Salah satu caranya adalah dengan memaksimalkan hari kerja. Menurut asumsi ini, semakin lama buruh bekerja, semakin besar pula keuntungan yang bisa diperoleh. Cara ini terbilang murah karena para kapitalis tak perlu menaikkan upah.
Sebagaimana dipetakan Karl Marx dalam Das Kapital (1867), kerja berlebihan yang dilakukan para buruh bakal membengkakkan barisan cadangan, sementara, sebaliknya, peningkatan cadangan memberi tekanan besar kepada para buruh untuk kerja berlebihan.
Artinya, pekerja harus tunduk pada perintah kapital kalau ingin terus bekerja, sekalipun itu berarti bekerja sampai mati.
Cadangan di sini adalah orang-orang yang sedang mencari lowongan, mereka yang berdiri di luar gerbang pabrik dan bersiap-siap menyerobot masuk kapan pun terdapat celah. Ini sangat berguna buat majikan ketika seorang pekerja mengeluh.
"Kalau kau tak mau pekerjaan ini, atau kalau kau menuntut upah yang lebih tinggi, enyahlah! Ada banyak orang yang dengan senang hati akan menggantikanmu di sini." Dengan kata lain, barisan cadangan dapat berfungsi untuk memeras para pekerja yang membangkang.
Di bawah ancaman semacam itu, para pekerja secara fisik dan mental akan tertekan sampai ke intinya. Para kapitalis, dalam pengertian ini, menambah kekayaannya dari hasil eksploitasi para pekerja. Mereka tak pernah terpuaskan; para pekerja dipaksa harus puas.
Inilah mengapa kapitalisme dapat menjadi faktor penyebab, entah secara langsung ataupun tidak, kematian seseorang.
Beberapa orang meninggal karena kekurangan gizi, kedinginan karena rumahnya digusur untuk sebuah megaproyek, digerogoti penyakit mematikan karena perawatan kesehatan yang terlalu mahal, atau pengangguran akut karena biaya kuliah tak terjangkau.
Dalam konteks kaum pekerja, kapitalisme bikin mereka bekerja terlalu keras dengan gaji atau upah rendah. Durasi kerja (diam-diam) meluas ke setiap sudut dan celah kehidupan masyarakat, dan ini membunuh ratusan ribu orang setiap tahunnya.
Pada 2016, misalnya, sekitar 8,9 persen populasi global (kurang-lebih 488 juta orang) bekerja setidaknya 55 jam per minggu. Dampaknya, sebagaimana ditunjukkan oleh studi gabungan WHO dan ILO, sekitar 745.000 pekerja meninggal karena stroke dan penyakit jantung akibat kerja berlebihan.
Jumlah riil kematian dari mereka yang bekerja sampai mati di bawah kapitalisme sebenarnya lebih tinggi, dan akan lebih tinggi lagi. Bagaimana dengan pekerja tak berdokumen yang meninggal (atau terdorong untuk bunuh diri) karena tekanan kapitalisme yang terlalu berat?
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!