Mohon tunggu...
Dani Demup
Dani Demup Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Seni UNU NTB

Book Antusiast

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Observasi ke II Kampus Mengajar: Program yang Tepat untuk SDN 29 Mataram

13 Maret 2023   20:38 Diperbarui: 13 Maret 2023   20:56 560
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Foto : Kegiatan mendongeng di dalam kelas. Dokpri

Saya mengira rasa sakit yang ditimbulkan setelah berbicara cukup panjang di dalam kelas hanya dialami oleh saya seorang, nyatanya beberapa teman yang tergabung di group WA Kampus Mengajar mengutarakan hal yang sama. Membaca pesan-pesan yang masuk di handphone membuat saya senyum-senyum sendiri.

Beberapa orang yang merasa diawal akan biasa saja ternyata mengakui profesi menjadi seorang guru tidak hanya dituntut memiliki ilmu yang memadai tetapi juga memiliki rasa empati dan sabar yang tinggi. Mengeraskan suara, tidak didengarkan merupakan kenyataan yang harus diterima sebagai bagian proses menjadi guru. Keadaan terkadang menggiring pada situasi yang tidak mengenakkan namun mendorong setiap pengajar harus bisa tersenyum, berat memang namun itulah realitas yang harus diterima, jika tidak maka sudah dipastikan siapapun nantinya menjadi pengajar akan mengalami kegagalan.

Bel berbunyi tanda keluar main, Para siswa yang sudah belajar sejak pukul 7.30 WITA berlarian menuruni tangga menuju kantin untuk jajan. Ema yang terlihat bersemangat menyampaikan kalu Kepala sekolah yang kami tunggu semenjak dua hari yang lalu sudah tiba di sekolah dan ada di ruangannya.

"Bagaimna apakah mau sekarang menghadap kepala sekolah atau nanti saja setelah saya pergi menemui adik saya?"

 

"Ema pergi saja dulu, nanti habis bertemu adiknya kita menghadap kepala sekolah".

 

Tak lama semenjak Ema pergi menemui adiknya, ibu Endah memanggil memberitahu, kepala Sekolah meminta kami menghadap ke ruangannya. Mendengar himbauan itu, tanpa berpikir panjang kami langsung menuju ruangannya. Kesepakatan yang kami buat bersama Ema terpaksa tidak kami jalankan lantaran merasa tidak sopan bila tidak mengindahkan yang disampaikan kepala sekolah. Perlahan kami mulai memasuki ruangan dan duduk di kursi yang disediakan.

Satu persatu kami memperkenalkan diri, mulai dari nama hingga berasal dari universitas mana, serta jurusan yang diambil. Dari obrolan yang berlangsung ada beberapa hal yang ditekankan oleh bapak Mujitahid selaku kepala sekolah SDN 29 Mataram, diantaranya, (1) Perpustakaan yang masih belum tertata rapi sekiranya dapat menjadi program kerja (2) Meski program Kampus Mengajar tidak mewajibkan pesertanya mengajar tetapi sewaktu-waktu diminta mengajar harus siap membantu para guru mengingat sekolah masih kekurangan guru (3) Mentaati semua peraturan sekolah.

Tiga poin ini menjadi catatan yang kami harus implementasikan selama berada di SDN 29 Mataram. Poin pertama yang disampaikan bapak Mujitahid sudah sesuai dengan niatan awal semenjak kami berdiskusi dengan para guru untuk menjadikan perpustakaan bagian dari program yang akan kami rancang Bersama.

Sedangkan pada poin kedua bapak Mujitahid menjelaskan kepada Ibu Dama dan Ibu Endah, "kalu peserta Kampus Mengajar tidak diwajibkan mengajar, disanalah salah satu perbedaan dengan mahasiswa yang datang PPL", ucap bapak Mujitahid. Pengetahuan ini diutarakan lantaran beliau sempat mencari tau tentang Kampus Mengajar. Sementara poin ketiga adalah sesuatu yang wajib dilakukan oleh siapapun dan dimnapun ia berpijak, sebagaimana pepatah mengatakan, dimana bumi dipijak disana langit dijunjung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun