Mohon tunggu...
Hikam Al Mubarok
Hikam Al Mubarok Mohon Tunggu... Guru - .

🏘️

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Landasan Pengembangan Kurikulum Pendidikan

6 April 2022   14:46 Diperbarui: 6 April 2022   14:49 3274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

         BAB I

PENDAHULUAN

A.LATAR BELAKANG

Kemajuan suatu Negara adalah salah satunya ditentukan oleh pendidikan bangsanya dibalik pendidikan yang berkualitas ada kurikulum yang berperan penting di dalamnya. Kurikulum sebagai alat untuk mencapai tujuan pendidikan merupakan komponen sekaligus penyangga sistem pendidikan. Kurikulum ikut berkembang menyesuaikan dengan kebutuhan pendidikan masa kini. Agar kurikulum berjalan sesuai harapan, kurikulum harus memiliki landasan yang kuat. Hal ini dimaksudkan agar saat mengembangkan kurikulum, acuan dasar sudah dimiliki sehingga kurikulum dapat diarahkan dengan baik. Perkembangan kurikulum beberapa tahun terakhir ini menjadi sorotan utama dalam bidang pendidikan. Oleh karena itu penulisan topik mengenai landasan pengembangan kurikulum ini perlu untuk sedikit banyaknya memaparkan tentang kurikulum dan landasan yang mendasarinya

B.RUMUSAN MASALAH

1.Apa yang dimaksud dengan landasan filsafat?

2.Apa yang dimaksud dengan landasan psikologis?


3.Apa yang dimaksud dengan landasan sosiologis?

4.Apa yang dimaksud dengan landasan Ilmu

     Pengetahuan Teknologi

5.Apa yang dimaksud dengan landasan Religi

C.TUJUAN

1.Untuk mengetahui landasan filsafat

2.Untuk mengetahui landasan psikologis

3.Untuk mengetahui landasan sosiologis

4.Untuk mengetahui landasan Ilmu Pengetahuan

    Teknologi

5.Untuk mengetahui landasan Religi

BAB II

PEMBAHASAN

A. LANDASAN FILOSOFIS

(Sukmadinata, N.S. 1997) Landasan filosofis pada pengembangan kurikulum mengacu pada proses berpikir secara logis, sistematis dan menyeluruh karena pada hakikatnya berfilsafat itu melibatkan kegiatan berpikir sedalam-dalamnya. Hal ini dengan tujuan untuk mendapatkan hasil pemikiran sebuah konsep atau hal-hal yang sangat penting dan menyangkut kepentingan bersama.

Manusia dianugerahi akal oleh Tuhan untuk berpikir tentang diri, alam, dan Tuhan beserta aturannya. Melalui akalnya manusia berpotensi untuk membuka dan mengembangkan ilmu pengetahuan .

1. Pengertian Filsafat

Filsafat tumbuh dan berkembang sezak zaman Yunani. Istilah filsafat berasal dari dua buah kata dalam bahasa Yunani kuno, yakni philien atau philos yang berarti cinta atau sahabat dan sophia atau sophos yang berarti kebijaksanaan atau hakikat kebenaran. Secara etimologi philosophia atau filsafat berarti cinta kebijaksanaan (love of wisdom), istilah ini pertama kali di perkenalkan oleh Pythagoras.

Para Filsuf mewujudkan kecintaannya pada kebijaksanaan melalui aktifitas berpikir secara mendalam untuk mengetahui kebenaran atau hakikat segala sesuatu, mengamalkan kebenaran yang telah diyakini, mengajarkan kebenaran kepada orang lain dan berjuang mempertahankan kebenaran dengan penuh pengorbanan. Setiap orang baik secara individual maupun secara kelompok tentu memiliki filsafatnya masing-masing yang tercermin di dalam pernyataan atau perbuatannya.

Filsafat sebagai sikap hidup dan pandangan hidup yang diyakini kebenarannya dan dijadikan pedoman dalam tindakan dapat dimiliki seseorang secara alamiah melalui pengalaman hidup bersama di dalam masyarakat atau dapat pula dimiliki melalui cara-cara belajar yang disadari misalnya belajar tentang filsafat.

2. Cabang Filsafat

Berdasarkan objek yang dipelajari, filsafat diklasifikasi menjadi 2 objek besar yaitu :

1)Filsafat Umum/Murni

a)Secara umum (ontologi), yaitu mempelajari atau membahas hakikat realitas (segala sesuatu yang ada) secara menyeluruh.

b) Secara Khusus yang meliputi cabang:

i.Kosmologi, mempelajari atau membahas tentang hakikat alam termasuk segala isinya, kecuali manusia.

ii.Teologi, mempelajari atau membahas tentang keberadaan Tuhan. Dalam teologi permasalahan tentang keberadaan Tuhan ini dibahas secara rasional terlepas dari kepercayaan agama

iii.Antropologi, mempelajari atau membahas tentang hakikat manusia.

c)Epistemologi, mempelajari atau membahas tentang hakikat pengetahuan.

d)Logika, mempelajari atau membahas tentang landasanlandasan, aturan-aturan, prosedur dan kriteria penalaran (berpikir) yang benar.

e)Aksiologi, mempelajari atau membahas tentang hakikat nilai. Aksiologi terdiri dari Etika yang mempelajari atau membahas tentang hakikat baik jahatnya perbuatan manusia; dan Estetika yang mempelajari atau membahas tentang hakikat seni dan keindahan.

2)Filsafat Khusus/Terapan

Merupakan filsafat yang lebih mengkaji pada salah satu aspek kehidupan. Seperti misalnya filsafat hukum, filsafat ilmu, dan filsafat pendidikan. (Redja Mudyahardjo, 1995).

3. Filsafat Pendidikan

Pendidikan sebagai bagian dari bidang kehidupan pun tidak terlepas dari permasalahan, dengan demikian diperlukan juga pemikiran-pemikiran yang mendalam untuk mencari solusinya. Pendidikan sebagai ilmu terapan tentunya tidak dapat berdiri sendiri dan membutuhkan keberadaan ilmu lainnya sebagai penunjang, diantaranya adalah filsafat.

*Implikasi Konsep Filsafat Umum Terhadap Filsafat Pendidikan

Konsep Filsafat Umum

-Hakikat Realitas

-Hakikat Manusia

-Hakikat Pengetahuan

-Hakikat Nilai

Konsep filsafat pendidikan

-Tujuan pendidikan

-Kurikulum pendidikan

-Metode pendidikan

-Peranan pendidikan dan peserta didik

Filsafat pendidikan pada dasarnya adalah penerapan dan pemikiran-pemikiran filosofis untuk memecahkan segala bentuk permasalahan yang terjadi dalam bidang pendidikan. Filsafat Pendidikan tidak hanya berisi mengenai konsep-konsep pendidikan apa adanya, tetapi juga berisi konsep pendidikan yang dicita-citakan dan disarankan para pemikir sebagai pedoman dalam penyelenggaraan pendidikan. Filsafat pendidikan merupakan suatu sistem gagasan tentang pendidikan yang dijabarkan dari sistem gagasan filsafat umum (Metafisika, Epistemologi, Aksiologi). Dengan demikian ada implikasi antara gagasan-gagasan dalam filsafat umum dengan gagasan-gagasan dalam pendidikan.

Terdapat tiga sistem pemikiran filsafat yang sangat besar pengaruhnya dalam pemikiran pendidikan pada umumnya, dan pendidikan di Indonesia pada khususnya, yaitu: filsafat Idealisme, Realisme dan filsafat Pragmatisme Berdasarkan pemaparan tersebut, maka dalam bidang pendidikan dapat diterapkan filsafat Idealisme, Realisme, maupun Pragmatisme.

a.Filsafat Pendidikan Idealisme

Filsafat Pendidikan Idealisme adalah aliran filsafat yang menekankan kepada pentingnya idea, gagasan, pemikiran, dari pada materi karena materi adalah hasil atau akibat yg ditimbulkan oleh akal/pikir (mind). Uraian implikasi filsafat umum dari aliran idealisme terhadap konsep pendidikan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.1 Konsep Filsafat Pendidikan Idealisme

KONSEP FILSAFAT UMUMKONSEP PENDIDIKAN

METAFISIKA

(hakikat realitas)

 hakikat realitas bersifat spiritual daripada bersifat fisik, atau bersifat mental daripada bersifat material.Tujuan pendidikan:

Pendidikan bertujuan untuk membantu pengembangan karakter serta mengembangkan

bakat manusia dan kebajikan sosial.

Kurikulum pendidikan:

Mengembangankan kemampuankemampuan

rasional, moral, dan

kemampuan suatu kehidupan/

pekerjaan(vokasional). Kurikulum diorganisasi menurut mata pelajaran dan berpusat pada materi pelajaran

(subject matter centered).

Metode pendidikan:

Metode pendidikan yang disusun cenderung pada metode.

HUMANOLOGI

(hakikat manusia)

 Jiwa dikaruniai

Kemampuan berpikir/rasional.

Kemampuan berpikir

menyebabkan adanya

kemampuan memilih

EPISTEMOLOGI

(hakikat pengetahuan)

 Pengetahuan yang benar diperoleh melalui berpikir maupun intuisi.

Kebenaran hanya

mungkin dapat dicapai

AKSIOLOGI

(hakikat nilai)Nilai-nilai adalah absolut dan tidak berubah (abadi), karena nilai-nilai adalah bagian dari aturan yang sudah ditentukan alam, nilai-nilai itu berada pada Tuhan.

b.Filsafat Pendidikan Realisme

Realisme berarti kepatuhan kepada fakta, kepada apa yang terjadi, jadi bukan kepada yang diharapkan atau yang diinginkan. Aliran Realisme adalah aliran filsafat yang memandang bahwa dunia materi di luar kesadaran ada sebagai suatu yang nyata dan penting untuk kita kenal dengan menggunakan intelegensi. Segala hal yang diamati dan ditangkap oleh panca indera adalah suatu kebenaran. Implikasi dari konsep filsafat umum aliran realism terhadap konsep pendidikan dapat diuraikan pada table dibawah ini.

Tabel 2.2 Konsep Filsafat Pendidikan Realisme

KONSEP FILSAFAT UMUMKONSEP PENDIDIKAN

METAFISIKA

(hakikat realitas)

 Realitas hakikatnya bersifat objektif, artinya bahwa realitas berdiri sendiri, tidak tergantung atau tidak bersandar kepada pikiran/ jiwa/spirit. Dunia terbuat dari sesuatu yang nyata,substansial dan material yang hadir dengan sendirinya(entity).

 Tujuan pendidikan:

Tujuan pendidikan adalah dapat

menyesuaikan diri secara tepat dalam hidup dan dapat melaksanakan tanggung jawab sosial.

Kurikulum pendidikan:

Kurikulum komprehensif yang berisi semua pengetahuan yang berguna bagi penyesuaian diri dalam hidup dan tanggung jawab sosial.

Metode pendidikan:

Metode mengajar yang disarankan para filsuf realisme bersifat otoriter. Pembiasaan merupakan metode utama yang diterima oleh para filsuf Realisme yang merupakan penganut Behaviorisme.

Peranan peserta didik dan pendidik:

Guru adalah pengelola kegiatan belajar mengajar di dalam kelas guru adalah penentu materi pelajaran, guru harus menggunakan minat siswa yang berhubungan dengan mata pelajaran, dan membuat mata pelajaran sebagai sesuatu yang kongkrit untuk dialami siswa. Peserta didik perlu mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebajikan.

HUMANOLOGI

(hakikat manusia)

 Hakikat manusia didefinisikan sesuai apa yang dapat dikerjakannya. Jiwa merupakan sebuah organisme yang sangat kompleks yang mempunyai kemampuan berpikir.

EPISTEMOLOGI

(hakikat pengetahuan)

 Pengetahuan diperoleh melalui penginderaan dengan

menggunakan pikiran. Kebenaran pengetahuan dapat

dibuktikan dengan memeriksa kesesuaiannya dengan fakta. mempunyai disiplin mental dan moral untuk setiap tingkat kebajikan

AKSIOLOGI

(hakikat nilai)Tingkah laku manusia diatur oleh hukum alam yang diperoleh melalui ilmu dan pada taraf yang lebih rendah diatur oleh kebiasaan-kebiasaan atau adat-istiadat yang telah teruji dalam kehidupan

c.Filsafat Pendidikan Pragmatisme

Pragmatisme berasal dari dua kata yaitu pragma dan isme. Pragma berasal dari bahasa Yunani yang berarti tindakan atau action, sedangkan pengertian isme sama dengan pengertian isme-isme yang lainnya yang merujuk pada cara berpikir atau suatu aliran berpikir. Filsafat pragmatisme beranggapan bahwa pikiran itu mengikuti tindakan. Pragmatisme sudah banyak dibicarakan oleh para penulis, baik dilihat sebagai aliran pemikiran filsafat, maupun sebagai strategi pemecahaan masalah yang bersifat praktis. Pragmatisme juga dikenal sebagai sikap dan metode yang lebih menekankan pada akibat dan kegunaan setiap konsep atau gagasan daripada berputar-putar dengan masalah metafisis-filosofis. Sehingga paham ini memiliki karakteristik yang membedakannya dari paham-paham lainnya. Implikasi dari konsep filsafat umum aliran Pragmatisme terhadap konsep pendidikan dapat diuraikan pada tabel dibawah ini.

Tabel 2.3 Konsep Filsafat Pendidikan Pragmatisme

KONSEP FILSAFAT UMUMKONSEP PENDIDIKAN

METAFISIKA

(hakikat realitas)

 Hakikat realitas adalah segala sesuatu yang dialami manusia (pengalaman), bersifat plural (pluralistic), dan terus menerus berubah.Tujuan pendidikan:

Pendidikan hendaknya bertujuan menyediakan pengalaman untuk menemukan/memecahkan hal-hal baru dalam kehidupan pribadi dan sosialnya. Pendidikan harus meliputi pemahaman tentang pentingnya demokrasi.

Kurikulum pendidikan:

Kurikulum sekolah seharusnya tidak terpisahkan dari keadaan-keadaan masyarakat. Dalam pendidikan materi pelajaran adalah alat untuk memecahkan

masalah-masalah individual, dan siswa secara perorangan ditingkatkan atau direkonstruksi, dan secara bersamaan masyarakat dikembangkan.

Metode pendidikan:

Penggunaan metode pemecahan masalah (Problem Solving Method) serta metode penyelidikan dan penemuan

(Inquiry and Discovery Method)

Peranan peserta didik dan pendidik:

Siswa merupakan individu yang rumit yang mempunyai kemampuan luar biasa untuk tumbuh.

Sedangkan guru berperanan untuk memimpin dan membimbing pengalaman belajar tanpa ikut campur terlalu jauh atas minat dan kebutuhan siswa.

HUMANOLOGI

(hakikat manusia)

 Manusia merupakan bagian dari perubahan.

EPISTEMOLOGI

(hakikat pengetahuan)

 Pengetahuan bersifat relatif, pengetahuan dikatakan bermakna apabila dapat diaplikasikan. Cara-cara memperoleh Pengetahuan adalah melalui metode ilmiah

atau metode sains. Suatu pengetahuan hendaknya dapat diverifikasi dan diaplikasikan dalam kehidupan.

AKSIOLOGI

(hakikat nilai)Nilai tidak bersifat ekslusif, tidak berdiri sendiri, melainkan ada dalam suatu proses, yaitu dalam tindakan/

Perbuatan manusia itu sendiri. Nilai etika dan estetika tergantung pada keadaan relative dari situasi yang terjadi.

4. Landasan Filosofis Pendidikan Nasional

Bangsa Indonesia mempunyai filsafat atau falsafah (pandangan hidup) yakni Pancasila. Seperti halnya filsafat umum yang mempunyai nilai-nilai, maka Pancasila pun memiliki nilai. Pancasila pada hakikatnya adalah sistem nilai (value system) yang merupakan kristalisasi nilai-nilai luhur kebudayaan bangsa sepanjang sejarah. Pancasila sebagai pandangan hidup, maka seluruh bidang kehidupan bangsa Indonesia didasarkan atas Pancasila termasuk juga bidang Pendidikan.

Dalam Undang-Undang RI No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal menyatakan bahwa: "Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945". Dengan demikian Indonesia memiliki landasan filosofis pendidikannya sendiri yaitu Pancasila.

Sila Pancasila yang merupakan sistem filsafat pada hakikatnya merupakan suatu kesatuan organis. Artinya, antara sila-sila Pancasila itu saling berkaitan, saling berhubungan bahkan saling mengkualifikasi. Pemikiran dasar yang terkandung dalam Pancasila, yaitu pemikiran tentang manusia yang berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama, dengan masyarakat bangsa yang nilai-nilai itu dimiliki oleh bangsa Indonesia.

Penerapan sila-sila Pancasila akan bergantung pada keyakinan yang dianut, kebudayaan yang dimiliki, kondisi alam dan beragam kondisi lainnya sehingga kurikulum yang diterapkan disetiap jenjang pendidikan mikro berpotensi berbeda dan disesuaikan dengan keadaannya masing-masing. Berikut diuraikan implikasi konsep filsafat Pancasila terhadap konsep pendidikan.

Tabel 2.4 Konsep Filsafat Pendidikan Pancasila

KONSEP FILSAFAT UMUMKONSEP PENDIDIKAN

METAFISIKA

(hakikat realitas)

 Realitas atau alam semesta tidaklah ada dengan sendirinya, melainkan sebagai ciptaan Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan adalah Sumber Pertama dari segala yangada, Sebab Pertama dari segala sebab, tetapi tidak disebabkan oleh sebab-sebab yang lainnya, dan Tuhan juga adalah tujuan akhir segala yang ada.Tujuan pendidikan:

pendidikan seyogyanya bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertangung jawab.

Kurikulum pendidikan:

Kurikulum menitikberatkan pada peningkatan iman dan takwa, akhlak mulia, potensi, kecerdasan, minat peserta didik, keragaman potensi daerah dan lingkungan, pembangunan daerah dan nasional, tuntutan dunia kerja, perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni dan agama, dinamika perkembangan global, persatuan nasional dan nilai- nilai kebangsaan.

Metode pendidikan:

Penggunaan metode Pendidikan diharapkan mengacu pada prinsip cara belajar siswa aktif (CBSA) dan sebaiknya bersifat multi metode.

Peranan peserta didik dan

pendidik:

Peranan peserta didik dan pendidik terkandung dalam semboyan

1. "ing ngarso sung

tulodo" artinya pendidik harus memberikan atau mejadi teladan bagi peserta didiknya;

2. "ing madya mangun karso", artinya pendidik harus mampu membangun karsa pada diri peserta didiknya;

3. " tut wuri handayani" artinya

bahwa sepanjang tidak berbahaya pendidik harus

memberi kebebasan atau kesempatan kepada peserta didik untuk belajar mandiri.

HUMANOLOGI

(hakikat manusia)

 Manusia merupakan bagian

dari perubahan.

EPISTEMOLOGI

(hakikat pengetahuan)

 Segala pengetahuan hakikatnya bersumber dari Sumber Pertama

yaitu Tuhan YME yang telah menurunkan pengetahuan baik melalui Utusan-Nya (berupa wahyu) maupun melalui berbagai hal yang digelarkanNya di alam semesta termasuk hukum-hukum yang

terdapat di dalamnya. Manusia dapat memperoleh pengetahuan melalui keimanan/ kepercayaan, berpikir, pengalaman empiris, penghayatan, dan intuisi.

Kebenaran dari Tuhan

bersifat mutlak, sedangkan pengetahuan yang diperoleh manusia

bersifat relatif.

AKSIOLOGI

(hakikat nilai)Sumber Pertama segala nilai hakikatnya adalah Tuhan YME. Karena manusia adalah makhluk Tuhan, pribadi/ individual dan sekaligus insan sosial, maka hakikat nilai

diturunkan dari Tuhan

YME, masyarakat dan

Individu.

Filosofis pendidikan pada prinsipnya adalah asumsi-asumsi atau rumusan yang didapatkan dari hasil berpikir secara mendalam, analitis, logis dan sistematis (filosofis) dalam merencanakan, melaksanakan, membina dan mengembangkan kurikulum. Penggunaan filsafat tersebut baik dalam pengembangan kurikulum dalam bentuk program (tertulis), maupun kurikulum dalam bentuk pelaksanaan (operasional) di sekolah.

Filsafat akan menentukan arah ke mana peserta didik akan dibawa, filsafat merupakan perangkat nilai-nilai yang melandasi dan membimbing ke arah pencapaian tujuan pendidikan. Pandangan-pandangan filsafat sangat dibutuhkan dalam pendidikan, terutama dalam menentukan arah dan tujuan pendidikan Oleh karena itu, filsafat yang dianut oleh suatu bangsa atau kelompok masyarakat tertentu termasuk yang dianut oleh perorangan sekalipun akan sangat mempengaruhi tehadap pendidikan yang ingin direalisasikan.

B. LANDASAN PSIKOLOGIS

Psikologi berasal dari bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dari kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harfiah psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung. Dari pengertian tersebut kaitan antara psikologi dengan pendidikan adalah pendidikan atau pembelajaran merupakan upaya untuk merubah perilaku. Tidak semua perubahan perilaku peserta didik diakibatkan dari intervensi program pendidikan, perubahan itu ada yang diperoleh melalui proses kematangan atau pengaruh dari luar program pendidikan.

Pendidikan dalam mencapai tujuannya menggunakan kurikulum sebagai alat untuk merubah perilaku tersebut, maka tentu saja dalam mengembangkan kurikulum pendidikan harus menggunakan asumsi-asumsi atau landasan yang bersumber dari studi ilmiah bidang psikologi yang meliputi kajian tentang perkembangan peserta didik, serta cara peserta didik belajar.

Ada tiga kajian yang sangat penting diperhatikan dalam pengembangan kurikulum, yaitu psikologi pendidikan, teori belajar dan psikologi perkembangan.

1.Psikologi Pendidikan

Psikologi Pendidikan didefinisikan sebagai suatu studi sistematis tentang proses-proses dan faktor-faktor yang berhubungan dengan pendidikan manusia. (Whiterington,1978) Psikologi pendidikan sebagai pengetahuan psikologi mengenai anak didik dalam situasi pendidikan. (Sumadi Suryabrata 1984) Psikologi pendidikan merupakan penerapan teori-teori psikologi untuk mempelajari perkembangan, belajar, motivasi, pengajaran dan permasalahan yang muncul dalam dunia pendidikan(Elliot dkk 1999).

Pada dasarnya psikologi pendidikan mempelajari seluruh tingkah laku manusia yang terlibat dalam proses pendidikan. maka objek yang dibahas dalam psikologi pendidikan adalah tingkah laku peserta didik pada aspek-aspek psikis atau gejala kejiwaan ketika terlibat dalam proses belajar dan tingkah laku guru yang berkaitan dengan proses pembelajaran. Sehingga objek utama yang dibahas dalam psikologi pendidikan adalah masalah belajar dan pembelajaran.

Masalah belajar dan pembelajaran sangat erat kaitannya dengan teori belajar, dalam kesempatan ini kita juga akan mengkaji beberapa teori belajar dan pengaruhnya dalam proses pembelajaran.

a.Teori belajar Behavioristik

Teori belajar Behavioristik merupakan teori belajar tentang perubahan tingkah laku yang terjadi karena pengalaman yang dialami oleh peserta didik. Menurut teori ini, peserta didik dianggap sebagai individu yang pasif dan dalam proses pembelajaran yang penting adalah input yang berupa stimulus dan output yang berupa respon. Stimulus atau input adalah apa saja yang diberikan guru kepada pembelajar, sedangkan respon atau output merupakan reaksi/tanggapan pembelajar terhadap stimulus yang diberikan oleh guru tersebut. Proses yang terjadi antara stimulus dan respon tidak dapat diamati dan tidak dapat diukur, yang dapat diamati adalah stimulus dan respon itu sendiri. Teori ini memiliki tiga rumpun besar yang terdiri atas :

1)Classical Conditioning

 Teori ini diperkenalkan oleh Ivan Petrovich Pavlop yang dilahirkan pada tanggal 18 September 1849 di Rjasan, Rusia. Teori ini memandang proses pembelajaran sebagai suatu upaya mengkondisikan pembentukan suatu perilaku atau respon terhadap sesuatu. Pembentukan kondisi yang menyenangkan atau tidak menyenangkan sangat mempengaruhi perilaku peserta didik. Sebagai suatu contoh kondisi tidak menyenangkan adalah adanya hukuman. Dalam proses pembelajaran kondisi ini akan direspon oleh peserta didik dengan cara menghindarinya dan berusaha tidak berada dalam kondisi tersebut, akan tetapi bentuk hukuman itu diupayakan agar bersifat mendidik dan tidak memunculkan kesan negative supaya tidak menghilangkan kesan menyenangkan dari pengkondisian sebelumnya. Sementara itu kondisi menyenangkan akan membuat peserta didik nyaman dalam belajar, meningkatkan minat dan bakat, motivasi dalam belajar tinggi sehingga pembelajaran akan lebih efektif.

Dengan demikian kurikulum yang dirancang perlu mengakomodir dan mengembangkan sistem komunikasi antara peserta didik dengan pendidik maupun antar peserta didik, pengembangan metode belajar, pengkondisian lingkungan serta pemilihan media belajar yang dapat mempermudah asosiasi dan meningkatkan pemahaman peserta didik.

2)Operant Conditioning

Salah satu tokoh dari teori ini adalah B.F Skinner, menurutnya respon individu tidak hanya terjadi karena adanya rangsangan dari lingkungan, akan tetapi dapat terjadi karena adanya sesuatu dilingkungan yang tidak disadari atau tidak diketahui. Kepribadian akan dapat diketahui dari perkembangan perilaku manusia dalam berinteraksi dengan lingkungannya secara terus menerus. Semua perilaku manusia ditentukan secara sadar atau tidak.

Dalam bidang pendidikan teori ini memberikan konstribusi bahwa dalam proses pembelajaran diperlukan adanya penguatan (reinforcement), penguatan tersebut dapat diklasifikasikan menjadi 2 bentuk yakni penguatan positif dan negatif. Penguatan positif dapat berupa hadiah (reward) dan penguatan negatif dapat berupa penundaan hadiah atau sama sekali tidak memberikan hadiah (punishment). Dalam pembelajaran dikelas peserta didik perlu mendapat perhatian terutama dalam aspek individual, kesiapan untuk belajar dan pemberian motivasi.

Program pembelajaran yang terkenal dari tokoh teori ini adalah "Program Instruction" yaitu suatu bahan belajar yang menggunakan media dalam belajar. Program ini juga merupakan cikal bakal dari program pembelajaran berbasis komputer (PBK).

3)Connectionism

Tokoh dari teori ini adalah Thorndike. Menurut teori ini belajar adalah proses pembentukkan koneksi-koneksi antara stimulus dan respon, siapa saja yang dapat menguasai stimulus dan respon sebanyaknya maka ia akan berhasil dalam pembelajaran. dalam teori ini, ada tiga hukum dalam belajar, yaitu (Law of Readiness) artinya belajar akan berhasil apabila individu memiliki kesiapan untuk melakukan sesuatu, (Law of Exercise) belajar akan berhasil apabila banyak latihan dan pengulangan dalam belajar, (Law of Effect) artinya hubungan stimulus dan respon cenderung diperkuat bila keadaan yang menyenangkan (satisfying state of affairs) dan cenderung diperlemah jika keadaan yang menjengkelkan (annoying state of affairs). Rumusan tingkat hukum efek adalah, bahwa suatu tindakan yang disertai hasil menyenangkan cenderung untuk dipertahankan dan pada waktu lain akan diulangi.

Implikasi teori behavioristik dalam pembelajaran dan pengembangan kurikulum diantaranya bahwa kurikulum dan pembelajaran berpusat pada pengetahuan dan keterampilan akademis serta tingkah laku sosial yang meningkatkan motivasi melalui pembiasaan secara terus menerus. Penggunaan media dalam proses pembelajaran serta metode pembelajaran perlu dijabarkan secara rinci untuk pengembangan keterampilan dan pengetahuan tertentu.

b.Teori Belajar Kognitif

Tokoh dari teori ini adalah Jean Piaget dilahirkan di Neuchtel, Swiss, pada tanggal 9 Agustus 1896. Teori belajar kognitif ini lebih mementingkan proses daripada hasil belajar itu sendiri. Belajar tidak hanya sekedar melibatkan hubungan stimulus dan respon, lebih dari itu belajar melibatkan proses berpikir yang sangat kompleks. Belajar adalah perubahan persepsi dan pemahaman yang tidak harus selalu berbentuk perubahan perilaku yang dapat diamati. Proses berpikir merupakan aktivitas gradual dan fungsi intelektual dari konkret menuju abstrak, sedangkan pembelajaran menurut teori ini adalah perubahan dalam pengetahuan yang disimpan dalam memori. Individu dipandang sebagai orang yang aktif, konstruktif dan berencana serta tidak bersifat pasif menerima stimulus dari lingkungan tetapi mencari dan menemukan pengetahuan serta menggunakannya.

1.Psikologi Perkembangan

Pegembangan dan penyusunan kurikulum perlu memperhatikan mengenai psikologi perkembangan terutama perkembangan peserta didik. Perkembangan pada dasarnya adalah perubahan yang dialami individu menuju tingkat kedewasaan atau kematangannya (maturation). Setiap individu dalam proses kehidupannya akan melalui fase-fase perkembangan, akan tetapi dalam hal ini para ahli mempunyai pendapat yang berlainan.

Pemahaman tentang perkembangan peserta didik berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum, antara lain:

a.Setiap peserta didik hendaknya diberi kesempatan untuk berkembang sesuai dengan bakat, minat, dan kebutuhannya.

b.Di samping disediakan pelajaran yang sifatnya umum (program inti) yang wajib dipelajari setiap anak di sekolah, juga perlu disediakan pelajaran pilihan yang sesuai dengan minat anak.

c.Lembaga pendidikan hendaknya menyediakan bahan ajar baik yang bersifat kejuruan maupun akademik. Bagi anak yang berbakat di bidang akademik diberi kesempatan untuk melanjutkan studi ke jenjang pendidikan berikutnya.

d.Kurikulum memuat tujuan-tujuan yang mengandung aspek pengetahuan, nilai/sikap, dan keterampilan yang menggambarkan pribadi yang utuh lahir dan batin.

Implikasi lain dari pemahaman tentang peserta didik terhadap proses pembelajaran (actual curriculum) dapat diuraikan sebagai berikut:

a.Tujuan pembelajaran yang dirumuskan secara operasional selalu berpusat kepada perubahan tingkah laku peserta didik.

b.Bahan/materi yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan, minat, dan kebutuhan peserta didik sehingga hasilnya bermakna bagi mereka.

c.Strategi belajar mengajar yang digunakan harus sesuai dengan tingkat perkembangan anak.

d.Media yang dipakai senantiasa dapat menarik perhatian dan minat anak.

e.Sistem evaluasi harus dilaksanakan secara terpadu, menyeluruh dan berkesinambungan.

Setelah mengkaji teori belajar yang ada, juga telah disinggung dalam pembahasan diatas mengenai objek yang dibahas dalam psikologi pendidikan adalah tingkah laku peserta didik ketika terlibat dalam proses pembelajaran maka fungsi psikologi pendidikan dan teori belajar dalam penyusunan, pengembangan dan implementasi kurikulum adalah untuk menentukan proses pembelajaran.

C.LANDASAN SOSIOLOGIS

(Sukmadinata, N.S. 1997) Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. pengembangan kurikulum harus mengacu pada landasan sosiologis. Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik informal, formal, maupun non formal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat. Karena itu kehidupan masyarakat dan budaya dengan segala karakteristiknya harus menjadi landasan dan titik tolak dalam melaksanakan pendidikan. Sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik agar mereka dapat berperan aktif di masyarakat. Oleh karena itu, kurikulum sebagai alat dan pedoman dalam proses pendidikan di sekolah harus relevan dengan kebutuhan dan tuntutan masyarakat. Dengan demikian dalam konteks ini sekolah bukan hanya berfungsi untuk mewariskan kebudayaan dan nilai-nilai suatu masyarakat, akan tetapi juga sekolah berfungsi untuk mempersiapkan anak didik dalam kehidupan masyarakat. Oleh karenanya, kurikulum bukan hanya berisi berbagai nilai suatu masyarakat akan tetapi bermuatan segala sesuatu yang dibutuhkan masyarakatnya

Pendidikan adalah proses sosialisasi melalui interaksi insani menuju manusia yang berbudaya. Dalam konteks inilah anak didik dihadapkan dengan budaya manusia, dibina dan dikembangkan sesuai dengan nilai budayanya, serta dipupuk kemampuan dirinya menjadi manusia.

a.Desain Kurikulum Berorientasikan Pada Masyarakat

Masyarakat adalah suatu kelompok individu yang diorganisasikan mereka sendiri ke dalam kelompok-kelompok berbeda, atau suatu kelompok individu yang terorganisir yang berpikir tentang dirinya sebagai suatu yang berbeda dengan kelompok atau masyarakat lainnya. Tiap masyarakat mempunyai kebudayaan sendiri-sendiri. Dengan demikian, yang membedakan masyarakat satu dengan masyarakat yang lainnya adalah kebudayaan. Hal ini mempunyai implikasi bahwa apa yang menjadi keyakinan pemikiran seseorang, dan reaksi seseorang terhadap lingkungannya sangat tergantung kepada kebudayaan dimana ia hidup. Sebagai akibat dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang pada hakikatnya adalah hasil kebudayaan manusia, maka kehidupan manusia semakin luas, semakin meningkat sehingga tuntutan hidup pun semakin tinggi. Pendidikan harus mengantisipasi tuntutan hidup ini sehingga dapat mempersiapkan anak didik untuk hidup wajar sesuai dengan kondisi sosial budaya masyarakat.

Dalam konteks inilah kurikulum sebagai program pendidikan harus dapat menjawab tantangan dan tuntutan masyarakat. Untuk dapat menjawab tuntutan tersebut bukan hanya pemenuhan dari segi isi kurikulumnya saja, melainkan juga dari segi pendekatan dan strategi pelaksanaannya. Oleh karena itu guru sebagai pembina dan pelaksana kurikulum dituntut lebih peka mengantisipasi perkembangan masyarakat, agar apa yang diberikan kepada peserta didik relevan dan berguna bagi kehidupan peserta didik di masyarakat. Penerapan teori, prinsip, hukum, dan konsep-konsep yang terdapat dalam semua ilmu pengetahuan yang ada dalam kurikulum, harus disesuaikan dengan kondisi sosial budaya masyarakat setempat, sehingga hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik lebih bermakna dalam hidupnya. Pengembangan kurikulum hendaknya memperhatikan kebutuhan masyarakat dan perkembangan masyarakat. Perubahan sosial budaya,

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi dalam suatu masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung akan mengubah kebutuhan masyarakat. Kebutuhan masyarakat juga dipengaruhi oleh kondisi masyarakat itu sendiri. Masyarakat kota berbeda dengan masyarakat desa, masyarakat tradisional berbeda dengan masyarakat modern. Adanya perbedaan antara masyarakat satu dengan masyarakat lainnya sebagian besar disebabkan oleh kualitas individu-individu yang menjadi anggota masyarakat tersebut. Oleh karena itu pengembangan kurikulum yang hanya berdasarkan pada keterampilan dasar saja tidak akan dapat memenuhi kebutuhan masyarakat modern yang bersifat teknologis dan mengglobal. Akan tetapi pengembangan kurikulum juga harus ditekankan pada pengembangan individu dan keterkaitannya dengan lingkungan sosial setempat.

Berdasarkan uraian di atas, sangatlah penting memperhatikan faktor karakterstik masyarakat dalam pengembangan kurikulum. Salah satu ciri masyarakat adalah selalu berkembang. Perkembangan masyarakat dipengaruhi oleh falsafah hidup, nilai-nilai, IPTEK, dan kebutuhan yang ada dalam masyarakat. Perkembangan masyarakat menuntut tersedianya proses pendidikan yang relevan. Untuk terciptanya proses pendidikan yang sesuai dengan perkembangan masyarakat diperlukan kurikulum yang landasan pengembangannya memperhatikan faktor perkembangan masyarakat.

b.Kebudayaan dan Kurikulum

Kebudayaan dapat diartikan sebagai keseluruhan ide atau gagasan, cita-cita, pengetahuan, kepercayaan, cara berpikir, kesenian, dan nilai yang telah disepakati oleh masyarakat.

Faktor kebudayaan merupakan bagian yang penting dalam pengembangan kurikulum dengan pertimbangan:

1)Individu lahir tidak berbudaya, baik dalam hal kebiasaan, cita-cita, sikap, pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. Semua itu dapat diperoleh individu melalui interaksi dengan lingkungan budaya, keluarga, masyarakat sekitar, dan sekolah/lembaga pendidikan. Oleh karena itu, sekolah/lembaga pendidikan mempunyai tugas khusus untuk memberikan pengalaman kepada para peserta didik dengan salah satu alat yang disebut kurikulum.

2)Kurikulum pada dasarnya harus mengakomodasi aspek- aspek sosial dan budaya. Aspek sosiologis adalah yang berkenaan dengan kondisi sosial masyarakat yang sangat beragam, seperti masyarakat industri, pertanian, nelayan, dan sebagainya.

Pendidikan di sekolah pada dasarnya bertujuan mendidik anggota masyarakat agar dapat hidup berintegrasi, berinteraksi dan beradaptasi dengan anggota masyarakat lainnya serta meningkatkan kualitas hidupnya sebagai mahluk berbudaya. Hal ini membawa implikasi bahwa kurikulum sebagai salah satu alat untuk mencapai tujuan pendidikan harus bermuatan kebudayaan yang bersifat umum seperti: nilai-nilai, sikap-sikap, pengetahuan, dan kecakapan. Selain pendidikan yang bermuatan kebudayaan yang bersifat umum di atas, terdapat pula pendidikan yang bermuatan kebudayaan khusus, yaitu untuk aspek-aspek kehidupan tertentu dan berkenaan dengan kelompok yang sifatnya vokasional. Dilihat dari karakteristik sosial budaya, setiap daerah di wilayah tanah air Indonesia memiliki ciri khas mengenai adat-istiadat, tata krama pergaulan, kesenian, bahasa lisan maupun tulisan, kerajinan dan nilai kehidupannya masing-masing. Keanekaragaman tersebut bukan

hanya dalam kebudayaannya tetapi juga kondisi alam dan lingkungan sosialnya, dan ini merupakan kekayaan hidup bangsa Indonesia yang perlu dilestarikan dan dikembangkan melalui upaya pendidikan. Beranjak dari kenyataan tersebut, maka pengembangan kurikulum sekolah harus mengakomodasi unsur-unsur lingkungan yang menjadi dasar dalam menetapkan materi kurikulum muatan lokal.

Adapun yang dimaksud dengan muatan lokal adalah program pendidikan yang isi dan media penyampaiannya dikaitkan dengan lingkungan alam, lingkungan sosial, dan lingkungan budaya serta kebutuhan daerah. Yang dimaksud dengan isi adalah materi pelajaran atau bahan ajar yang dipilih dari lingkungan dan dijadikan program untuk dipelajari peserta didik di bawah bimbingan guru. Sedangkan media penyampaian adalah metode dan berbagai alat bantu pembelajaran yang digunakan dalam menyajikan isi muatan lokal yang diambil dari dan menggunakan sumber lingkungan yang dekat dengan kehidupan peserta didik. Contoh kurikulum muatan lokal yang saat ini sudah dilaksanakan di sebagian besar sekolah adalah Mata Pelajaran Keterampilan, Kesenian, dan Bahasa Daerah. Tujuan pengembangan kurikulum muatan lokal dapat dilihat dari kepentingan nasional dan kepentingan peserta didik.

D.LANDASAN ILMU PENGETAHUAN TEKNOLOGI

(Sukmadinata, N.S.1997) Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan-temuan baru dalam berbagai bidang kehidupan manusia seperti kehidupan sosial, ekonomi, budaya, politik, dan kehidupan lainnya. Ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK) bukan menjadi monopoli suatu bangsa atau kelompok tertentu. Baik secara langsung maupun tidak langsung perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi tersebut berpengaruh pula terhadap pendidikan. Perkembangan teknologi industri mempunyai hubungan timbal-balik dengan pendidikan. Industri dengan teknologi maju memproduksi berbagai macam alat-alat dan bahan yang secara langsung atau tidak langsung dibutuhkan dalam pendidikan dan sekaligus menuntut sumber daya manusia yang handal untuk mengaplikasikannya.

Kegiatan pendidikan membutuhkan dukungan dari penggunaan alat-alat hasil industri seperti televisi, radio, video, komputer, dan peralatan lainnya. Penggunaan alat-alat yang dibutuhkan untuk menunjang pelaksanaan program pendidikan, apalagi disaat perkembangan produk teknologi komunikasi yang semakin canggih, menuntut pengetahuan dan keterampilan serta kecakapan yang memadai dari para guru dan pelaksana program pendidikan lainnya. Mengingat pendidikan merupakan upaya menyiapkan peserta didik menghadapi masa depan dan perubahan masyarakat yang semakin pesat termasuk di dalamnya perubahan ilmu pengetahuan dan teknologi, maka pengembangan kurikulum haruslah berlandaskan pada ilmu pengetahuan dan teknologi.

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi secara langsung berimplikasi terhadap pengembangan kurikulum yang di dalamnya mencakup pengembangan isi/materi pendidikan, penggunaan strategi dan media pembelajaran, serta penggunaan sistem evaluasi. Secara tidak langsung menuntut dunia pendidikan untuk dapat membekali peserta didik agar memiliki kemampuan memecahkan masalah yang dihadapi sebagai pengaruh perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Selain itu perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi juga dimanfaatkan untuk memecahkan masalah pendidikan

E.Landasan Religius

(Sukmadinata, N.S. 1997) Landasan religius adalah seperangkat asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah agama yang dijadikan landasan penyusunan kurikulum, Contoh : Iman dan Taqwa, akhlakul karimah. Kurikulum dikembangkan secara seimbang antara kepentingan jasmani dan rohani, duniawi dan ukrawi (dunia dan akherat), intelektual dan emosional. Pengembangan kurikulum pendidikan yang berlandaskan Al-Quran dan As-Sunnah memuat prinsip-prinsip ketauhidan, kemanusiaan, dan prinsip keadilan sehingga pendidikan dikembangkan dalam upaya mencapai kecerdasan intelektual (IQ), kecerdasan Emosional (EQ) dan kecerdasan Spiritual (SQ)

Berkenaan dengan manusia sebagai makhluk tuhan, dalam landasan relgius manusia merupakan makhluk tuhan yang memiliki sisi-sisi kemanusiaan, sehingga perlunya bimbingan yang mengarahkan sisi tersebut pada hal-hal positif. Landasan religius yang menyeimbangkan antara kehidupan dunia dan akhirat menjadi isi dari sikap keberagaman, adapun peranan agama sebagai pedoman hidup, sehingga memiliki fungsi, diantaranya: memelihara fitrah, memelihara jwa, memelihara akal dan memelihara keturunan.

BAB III 

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Landasan filosofis pada pengembangan kurikulum mengacu pada proses berpikir secara logis, sistematis dan menyeluruh karena pada hakikatnya berfilsafat itu melibatkan kegiatan berpikir sedalam-dalamnya. Hal ini dengan tujuan untuk mendapatkan hasil pemikiran sebuah konsep atau hal-hal yang sangat penting dan menyangkut kepentingan bersama.

Psikologi berasal dari bahasa Yunani Psychology yang merupakan gabungan dari kata psyche dan logos. Psyche berarti jiwa dan logos berarti ilmu. Secara harfiah psikologi diartikan sebagai ilmu jiwa. Psikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku manusia dan binatang baik yang dapat dilihat secara langsung maupun yang tidak dapat dilihat secara langsung.

Landasan sosiologis pengembangan kurikulum adalah asumsi-asumsi yang berasal dari sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam pengembangan kurikulum. pengembangan kurikulum harus mengacu pada landasan sosiologis. Anak-anak berasal dari masyarakat, mendapatkan pendidikan baik informal, formal, maupun non formal dalam lingkungan masyarakat, dan diarahkan agar mampu terjun dalam kehidupan bermasyarakat.

Ilmu pengetahuan adalah seperangkat pengetahuan yang disusun secara sistematis yang dihasilkan melalui riset atau penelitian. Sedangkan teknologi adalah aplikasi dari ilmu pengetahuan untuk memecahkan masalah-masalah praktis dalam kehidupan. Ilmu dan teknologi tidak bisa dipisahkan. Seiring dengan perkembangan pemikiran manusia, dewasa ini banyak dihasilkan temuan-temuan baru dalam berbagai bidang

Landasan religius adalah seperangkat asumsi yang bersumber dari kaidah-kaidah agama yang dijadikan landasan penyusunan kurikulum Contoh : Iman dan Taqwa, akhlakul karimah. Kurikulum dikembangkan secara seimbang antara kepentingan jasmani dan rohani, duniawi dan ukrawi (dunia dan akherat), intelektual dan emosional.

DAFTAR PUSAKA

Sukmadinata, N.S. (1997). Pengembangan kurikulum teori dan praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Rizal Utama setria. (2018). Pengembangan kurikulum madrasah ibtidaiyah. Medan:Nurani Bunda

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun