Sosial Dan Isolasi

Kurangnya Teman dan Keluarga Dekat

Sebagai seorang ayah tunggal, seringkali Anda merasa kesepian dan terisolasi. Kehilangan pasangan hidup bisa membuat Anda merasa seperti tak memiliki orang dekat untuk berbagi cerita atau mendapat dukungan emosional. Apalagi jika keluarga dan teman-teman terasa jauh.

Tanpa adanya dukungan sosial yang memadai, tekanan menjadi orang tua tunggal bisa terasa lebih berat. Anda mungkin merasa seperti harus menanggung beban berat sendirian. Bisa jadi Anda mulai merasa putus asa, stres, atau bahkan depresi.

Stigma Sosial Masih Kuat

Sayangnya, masih ada stigma sosial terhadap para ayah tunggal di masyarakat. Anggapan miring seperti dianggap tak becus mengurus anak atau dianggap bukan figur orang tua ideal masih sering terjadi. Hal ini bisa membuat Anda merasa malu, rendah diri, dan makin terisolasi.

Padahal, dukungan dari lingkungan sosial seperti keluarga, teman, atau komunitas sangat penting. Dengan merasa diterima dan didukung, beban psikologis sebagai orang tua tunggal akan terasa lebih ringan.

Jalani Hidup Lebih Sehat

Untuk mencegah isolasi diri dan mendapat dukungan yang cukur, Anda perlu aktif menjalin hubungan sosial. Luangkan waktu untuk berkumpul dengan keluarga atau teman-teman dekat. Bergabunglah dengan komunitas orang tua tunggal untuk saling berbagi cerita dan motivasi.

Selain itu, jaga kesehatan fisik dengan berolahraga dan istirahat cukup. Saat tubuh dan pikiran sehat, Anda akan lebih mampu menghadapi tantangan. Dengan demikian, risiko gangguan kesehatan akibat kurangnya dukungan sosial bisa ditekan seminimal mungkin.

Pola Hidup Tidak Sehat Laki-Laki Lajang

Kurang Peduli Kesehatan

Banyak pria lajang menjalani pola hidup yang buruk bagi kesehatan mereka. Mereka sering kali terlalu sibuk dengan karir atau hobi sampai melupakan kesehatan tubuh. Jadwal makan yang tidak teratur, kurang berolahraga, dan waktu istirahat yang minim bisa meningkatkan risiko penyakit kronis.

Mengonsumsi makanan cepat saji yang tinggi lemak dan garam juga jadi kebiasaan buruk pria lajang. Ditambah lagi dengan merokok dan minum alkohol berlebihan yang sama sekali tidak baik untuk kesehatan jantung dan paru-paru.

Stres Berkepanjangan

Hidup sebagai single parent bukanlah hal yang mudah. Tekanan untuk membesarkan anak seorang diri serta tuntutan pekerjaan kerap memicu stres berkepanjangan pada ayah single parent. Stres kronis ini dapat memicu gangguan mental seperti depresi dan kecemasan.

tak hanya itu, stres juga berdampak buruk pada kesehatan fisik seperti sakit kepala, insomnia, masalah pencernaan, hingga meningkatkan risiko penyakit jantung dan stroke. Mengonsumsi makanan tidak sehat saat stres juga memperparah masalah kesehatan.

Cenderung Menunda Pemeriksaan Kesehatan

Dibandingkan wanita, pria umumnya lebih mengabaikan gejala penyakit dan menunda untuk memeriksakan diri ke dokter. Sikap ini berisiko membiarkan penyakit berkembang tanpa penanganan yang tepat.

Pria single parent bahkan lebih cenderung mengabaikan kondisi kesehatannya demi mengutamakan kebutuhan anak. Padahal, deteksi dini dan pengobatan sejak awal bisa meningkatkan harapan sembuh dari berbagai penyakit.

Bunuh Diri Dan Kecenderungan Merokok Serta Minum Alkohol

Tekanan Hidup Sebagai Orang Tua Tunggal

Menjadi orang tua tunggal tidaklah mudah. Kamu harus mengurus anak-anak seorang diri, tanpa ada pasangan untuk membagi tanggung jawab. Tekanan hidup ini bisa membuatmu merasa tertekan, stres, dan terpuruk.

Sayangnya, beberapa pria memilih jalan pintas yang salah untuk melarikan diri dari masalah. Bunuh diri, merokok, dan minum alkohol kerap menjadi pelarian sesaat. Padahal, hal ini justru akan semakin memperburuk keadaan.

Dampak Buruk Bagi Kesehatan

Merokok dan minum alkohol berlebihan tentu tidak baik untuk kesehatan. Keduanya dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit mematikan seperti kanker, penyakit jantung, dan stroke.

Bukan hanya itu, kebiasaan buruk ini juga bisa mempengaruhi kondisi mental dan emosional. Alkohol bisa membuatmu semakin depresi, sementara merokok bisa memicu serangan panik dan cemas.

Solusi Lebih Sehat

Alih-alih memilih jalan pintas yang merusak, cobalah mencari solusi yang lebih sehat. Luangkan waktu untuk berolahraga. menikmati hobi, atau sekedar berjalan-jalan di alam terbuka.

Jangan ragu untuk mencari bantuan profesional jika merasa depresi dan tertekan. Seorang psikolog atau konselor bisa membantumu mengatasi masalah dengan cara yang lebih positif.

Dukungan Keluarga & Teman

Ingatlah, kamu tidak sendiri dalam menghadapi semua ini. Berbicaralah dengan keluarga dan teman-teman dekatmu. Mereka pasti akan senang hati memberikan dukungan moral ataupun bantuan praktis.

Di saat-saat sulit, kamu perlu mengingat alasan kamu bertahan hidup yaitu untuk anak-anakmu. Mereka membutuhkanmu lebih dari apapun. Jagalah kesehatan fisik dan mental agar bisa terus berada di sisi mereka.

 

Peran Ayah Tunggal Dan Tantangan Yang Dihadapi

Tanggung Jawab Ganda

Menjadi ayah tunggal berarti Anda harus mengambil alih semua tugas dan tanggung jawab yang biasanya dibagi dengan pasangan. Dari mengurus rumah tangga hingga mengasuh anak, semuanya jatuh ke pundak Anda. Ini bisa sangat melelahkan secara fisik dan mental.

Keseimbangan Kerja-Kehidupan

Mencari nafkah sambil mengurus anak sendirian adalah tantangan tersendiri. Menyeimbangkan tuntutan pekerjaan dengan kebutuhan anak seringkali terasa mustahil. Anda mungkin merasa terpaksa mengorbankan salah satunya, entah karir atau waktu bersama si kecil.

Tekanan Emosional

Menghadapi semua ini seorang diri bisa sangat berat secara emosional. Rasa cemas, stres, dan depresi lebih mudah menghampiri para ayah tunggal. Kurangnya dukungan sosial dan waktu untuk diri sendiri bisa memperburuk keadaan.

Stereotip Ayah Tunggal

Sayangnya, masih ada stigma dan pandangan negatif terhadap ayah tunggal di masyarakat. Sebagian menganggap mereka kurang mampu mengasuh anak dengan baik dibanding ibu. Ini tentu saja bisa menambah beban mental bagi Anda.

Kurangnya Sumber Daya

Akses ke program dan layanan pendukung untuk keluarga dengan ayah tunggal seringkali masih terbatas. Minimnya fasilitas penitipan anak, kelas parenting, ataupun kelompok pendukung membuat perjalanan semakin sulit. Meski terdapat banyak tantangan, menjadi ayah tunggal bukanlah hal yang mustahil. Dengan persiapan mental dan fisik yang baik, serta dukungan dari lingkungan sekitar. Anda pasti mampu melaluinya dengan baik demi kebahagiaan buah hati tercinta.

Strategi Untuk Menurunkan Angka Kematian Laki-Laki

Mencari Bantuan Profesional

Salah satu langkah pertama dan terpenting untuk menurunkan angka kematian laki-laki dalam keluarga single parent adalah mencari bantuan profesional. Konseling dan terapi dapat membantu para ayah tunggal mengatasi tekanan mental dan emosional yang mereka hadapi. Dengan dukungan psikolog atau terapis berpengalaman, pria ini bisa belajar mengelola stres, kecemasan, dan depresi dengan lebih baik. Ini sangat penting, karena kesehatan mental yang buruk seringkali berkontribusi pada perilaku berisiko seperti penyalahgunaan zat dan bunuh diri.

 

 

Membangun Jaringan Pendukung

Menjadi orang tua tunggal bisa sangat melelahkan dan membuat Anda merasa terisolasi. Oleh karena itu, membangun jaringan pendukung yang kuat sangatlah penting. Bergabunglah dengan grup orang tua tunggal setempat atau forum online untuk berbagi pengalaman dan tips.

Jaringan ini bisa menjadi sumber dukungan emosional yang berharga. Anda juga bisa bertukar informasi tentang sumber daya dan layanan yang tersedia untuk membantu mengatasi tantangan dalam mengasuh anak sendirian.

Mengadopsi Gaya Hidup Sehat

Pola makan yang buruk, kurang olahraga, dan gaya hidup tidak sehat lainnya bisa meningkatkan risiko berbagai masalah kesehatan. Untuk menurunkan angka kematian, penting bagi para ayah tunggal untuk mengadopsi kebiasaan yang lebih sehat.

* Konsumsi makanan bergizi seperti buah, sayuran, dan protein

* Olahraga teratur untuk menjaga kebugaran fisik dan mental

* Tidur cukup agar tubuh dan pikiran tetap segar

* Hindari rokok, alkohol, dan obat-obatan terlarang

Dengan mengutamakan kesehatan, para ayah tunggal bisa mengurangi risiko penyakit kronis dan masalah kesehatan lainnya yang bisa mempersingkat usia harapan hidup.

Pertanyaan Tentang Tingginya Angka Kematian Laki-Laki

Mengapa angka kematian pria lebih tinggi?

Angka kematian pria memang cenderung lebih tinggi dibandingkan wanita. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor seperti gaya hidup tidak sehat, pekerjaan berisiko tinggi, dan kurangnya kesadaran untuk memeriksakan kesehatan secara rutin.

Pria seringkali mengabaikan tanda-tanda awal penyakit dan menunda untuk memeriksakan diri ke dokter. Selain itu. kebiasaan buruk seperti merokok, mengonsumsi alkohol berlebihan, dan pola makan tidak sehat dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit kronis.

Bagaimana kondisi single parent memengaruhi?

Menjadi single parent dapat menjadi tantangan tersendiri bagi pria. Tekanan finansial, tanggung jawab pengasuhan anak sendirian, dan kurangnya dukungan emosional dapat memicu stres berkepanjangan. Hal ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental dan fisik.

Stres kronis dapat meningkatkan risiko masalah jantung, stroke, diabetes, dan bahkan depresi. Tanpa pasangan untuk berbagi beban, single parent pria cenderung rentan terhadap keadaan ini.

Apa yang bisa dilakukan untuk menurunkan risiko?

Meskipun tantangannya besar, ada beberapa langkah yang dapat diambil untuk menurunkan risiko ini:

* Membangun pola hidup sehat dengan diet seimbang. olahraga teratur, dan menghindari kebiasaan buruk.

* Rutin memeriksakan kesehatan dan segera mengatasi masalah kesehatan jika ditemukan.

* Mencari dukungan dari keluarga, teman, atau kelompok pendukung single parent.

* Mengatur waktu dengan baik untuk menyeimbangkan tanggung jawab pekerjaan dan pengasuhan anak.

* Tidak ragu untuk mencari bantuan profesional jika mengalami masalah kesehatan mental.

Dengan mengambil langkah-langkah pencegahan ini, single parent pria dapat meningkatkan kualitas hidup dan menurunkan risiko masalah kesehatan serius.

kesimpulan

Jadi, meski angka kematian pria dalam keluarga single parent memang lebih tinggi daripada wanita, ada banyak langkah yang bisa kita ambil untuk membantu mereka. Sebagai masyarakat, kita harus lebih mendukung pria single parent, baik secara finansial maupun emosional. Mereka butuh bantuan kita agar bisa merawat anak-anak dengan lebih baik. Dengan memberikan dukungan positif, kita bisa membantu mengurangi stres dan depresi yang meningkatkan risiko kematian dini pada pria single parent. Jadi mulailah peduli dan bantulah pria single parent di sekitarmu. Dengan begitu, kita bisa menyelamatkan banyak nyawa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun